CATATAN PENDIDIKAN
Oleh:
Dr. Abdullah Khusairi, MA
Andrea Hirata menulis suasana tegang dan degup
kencang jantung Ikal –tokoh dalam novel— ketika akan menghadapi ujian akhir di
sebuah ruangan yang berumur ratusan tahun. “Inilah altar ilmu yang angker,
mulia dan terhormat,” kata budak Belitong itu dalam dalam salah satu trilogy
novelnya, Laskar Pelangi, Edensor, Sang
Pemimpi.
Ketika akan menulis suasana hati ujian Sidang
Promosi Doktor, narasi di atas mengalir saja. Ingatan kembali kepada sebuah
bacaan yang entah halaman keberapa tetapi sangat jelas; Andrea mendeskripsikan
perasaan mahasiswa sebuah universitas di Sorbonn Prancis itu.
Saya tidak di Prancis, tetapi di Ciputat.
Kuliah di Sekolah Pascasarjana (SPs) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah. Sebuah universitas yang memang sudah diperhitungkan di tingkat
Asean. Tak perlu pula berkecil hati, tak sampai ke Sorbonn seperti Ikal. Setiap orang memiliki starting point yang berbeda-beda. Bisa
ke Ciputat, sudah luar biasa, mengingat kesempatan untuk ikut Program Doktor
lewat beasiswa adalah hal yang langka, sulit dan ajaib. Tidak semua bisa ikut.
Baik karena pertimbangkan keluarga, biaya, juga hal-hal lain yang sering
mengganggu.