Posts

Showing posts from October, 2006

DI DALAM ENTAH

Kota ini mulai malam. Temaram datang detik demi detik. Jalan mulai remang, walau ada lampu jalan dan lampu kenderaan yang lalu lalang. Kota ini di waktu malam memang tak seramai kota metropolitan. Hanya beberapa tempat yang hidup sampai seperempat malam, selebihnya sunyi sepi. Di beberapa tempat itu pun, mungkin di emperan toko tempat mereka main domino. Di cafe-cafe yang pengunjungnya terdiri dari beberapa komunitas. Atau di tempat mereka menggoyangkan kepala dan badan sembari mabuk-mabukan. Hanya di situ. Tak ada kehidupan seperti siang, di mana semua orang berlari mengejar waktu, obsesi dan uang. Kota ini ketika malam, hanyalah segelintir orang yang mencari hidup dan terpaksa hidup di tengah malam. Sekilas memang terasa amat meyakinkan, kota ini sebagai kota pelajar. Dimana warga kota yang berbudaya, ramah, memiliki hobi membaca dimana saja berada. Baik di bus kota maupun di ruang tunggu. Tetapi, sesungguhnya, citra itu segera terkikis sedikit demi sedikit jika telah mendengar musik

JIWA LAPANG

Filosof politik Niccolo Machiavelli (1469-1527) termasyhur karena nasihatnya yang blak-blakan. Katanya, seorang penguasa yang ingin tetap berkuasa dan memperkuat kekuasaannya haruslah menggunakan tipu muslihat, licik dan dusta, digabung dengan penggunaan kekejaman dan kekuatan. Ini terdapat dalam buku The Prince (Sang Pangeran) karya filosof Italia ini. Buku yang mudah dibaca dan terjemahannya dalam banyak bahasa. Pun bahasa Indonesia. Machiavelli menasihatkan sang Pangeran agar dapat dukungan penduduk, karena kalau tidak, dia tidak punya daya menghadapi kesulitan. Tentu, Machiavelli maklum bahwa kadangkala seorang penguasa baru, untuk memperkokoh kekuasaannya, harus berbuat sesuatu untuk mengamankan kekuasaannya, terpaksa berbuat yang tidak menyenangkan warganya. Dikatakannya, meski begitu untuk merebut sesuatu negara, si penakluk mesti mengatur langkah kekejaman sekaligus. Sehingga tidak perlu mereka alami tiap hari. Kelonggaran harus diberikan sedikit demi sedikit sehingga mereka bi

Pantai Padang

Image
Pantai Padang Pantai Air Manis

SAJAK

Pucuk Taraqi Siapa yang mengembus angin? Menebar nyanyian terindah daun-daun pagi? Aku tak tahu selain Dia Tertinggi aku daki meminjam ar-Rumi, al-Qusyairi, Rabi’ah cinta dan puisi menakar embun tajalli dalam mimpi Sutardji Chalzoum Bahri, ar-Raniry, Hamzah Fansuri mabukku Dia di maqam tertinggi pucuk diam. Kau terimakah cintaku? Andalas Ramadhan 1427 H Kaji Sufi aku kejar fana’ bermandikan baqa’ berhanduk ittihad bersebadan dengan-Mu. Dunia begitu hiruk pikuk mengacau gelombang terpasang di mahligai cinta kita. Semenjak tanah buncah menggamang akal dan jiwa tangan kami menggapai di balik cermin buram tak kenal siapa kami sesungguhnya. Mengaji alip tiang menuju-Mu tertawa cinta kita asing di hadapan benda-benda dan siang gila membayang-bayang kelam. Andalas Ramadan 1427 H Duduk Sepi Karam jiwa tergugat asmara di ambang pagi imsyak menyudahi onani tunggu senja merah di ujung rindu adzan jauh mengelopak bunga sedap malam. Aku tersedak pada sebuah maqam

BERTIGA: NUZRAN JOHER

Image
Anggota DPD RI, Nuzran Joher (tengah), Hadi Sastra Wijaya (kanan), Abdullah Khusairi (kiri). Pertemuan singkat penuh makna setelah berpisah pasca Reformasi 98.

ZIKIR PIKIR

Suatu hari beberapa puluh abad silam, di Semenanjung Asia Kecil, sekelompok warga Kota Athena mengemukakan pertanyaan. Mengapa alam semesta ini begitu teratur? Berubah dalam keteraturan pula. Sejak kapan alam ini ada? Pertanyaan ini beranak pinak menuju puncak tanya yang paling tinggi dari waktu ke waktu meminta jawaban. Tetapi jawaban itu tak pernah mencapai puncak. Ia justru tenggelam dalam lembah keraguan. Lahirlah novel, sajak, nyanyian tentang alam, dewa, asal-usul. Mitos dan dongeng berkembang biak sampai kejenuhan zaman. Zaman kejenuhan dongeng-dongeng itulah datang orang bernama Thales (624-548 SM) yang berpendapat agak menjawab persoalan, alam ini hakikatnya adalah air (arche is water). Ia mengatakan sesuatu yang ada adalah air. Karena dia anak nelayan. Sedangkan Anaximandros menyatakan, sesuatu yang paling awal dan abadi (arche is to apeiron). Lain pula Pythagoras yang mengatakan hakikat alam semesta adalah bilangan. Demokritos menjawabnya dengan atom. Hakikat alam semesta ad

SENTOSA ISLAND SINGAPORE

Image
Perjalanan selalu menyisakan kenangan. Sentosa Island sebuah tempat menyenangkan. Kemasan yang mengesankan. Padahal, alam seperti tidaklah berbeda dengan negeri gemah ripah loh jinawi, Indonesia tercinta. Foto diabadikan oleh Cris Independen, wartawan Independen Jambi, April 2005, perjalanan itu masih membekas….  

SASTRA-CERPEN

BONEKA PINGUIN Cerpen Abdullah Khusairi BEBERAPA minggu belakangan banyak sekali boneka pinguin dijual di jalanan. Bentuknya indah dan lucu. Besar dan berwarna-warni. Sepuluh, lima belas, dua puluh, berjejer rapi seperti beranak pinak menunggu pembeli. Kalau angin bertiup karena kenderaan yang lewat, mereka tampak kompak seperti dikomando rebah ke kiri, ke kanan, ke depan ke belakang. Aduhai indahnya. Setiap melihat boneka pinguin itu entah kenapa aku jadi ingat anakku, Eni, yang berumur tiga tahun setengah. Dalam pikiranku, pasti ia bahagia kalau aku belikan dia satu buah boneka pinguin itu. Kalau aku beli, pinguin sebesar badan Eni itu, pastilah ia tak mampu mengendongnya seperti boneka-boneka yang pernah aku beli, paling-paling ia mampu menyeretnya kalau ingin memindahkan boneka itu. “Lima belas ribu bang,” jawab penjual boneka ketika kutanya kemarin, aku benar-benar tak tahan untuk membelinya untuk anakku. “Tak kurang?” tanyaku lagi. “Tidak, harga pas,” jawabnya sembari memompa pin

RASA AMAN

Sesuatu terasa sangat berharga jika ia sudah tak ada lagi. Jika ia ada, sepertinya tak berharga atau kita sendiri kurang menghargainya. Begitulah sifat manusia, kurang menghargai setiap nikmat yang sudah didapat. Sekedar misal, kesehatan jasmani dan rohani yang disepelekan. Tidak olahraga (untuk jasmani) dan tidak pula berdoa dan ibadah (untuk rohani). Padahal, keduanya adalah kebutuhan jasmani dan rohani. Hal itu pula yang terjadi dalam keseharian kita akhir-akhir ini. Rasa aman yang kita miliki selama ini seperti tak begitu berharga. Kita tak perlu mengingat-ingat Pemilik rasa aman, seperti kita melupakan pentingnya kesehatan. Padahal, kita meminjam rasa aman itu dari pemiliknya. Kita pinjam semua nikmatnya. Rasa aman, rasa bahagia dan sekaligus rasa takut. Itulah fitrahnya manusia. Akibat tidak terlalu mementingkan dan tidak merasa pentingnya rasa aman yang telah terpinjamkan, maka kita poya-poya 'kan rasa aman itu. Kita cari rasa takut, seperti berminatnya kita dengan film-film

PLAY STATION

"Hiyat... Hiyat..." "Ayo..., lawan, awas...., Ciat..." "Your Lose..." Suara dari mesin canggih terdengar menggema di dalam ruang kecil itu, permainan Adek dan Opich berakhir. Adek kelihatan kusut, manyun, sementara Opich senyum puas, lawannya dapat dikalahkan. "Masih sanggup?" Tawar Opich. Ada kebanggaan dan tantangan dari nada suaranya. "Masih...!" Jawab Adek mantap. Penasaran! Mereka kembali bertarung lewat mesin yang diberi nama Play Station itu. Di monitor kelihatan orang jagoan sedang bertarung, masing-masing dikendalikan oleh Opich dan Adek. Mereka berdua baru kenalan satu jam yang lalu, saat akan main. Saking asyiknya mereka tidak mempedulikan situasi di sekeliling, mata mereka melotot ke layar monitor, sedikit saja lengah akan berakibat fatal. Kalau. Dan bayar biaya rental! Dua puluh menit berlalu, Adek kembali kalah, kali ini lebih parah lagi. Tak satu point pun dapat diraihnya. Adek panik. Panas! "Oke.. Aku angkat topi, k

Politik Bahasa Politik

Bagaimana mengemas kampanye yang bisa menghibur. Pendekatan yang tidak menggurui. Sehingga sasaran agar menjadi pilihan rakyat, memenangkan hati rakyat, sampai dan berhasil?   Mengamati baliho, spanduk, poster, calon-calon yang ada di sepanjang jalan, beragam pesan, model dan warna yang ditampilkan. Tetapi sayangnya, tidak begitu banyak yang memiliki daya tarik. Eye Caching belum terasa. Pengamatan ini setidaknya didasari dari design, performance dan kata-kata yang digunakan.