Posts

Showing posts from March, 2018

REFLEKSI Selembar Idealisme di Meja Redaksi

Image
REFLEKSI Selembar Idealisme di Meja Redaksi ABDULLAH KHUSAIRI Jika di langit ada lauhul mahfuz, maka di bumi ada media massa. Emha Ainun Nadjib (2012) Kutipan di atas tiba-tiba teringat lagi, setelah masuk screenshoot ke WhatsApp Groups (WAG), sebuah surat yang menyatakan agar Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) tak dianjurkan berlangganan Harian Haluan . Entah asli, entah palsu, screenshoot itu merupakan peristiwa penting dunia pers di daerah ini. Jika screenshoot itu hanyalah hoax maka Harian Haluan akan seperti biasa, menjadi salah satu koran yang akan dibaca oleh jajaran pejabat pemerintah, khususnya Pemprov. Melalui fasilitas anggaran publik, Harian Haluan akan diantar ke ruang-ruang pejabat Pemprov. Tetapi jika benar, Harian Haluan akan mengalami penyusutan langganan di Pemprov. Serta pejabat-pejabat pemerintah tidak akan bersua dengan sajian berita dari sebuah harian tua ini. Kecuali beli sendiri.

Gagal Paham Sistem Pendidikan Negeri Ini

Gagal Paham Sistem Pendidikan Negeri Ini  Nyaris saban semester, anak saya selalu ada dapat brosur-brosur kursus mahal tapi ada sedikit diskon. Seperti ingin menyatakan, kursus di sini akan membuat anak jadi cerdas! Saya mengurut dada, bertanya dalam hati, ada apa dengan pendidikan kita. Bukankah ini harusnya pukulan bagi guru-guru di sekolah?  Tapi sudahlah, jangan-jangan ini juga bentuk kerja sama antar lembaga. Semoga saya memang sedang "gagal paham" tentang sistem pendidikan kita yang hebat ini. Sebab, ketika si sulung memasuki peringkat lima besar, juga mendapat brosur itu. Sebuah kesempatan! Tetapi dibaliknya, uang, uang, uang. Pendidikan memang mahal, kita harus sadar itu. 

Agus Harimukti Yudhoyono - AHY

Jalan Politik AHY Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) baru saja menyudahi program "Ngariung di Jabar." Sebagai Komandan Satuan Tugas Bersama (Kogasma) Pemilukada 2018 dan Pilpres 2019 Partai Demokrat, AHY mulai menjalani aktivitas politik praktis yang kian mendaki tetapi mengasyikkan. Ia sangat menikmati setiap kota yang disinggahinya. Hingga hari ini, AHY masuk dalam pusaran bursa Cawapres Jokowi. Namun dinamika dan kontestasi politik masih terus berkembang. Jokowi dan tuhanlah yang tahu, siapa yang bakal dipilihnya. Yang jelas, ada banyak nama yang terus disebutkan di media, AHY selalu masuk dalam pusaran tersebut. Jokowi, sebagai incumbent, tentu saja dengan pertimbangan-pertimbangan yang amat mutakhir akan mengeluarkan nama dari saku depannya di saat yang tepat. Akankah AHY nama itu? Wallahua'alam.

In Memoriam Julnadi, Jurnalis Padang Ekspres

Image
In Memoriam Julnadi, Jurnalis Padang Ekspres Aku Juga Mau Jadi Wartawan, Bang! "Kau mau jadi wartawan juga!?" dia tersenyum kecut. Saya tahu, dia harus dapat kerja selepas sarjana. Sarjana yang terbilang lama. Tapi ia masak. Dunia teater sudah tak diragukan lagi. Sastra sudah akrab. Jadi wartawan tidaklah sulit baginya. Benar. Akhirnya dia jadi wartawan Harian Pagi Padang Ekspres. Pas ketemu, wajahnya bersih, pakaiannya necis. Tak culun lagi, seperti waktu mahasiswa. Senyumnya merekah. Sudah berani menyapa saya di kantin kampus. Itulah Julnadi (32). satu dari sekian banyak wartawan muda yang bersemai di Kampus Lubulintah, Universitas Islam Negeri (UIN) Imam Bonjol Padang. Dia aktif di dunia kreatif, Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Teater Imam Bonjol (TIB) Padang.

GOL

Image
Mengolah Sepakbola Menjadi Sastra  Judul : Gol!  Penulis    : Luigi Garlando Penerbit  : Erlangga for Kids Cetak : 2008 Tebal : 143 Halaman Jarang sekali olahraga jadi bahan dasar oleh sastrawan. Inilah buku yang mengolah sepak bola dalam bentuk sastra. Suspensi penceritaan menjadi menarik dan sulit ditebak kemana arah "bola" dimainkan penulis. Menulis cerita memang membutuhkan alur yang disebut alur, tokoh rekaan pratagonis maupun antagonis, lalu memiliki ending yang tajam. Buku ini juga mengikuti aturan itu. Tetapi kemasan penceritaan justru menjadi amat lucu karena penulis melaporkan kejadian di lapangan, tribun, lalu di kamar pengganti. Cerita yang lugu tetapi menyentak dan memiliki ending menarik dari bab ke bab. Mengingatkan novel-novel karya Dan Brown. Jika tidak tertegun, pembaca akan berdecak, atau setidaknya tersenyum simpul. 

Menunggu Ijtihad SBY

Demokrat dilanda kiamat. Kiamat tidak saja sudah dekat, tapi sudah terjadi. Pecah kongsi itu makin pasti. Friksi-friksi memang sudah mengharu biru si biru. Semua berawal dari libido kekuasaan dan godaan materi! Inilah tabiat dari komunikasi kelompok dalam sebuah komunitas, apapun bentuk komunitas tersebut. Boleh partai, Ormas, maupun lembaga bisnis. Ada proses pendewasaan dalam komunitas tersebut melalui ajang konflik intern. Antar individu saling memengaruhi di dalam sistem yang terbangun masih terlalu pagi. (centrifugal theory = teori keterpelantingan)

CADAR

Cadar  Periksa kembali statuta tentang kewajiban dan hak mahasiswa. Termasuk tata aturan berpakaian di dalam kampus. Lihat juga Undang Undang Pendidikan, UU Perguruan Tinggi. Mengaculah ke situ.  Pepatah mengatakan, tiba di kandang kambing mengembek, tiba di kandang harimau mengaum. Memaksa kemauan di tempat orang yang punya otoritas mengatur, jelas tidak demokratis! 

KOMENTAR

Gerakan Reformasi Berhenti di Kaki Pelangi Hari itu, enam belas tahun lalu, matahari di atas kepala. Panas menyengat. Tapi riuh demonstran yang mengelilingi panggung kecil di tengah lapang seperti tak peduli. Mereka malah merangsek ke depan lalu diminta duduk tertib. Sesekali mengepal ke atas, hidup reformasi! hidup reformasi! Di panggung, orator silih berganti menyampaikan orasi dengan nada yang marah kepada rezim yang sedang berkuasa. Suasana kembali lebih riuh penuh patriotisme, ketika tokoh penting yang selalu kritis dengan pemerintah Orde Baru, Amien Rais memegang mikropon. Amien Rais dielu-elu. Lalu ia meminta massa tenang dan mulai orasi. Hari itu, Amien menyampaikan tentang rezim yang disebutnya; Tanpa Usaha Tapi Untung Terus (Tutut).

Lonceng Cinta di Sekolah Guru - Khairul Jasmi

Image
n resensi Tukang Jahit Tak Punya Baju Judul               : Lonceng Cinta di Sekolah Guru Penulis             : Khairul Jasmi Penerbit           : Gramedia Pustaka Utama Cetak               : Maret 2012 ISBN                : 978-979-22-8169-9 Resensiator    : Abdullah Khusairi   Romantika remaja adalah kejenakaan. Ketika benih-benih cinta mulai tumbuh di hati, berat bagi seorang remaja harus menerima kenyataan demi kenyataan yang tak sesuai dengan harapan. Kenapa? Tersebab ia baru pertama merasakan dan menganggap semuanya mesti sesuai dengan harapan. Padahal, hidup tidak selalu begitu. Banyak yang tak sesuai harapan. Sejak itulah pada dasarnya kehidupan dimulai. Mulai disadari, mulai dipahami.   Kadang-kadang realitas itu begitu pahit, kadang sebaliknya, begitu manis. Hanya saja, pahit dan manis begitu liar untuk dikuasai. Sehingga, sulit sekali menjalani nasib agar berjalan datar. Mapan. Nasib kadang menukik ke dasar, lalu bangkit ke angkasa, tapi terjeremba

Agama Politik - Politik Agama

Agama Politik, Politik Agama ABDULLAH KHUSAIRI Kontestasi agama di ruang publik ( public sphere ) kerap menampakkan wajah yang seram dari pada wajah damai. Khususnya di media sosial, wajah seram itu menjadi senjata untuk menyerang kelompok lain secara kasar. Tujuan beragama tampaknya sudah sia-sia. Tentu tidak semua orang beragama yang berbuat demikian. Hanya sebagian kecil saja yang serupa itu, tetapi mereka sangat aktif menyudutkan yang lain. Mereka yang sebagian kecil ini, sebenarnya bukanlah orang yang khatam terhadap ajaran agama, tetapi yang juga masih belajar atau sudah merasa pintar. Sayangnya, mereka ini sedang berada dalam euforia beragama dan tunduk pada suatu kepentingan yang sedang diperjuangkan. Sebuah perasaan beriman yang tinggi ( extace ) ketika sudah bicara agama dan melemparkannya ke ruang publik. Mereka sedang menjalankan peran, agama politik dan politik agama.

OPINI

Radikalisme dalam Pilkada Serentak Buya Syafi’i Maarif mengkhawatirkan Pilkada Serentak 2018 akan terjadi seperti Pilgub DKI 2017.    Kekhawatiran yang cukup beralasan mengingat Pilgub DKI dipandang Buya memiliki suasana yang sangat buruk.   Intoleransi dan isu SARA dimainkan oleh para politisi untuk memenangkan hati rakyat. Pasca Pilgub DKI 2017 lalu menyisakan kontestasi radikalisme agama di ruang publik yang memasuki tahap yang mengkhawatirkan. Intoleransi menjadi mekar di tengah masyarakat. Khususnya di media sosial, kekerasan verbal, perang caci-maki, kian menjauhkan rasa damai. Dampak buruknya, tergerusnya kebersamaan dan kesatuan, munculnya kecurigaan dan kian sulit membangun saling kepercayaan.

CATATAN KEADILAN

#catatankeadilan Matinya Nurani  Masihkah kita punya harapan terhadap setiap proses hukum di negeri ini? Ini pertanyaan yang selalu datang ketika melihat persoalan hukum yang selalu dimenangkan oleh kekuatan di luar rasa keadilan. Atau semacam "rekayasa keadilan" yang justru sebenarnya telah membunuh nurani keadilan. Sebenarnya pertanyaan serupa ini hanya masih berlaku di kelas-kelas pendidikan hukum. Ketika sudah menjadi praktisi hukum, keadaan sudah berbeda. Pengalaman menunjukkan, proses panjang mencari keadilan bagi anak negeri ini akan berliku, butuh nafas panjang. Tidak hanya itu, berapa uang di kantong untuk memenangkan keadaan? Begitu banyak hal yang menopang sehingga bisa mendapatkan keadilan yang dicita-citakan. Jangan heran jika ada yang memilih untuk melalui jalan pintas, walau tidak pantas secara etik dan integritas.