Posts

Showing posts from 2019

MENULIS RESOLUSI 2020

Image
LAWANG PARK ONE STOP ADVENTURE Akhir Tahun ke Negeri di Awan Desau angin di pohon pinus menerabas kesunyian.  malam beranjak lambat... #lawangpark Senin, 30-31 Desember 2019 mendapat kesempatan untuk merasakan denyut kehidupan di Lawang Park One Stop Adventure. Kami sekeluarga pulang beberapa jam sebelum tarikh berubah menjadi 2020. Inilah kesempatan untuk menyusun resolusi tahunan. Menjalankan perenungan perjalanan sepanjang tahun 2019.  Akhir tahun 2019, hari-hari libur bagi banyak orang. Ada juga yang tidak. Tenggelam dalam rutinitas yang entah kapan berhentinya. Setiap orang punya pilihan. Bebas memaknai dan menjalani hidup ini.  Seingat saya, sudah beberapa kali tawaran agar ke Lawang Park oleh tokoh pariwisata Sumbar, Moh. Zuhrizul. Saya menolak dengan berbagai alasan kesibukan. Seminggu yang lewat saya terjebak, ketika menanyakan tentang Lawang Park. 

#SERILITERASI

Image
Disrupsi Media Massa Dr. Abdullah Khusairi, MA Zaman kemerdekaan sampai tahun 1980’an, pemilik-pemilik media adalah wartawan-pejuang dan pejuang-wartawan, sehingga idealismenya sangat kuat. Hari ini pemilik media kebanyakan tokoh-tokoh bisnis, yang banyak kepentingan dan sangat mudah ditekan oleh kekuasaan. Qua vadis press Indonesia.  Demikian cuitan dari seorang seorang tokoh lewat akun @RamliRizal. Maksud pernyataan ini dapat diambil maknanya, betapa mudah pers tunduk pada tekanan kekuasaan karena dimiliki bukan dari kalangan wartawan-pejuang dan pejuang-wartawan. Padahal, pers diharapkan dapat menjadi watchdog bagi demokrasi. Penggonggong dari penyelenggara negara. Pilar keempat demokrasi setelah eksekutif, legislatif dan yudikatif. Itu idealnya.  Kini, setelah pers memasuki wilayah industri informasi telah bergesar dari perjuangan idealisme ke perjuangan komersialis. Lembaga pers memang memiliki dua sisi itu, sebagai lembaga yang didirikan pemiliknya untuk mendapat

AKHIR TAHUN 2019

Image
Thanks to Allah. Alhamdulillah.  Menatap 2020 dengan segenap harapan baru.  Setelah melalui 2019 dengan kerasnya ombak dan badai.  Dua tiga harapan telah tergenggam. Terima kasih kepada  segenap orang-orang tercinta, tersayang, terhormat, yang telah memberi banyak hal.  Hidup memang tak bisa sendiri, walau hati kadang ingin menyepi.  Menjadi elang, terbang tinggi melawan angin.  # goodmorning   # december   # bobilukman   # batik   # salamhormat

LITERASI MEDIA

LITERASI MEDIA  Ketika Kebodohan Telah Tiba  ABDULLAH KHUSAIRI  "Jurnalis itu tahu banyak hal tapi serba sedikit, sedangkan Akademisi itu tahu banyak hal tapi satu bidang saja."  Istilah ini lahir berdasarkan fakta-data yang ada pada jurnalis dan akademisi. Lalu menjadi pendapat umum untuk membatasi ruang gerak lahan masing-masing. Terserahlah.  Namun demikian, pernyataan di atas bisa digugat sepanjang ada data-fakta baru. Misalnya, kadang-kadang di lapangan, ditemukan juga jurnalis tidak tahu banyak hal. Tidak semua jurnalis bisa dianggap profesional, sepanjang belum ada pengakuan dari lembaga penilai sertifikasi atau dikenal dengan kompetensi.  Di kampus, sebaliknya, ada juga dosen yang tidak mendalam dalam satu hal sesuai dengan bidang secara tertulis mesti dikuasainya. Kemudian, banyak juga dosen belum mendapat pengakuan profesional, sepanjang belum mengikuti mendapatkan sertifikat. 

MAYA LESTARI GF

Image
Selamat, MAYA LESTARI GF Juara I Lomba Blog Pendidikan Keluarga Saya bangga mengikuti perkembangan kiprah kepenulisan ibu tiga anak yang pernah jadi mahasiswi saya ini, di Prodi Jurnalistik & Kehumasan Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Dakwah IAIN (kini, UIN) Imam Bonjol Padang.

catatan

Catatan yang Tercecer  Puncak pendidikan itu bergelar doktor. Dua huruf  yang disematkan di depan nama. Sebuah capaian yang sebenarnya tak pernah terbetik di waktu kecil. Perjalanan telah menggiring langkah ke sana, pergi dari dunia profesi yang sejak awal sudah digandrungi. Berawal dari menekuni dunia tulis menulis lalu menjadi profesi yang mengasyikkan. Entah itu wartawan, sastrawan, budayawan, seniman, menulis dan membaca adalah pokok kerjanya. Tulisan Wartawan Utama, Khairul Jasmi di Harian Umum Independen  Singgalang , Wartawan Senior Wiztian Yoetri di Harian Pagi Padang Ekspres dan tulisan salah seorang guru, Dr. Sheiful Yazan, M.Si, Dt. Mangkudun di Harian Khazanah telah menggugah saya untuk menulis. Saya terharu karena tiga nama di atas orang-orang yang saya hormati. Banyak sekali bantuan dari mereka hingga sampai ke puncak pendidikan yang memang tidak semua orang mau menuju ke sana kecuali atas desakan kewajiban karena sebagai seorang dosen. 

Irman Gusman Silaturahmi dengan Tokoh Masyarakat Sumbar

Image
Irman Gusman  Silaturahmi dengan Tokoh Masyarakat Sumbar PADANG, forumsumbar —Daerah-daerah harus bisa tampil dan tidak lagi bergantung kepada pusat. Apapun kejadian di pusat, harusnya tidak banyak pengaruhnya ke daerah. Itulah idealnya hubungan antara daerah dengan pusat dalam pemerintahan modern. Demikian disampaikan Irman Gusman dalam sambutannya saat acara silaturahmi dengan tokoh masyarakat Sumbar di Aula STMIK Indonesia, Khatib Sulaiman, Belanti – Padang, Kamis (24/10) malam. Lanjut Irman, daerah harus mampu memberdayakan diri dengan menggali potensi yang ada secara maksimal. Khususnya Sumbar, “mencermati politik pascapilpres, dan melihat susunan kabinet yang telah diumumkan, menjadi cambuk 5 tahun ini kita harus bekerja lebih keras lagi,” ingatnya. Begitu juga dengan Pilkada Sumbar 2020 ke depan, diimbau Irman, rakyat Sumbar lah yang mencari pemimpin itu, siapa pun itu. “Dilakukan diskusi-diskusi yang intens. Ketika sosok itu sudah didapatkan, dan tidak ada

Radikalisme

my think my twitt #radikalisme radikalisme itu memang mengancam persatuan dan kesatuan bernegara. ingin menghancurkan karena memang tak bersetia dengan perjuangan dan kebersamaan menuju kebaikan bersama. indonesia adalah keajaiban, juga karunia tuhan. damai itu mahal sekali. #membaca #menulis #radikalisme pekerjaan besar adalah, bagaimana menyisir secara detail, siapa saja dan dimana mereka berada? jika memang tak mau bersetia dengan negara kesatuan dan persatuan ini, silahkan minggat. jika masih mencintainya, mari membangun bersama dengan jalan damai, bukan menghancurkan. #membaca #menulis #radikalisme

Membaca Mimpi Dony Oskaria

Image
KOMENTAR Membaca Mimpi Dony Oskaria ABDULLAH KHUSAIRI Bermimpilah, sebelum bermimpi itu dilarang. Tak ada yang salah dari bermimpi sebab mimpi adalah titik picu dan pacu seseorang agar bergerak dan berjuang menuju harapan. Hidup harus punya harapan. Harapan lahir dari mimpi-mimpi. Mimpi harus menjadi kenyataan agar tidak ditertawakan menjadi khayalan! Plato menyebutkan, realitas hadir dari alam ide. Pun begitu kehidupan ini, berangkat dari ide-ide. Ide dalam kepala, hasil dari perenungan, daya pikir yang dituangkan, diperjuangkan, sehingga menjadi kenyataan. Sebuah daerah yang maju, lembaga yang kuat, berangkat dari ide-ide yang diperjuangkan dan direalisasikan. Adalah Dony Oskaria, seorang profesional di bendera usaha Chairul Tanjung Corps kelahiran Tanjung Alam, Tanah Datar, Sumatra Barat, 1969, menyatakan mimpi-mimpinya untuk Sumbar. "Saya galau melihat Ranah Minang tercinta. Bergerak lamban dalam pertumbuhan, padahal begitu banyak sumber daya alam

CATATAN PENDIDIKAN

Image
CATATAN PENDIDIKAN   Jalan Berliku Menuju Podium Itu... Oleh:   Dr. Abdullah Khusairi, MA Andrea Hirata menulis suasana tegang dan degup kencang jantung Ikal –tokoh dalam novel— ketika akan menghadapi ujian akhir di sebuah ruangan yang berumur ratusan tahun. “Inilah altar ilmu yang angker, mulia dan terhormat,” kata budak Belitong itu dalam dalam salah satu trilogy novelnya, Laskar Pelangi, Edensor, Sang Pemimpi . Ketika akan menulis suasana hati ujian Sidang Promosi Doktor, narasi di atas mengalir saja. Ingatan kembali kepada sebuah bacaan yang entah halaman keberapa tetapi sangat jelas; Andrea mendeskripsikan perasaan mahasiswa sebuah universitas di Sorbonn Prancis itu. Saya tidak di Prancis, tetapi di Ciputat. Kuliah di Sekolah Pascasarjana (SPs) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah. Sebuah universitas yang memang sudah diperhitungkan di tingkat Asean. Tak perlu pula berkecil hati, tak sampai ke Sorbonn   seperti Ikal. Setiap orang memiliki startin

Kisah Pagi

Image
Kebahagiaan aku kecil yang ditunggu ketika emak pulang dari pasar adalah penganan bernama cendil dan gethuk. Emak sudah tahu agar aku tak ikut ke pasar, main saja di rumah, nanti dibawakan makan. Ketika emak datang, maka ambillah keranjang belanjanya. Cari saja di dalam keranjang itu, pasti dapat.

Abdullah Khusairi, Mantan Wartawan Padang Ekspres Raih Gelar Doktor

Image
Kaji Wacana Radikalisme di Media, Lulus Cum Laude Wiztian Yoetri Wartawan Senior Inilah perjalanan seseorang yang dikenal gigih dan tiada pernah berhenti belajar. Sekalipun sudah memasuki dunia kerja, dia tetap belajar dan belajar: membaca dan membaca, menulis dan menulis. Dua hal yang selalu ia tekuni sepanjang hidupnya.  Selamat kepada Dr Abdullah Khusairi MA yang sudah menjalani ujian promosi dengan khidmat di Auditorium Sekolah Pascasarjana (SPs) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta, Senin (15/7). Sebuah capaian hebat oleh seorang mantan reporter, begitu saya pertama mengenalnya.  Si Dul—demikian kami menyapanya dengan akrab di ruang redaksi Padang Ekspres ketika itu—berhasil mempertahankan karya akhir berjudul ”Diskursus Islam Kontemporer di Media Cetak: Kajian terhadap Radikalisme dalam Artikel Populer Surat Kabar Harian Kompas dan Republika 2013-2017”, di hadapan para para profesor penguji. 

DOKTOR ABDULLAH KHUSAIRI LULUS CUM LAUDE

Image
Cendekiawan Muslim Lamban Menguasai Media  KHAIRUL JASMI Wartawan Utama  "Awak ke Jakarta, baok amak, istri, anak dan adik perempuan," kata Abdullah Khusairi. Dan pada Senin (15/7) mereka duduk dengan takzim, menyaksikan Khusairi jadi doktor di UIN Ciputat. Ini Senin yang cemerlang bagi mantan wartawan itu, setelah jungkir balik membiayai dirinya sendiri. Ibunya, memandang nyaris tak berkedip tatkala semua guru besar menyatakan, ia berhak menyandang gelar doktor. Khusairi lulus cum laude dengan nilai 95. "Dinyatakan lulus dengan nilai 95, cum laude," kata Prof. Jamhari, ketua sidang ujian promosinya. Pada awalnya, ia mendaftar S3 di UIN dengan bekal keras hati belaka. Hanya ada pesan: "Sekolahlah tinggi-tinggi,"  membuatnya tak henti untuk meneruskan sekolah hingga sampai ke tingkat doktoral. Itulah kalimat dari sang ayah sebelum pergi untuk selama-lamanya, 20 tahun silam. Kini ia meraih doktor dengan lika-liku panjang pengalaman. S

PROMOSI DOKTOR ABDULLAH KHUSAIRI

Abdullah Khusairi, Mantan Jurnalis Peraih Gelar Doktor dengan Nilai Cum Laude Rahmadi   16 Juli 2019   https://langgam.id/abdullah-khusairi-mantan-jurnalis-peraih-gelar-doktor-dengan-nilai-cum-laude/ Langgam.id – Abdullah Khusairi menjadi doktor ke-1.151 Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah. Mantan jurnalis Padang Ekspres itu berhasil mempertahankan disertasi berjudul “Diskursus Islam Kontemporer di Media Cetak, Kajian Terhadap Radikalisme dalam Artikel Populer Surat Kabar Harian Kompas dan Republika (2013-2017). Dengan begitu, lelaki kelahiran Sarolangun, Jambi 16 April 1977 silam, resmi menyandang gelar doktor setelah dinyatakan lulus dalam dalam sidang yang digelar Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah, Ciputat, Jakarta, Senin (16/7/2019) kemarin.

Catatan Ramadhan 1440 H

Buat Apa Sombong! Hebat. Apa yang hebat. Jangan sombonglah. Kuliah di Jakarta, sombong pula. Banyak orang yang sudah dulu kuliah di sana. Tak perlu berhebat-hebatlah. Apalagi sekadar menulis disertasi 300 halaman. Belum apa-apa. Sombong itu tak boleh. Ada paham? Hebat. Apa yang hebat. Kuliah ke luar negeri. Hebat apa pula itu? Bagi sebagian orang, mungkin saja. Sementara yang lain seperti pergi mandi saja ke luar negeri.  Jalani sajalah. Tak ada yang baru di bawah matahari ini. Sebelum kau lahir, sudah orang pikirkan. Lalu, apa benar yang hendak disombongkan? Anak orang kaya, kini kaya raya? Tunggu dulu, banyak yang lebih kaya. Biasa-biasa saja hidupnya. Malahan, ingin seperti orang biasa. Kamu, baru saja kaya, eh, belum kaya benar. Tetapi lagaknya nauzubulillah. Macam dunia sudah dalam kantong saja. Santai sajalah. 

22 Mei 2019

22 Mei 2019 Saya sedih. Rakyat dan aparat harus berhadapan di lapangan karena kekuasaan. Sehebat apapun logika tentang keadilan, penegakan hukum, semuanya menjadi kotor karena ada darah yang tumpah, nyawa yang melayang dan tangis seorang ibu karena kehilangan anak. Sementara itu, para elite masih membangun kebenaran dengan logika mereka sendiri. Kedua belah pihak meyakini dengan logika tersebut dan menginjak-injak komitmen hukum positif yang mestinya dihormati bersama. 

Harus Tunjukkan Demokrasi Terhebat di Mata Dunia

Image
Iwosumbar.com, Padang – Hasil Pemilu secara resmi ada di tangan KPU, itu mesti dinanti 22 Mei. Bersabarlah, agar jangan mudah terprovokasi oleh siapapun. Menurut pengamat pemikiran komunikasi Islam dari UIN Iman Bonjol Padang  Abdullah Khusairi, Hormatilah KPU. Walau memang dianggap paling buruk kinerjanya, tetapi saya memahami ada yang lemah dalam lembaga KPU, terangnya pada media ini Selasa (30/4/2019). Abdullah Khusairi juga mengatakan, Bagi politisi ulung, bisa memandang peristiwa suksesi punya kelemahan di sana-sini. Tetapi kelemahan itu tidaklah rusak semuanya. Ada kelebihan yang perlu diapresiasi. Ini yang tak muncul. Mungkin KPU harus berbenah soal komunikasi massa.

Media Massa vs Media Sosial

Media  Sosial vs Media Sosial Selemah-lemah usaha mendapatkan berita oleh jurnalis adalah berasal dari akun narasumber lalu ditulis menjadi versi hardnews. inilah yang membuat media sosial lebih unggul dari media massa. sebab publik sejajar dalam mendapatkan info dengan jurnalis. semestinya para jurnalis jauh di depan. #ngopipers Ada media online tanpa jumlah jurnalis yang memadai di lapangan tetapi media onlinenya selalu mendapat berita hangat. Redaktur kerja keras copas sana sini dari media online besar, lalu olah jadi berita versi media online tersebut. Ini membuat jurnalisme "secangkir isu sagantang bumbu," memeriah media online di tengah masyarakat yang belum memiliki literasi media yang memadai. #ngopipers 

Selangkah Lagi ...

Image
Selangkah Lagi.... Alhamdulillah. Minggu lalu, Kamis (18/4) hari yang mendebarkan. Berhadapan dengan enam profesor. Para guru besar idola. Tokoh publik, tokoh dunia. Reputasi keilmuan mereka sudah diakui di banyak kampus.  Di hadapan merekalah, naskah Disertasi Diskursus Islam Kontemporer di Media Cetak: Kajian Terhadap Radikalisme dalam Artikel Populer Harian Kompas dan Harian Republika 2013-2017 dihidangkan. Ujian tertutup itu dipimpin oleh Prof. Dr. Jamhari, MA. Penguji Utama, Prof. Dr. Azyumardi Azra, MA, CBE, Prof. Dr. Amsal Bachtiar MA, Prof. Dr. Iik Mansornoor, Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, Prof. Dr. Andi Faisal Bakti, MA. Nama terakhir adalah profesor yang membimbing dengan seksama perjalanan naskah disertasi, di samping itu juga memberi petuah-petuah bergizi, Prof. Dr. Komaruddin Hidayat. Keduanya teramat sibuk untuk mengurus satu disertasi, maka jadilah saya harus berjibaku agar mendengar dengan serius serta bekerja di atas ekspektasi mereka, agar mereka mau hadir

CATATAN 42Th

Image
Terima Kasih Emak Tercinta Alhamdulillah. Selasa, 16 April 2019, usia saya memasuki hitungan 42 tahun. Semua berjalan penuh makna dan kenangan. Hingga hari-hari menunggu Ujian Tertutup Program Doktor Sekolah Pascasarjana (SPs) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, nikmat usia yang diberikan ini merupakan anugrah terindah dalam kehidupan. Terima kasih, ya Allah Swt.  Perjalanan tetaplah perjalanan yang menapak pendakian tempat dimana impian berada. Harus ada perjuangan dan pengorbanan. Sendiri dan sepi di sini, orang-orang tercinta yang jauh, adalah pahit yang harus dijalani. Sudah menjadi sunatullah, ingin sesuatu yang manis mesti menjalani yang pahit. Semanis apapun impian itu, harus melewati sepahit perjuangan.  Adakah orang hidup yang manis-manis saja? Mungkin saja, tergantung perspektif. Tetapi jika kembali ke perspektif watak seorang insan, ia akan merasakan yang manis-manis itu sesuatu yang pahit bila terus menerus. Ada banyak orang yang sudah hidup t

DR. H. RAFI'I NAZARI

Image
Kakek (1991) - Cucu (2019)  Bersanding Riang ...  DR. H. Rafi'i Nazari adalah kakek saya dari garis ibu. Dia adalah paman dari emak saya. Adik nenek saya. Anak seorang ulama yang sangat masyhur di daerah Sarolangun dan sekitarnya, Ki. Ja'far Hasan.  Dr. Rafi'i Nazari tercatat sebagai staf pengajar di Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Thaha Syaifuddin (STS) Jambi, yang sebelumnya bernama IAIN STS Jambi. Lahir di Sarolangun, berkiprah di Jambi (181 Km). Menjadi santri di Pondok Pesantren Sya'adattuddarrain, Jambi Seberang, bersama teman seiringnya, Dr. H. Khatib Quzwain. Mereka adalah duo sahabat yang menjadi orang hebat di masanya. Kini keduanya telah tiada. Saya menemukan disertasi kakek saya ini, setelah bolak-balik di lemari disertasi pada Perpustakaan Sekolah Pascasarjana (SPs) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Ciputat saat berhari-hari sedang menulis disertasi saya agar bisa segera bisa meraih gelar doktoral. Lal

Jual Beli Jabatan

Jual Beli Jabatan #jbj saya pernah menyatakan kepada teman, bahwa mencintai jabatan fungsional sebagai staf pengajar. ini jabatan yang hampir sama dengan profesi jurnalis. saya akan menolak jabatan struktural di kampus. #jbj beberapa teman mencibir. saya berharap dia akan bersetuju dengan pendapat saya beberapa tahun silam, setelah #jbj di lingkungan kerja telah menjadi pembicaraan umum yang memalukan. kejahatan di balik kekuasaan akan ke permukaan pada waktunya. #jbj hadir karena ada orang ambisi tetapi tidak punya kapasitas kepemimpinan yang diakui lingkungannya. politik memang keniscayaan tetapi kapasitas kepemimpinan akan diakui secara ikhlas bila mana ia memang ada dalam diri seseorang. 

Brenton Tarrant, Fraser Anning dan EggBoy Will Connolly

Aksi teror itu lahir dari radikalisme. Satu aliran pemikiran yang kaku dan intoleran. Ada yang menyebutkanya ultrakanan. Terserah. Aksi teror itu dilakukan teroris bernama Brenton Tarrant. Membunuh 50 orang jamaah shalat jumat di Selandia Baru (New Zealand). Dunia mengutuknya. Tetapi Senator Senator Australia Fraser Anning seperti hendak membela Brenton Tarrant. Menyalahkan imigrant muslim.  Sementara itu, seorang bocah Will Connolly menimpuk Fraser Anning dengan telur. Will Connolly disebut EggBoy, atas aksinya. Aksi reaksi muncul karena aksi teror yang membuat nyawa-nyawa tak berdosa melayang. Tak ada angin tak ada hujan, peluru menghujam. Brenton Tarrant belajar membunuh dari sejarah yang pernah dibacanya. Entah dimana ia belajar. 

teologi pada pagi

berislam dgn dasar ilmu agama yg lemah cenderung membuat org mudah emosi menghadapi persoalan. kecenderungan teologi khawarij lebih mengemuka drpd teologi asya'riyah yg washatiyah. #teologi sementara, mereka yg memiliki dasar ilmu yg kuat cenderung lebih menggunakan nalar kritis sehingga kelihatan liberal bagi kaum khawarij. kafir mengkafirkan adalah pola lama menolak kebenaran yg dtg dari berbagai perspektif. kebenaran tafsir senyatanya tdk pernah absolut. #teologi

Nafsu Kuasa

pada politik, menyerang lawan tidak selalu memenangkan simpati publik. itu pelajaran penting dari fenomena sekarang ini, tetapi nafsu mengalahkan sering buat lupa diri. setiap hari menyerang, lupa tujuan politik sendiri'; memenangkan hati publik. kontraproduktif terjadi di sini. selain itu, ternyata menegakkan sesuatu yg salah dlm kelompok sendiri hanya akan mempertontonkan kebodohan. menunjuk hidung lawan dgn melebarkan persoalan, juga hanya mempertebalkan kebebalan. lama-lama publik muak jika memaksa bangunan nalar yg keliru sejak awal.

Group Randai Tuah Sakato

Image
Group Randai Tuah Sakato Kabupaten Sijunjung perform dalam ivent Festival Nan Jombang Tanggal 3 di Ladang Tari Nan Jombang, Balaibaru Padang, Minggu (3/2). Tuah Sakato membawakan cerita Rambun Pamenan, sebuah cerita rakyat yang banyak dimainkan dalam randai. Tanggal 3 adalah sebuah acara rutin setiap tanggal 3, kerja sama Nan Jombang - Bakti Budaya Djarum Foundation. 

my twit

dulu orang malas bicara politik, kini berlomba-lomba. mengkritisi negara mengkritisi pejabatnya. ini kemajuan. ada yg mencibir ada yg mencaci maki. semua ada kelasnya. seakan-akan ikut membangun negara. pokoknya, yes. saya, orang meraup untung dia menganga. hahaha. kecerdasan media massa, media sosial tak diserapi banyak orang. kecuali orang2 yg mau belajar. mereka yg hanya memanfaatkan, sering terpapar tanpa sadar. ikut arus, terbawa arus, tanpa bisa membuat arus. followers, itu semua kalangan, kelas, jabatan, profesi. ini posttruth era.

Tribute Nedi Gampo

Image
saya dekat dengan karya dan pribadinya pada suatu masa. kala mahasiswa, lagu-lagu komedi minangnya selalu terdengar di kost, angkot dan biskota. setelah kerja di @PadangTV saya mengomandoi program dan produksi, @Nedigampo_gp terlibat satu proyek presenter. banyak penontonnya.  telepon masuk, ramai. antri. berdering terus. ada quis yang dibawakan Nedi Gampo. Kalau tak salah, menjelang berbuka. Jangankan off air , sedang on air saja dia bagarah juga ke balik kamera.  "hallo dengan bang dul kenal? " kata Gampo ketika melayani penelepon. saya ada di studio. "ada kenal?" penelepon bingung. "sia tu," kata penelepon. "bos kecil, bos kecil," kata Gampo. Penelepon tambah bingung. "tah apo-apo se da Gampo ko," kata penelepon, suara perempuan. seorang gadis.  kami di studio ngakak. saya manajer, saya "bos kecil," dipanggil teman-teman kerja. merujuk bos besar, di atas kami, (alm. St. Zaili Asril). Bekerja dengan Da Ned

Radikalitas

radikalisme berkecambah di hati orang-orang yang kecewa berbunga di hati orang-orang tamak dan berbuah di hati orang-orang sombong....  #radikalitas 

Wahai Pagi Sabtu Jadul

Ini pagi Sabtu benar-benar kurang ajar. Tiba-tiba Polytron jadul yang dipermak hingga bisa pake dicolok flasdisk buat putar mp3, memutar lagu Nike Ardilla. Judulnya, Bintang Kehidupan. Lagu lama sekali. Segala memory tentang masa lagu itu berputar di kepala saya. Benar-benar keparat. 

LIVE IN PADANG TV

Image
Thanks You for Chief of Editor Padang TV. Sudah lama tidak live. Bangga pernah bergabung di awal tahun televisi ini berdiri. Seadanya. Modal semangat.  https://youtu.be/R6O4k5BTtpA?t=1586