Posts

Showing posts from 2006

HIPOKRISI dalam POSMODERNISME

Jika masih mengaku modern maka bersiap-siaplah untuk dikatakan ketinggalan zaman. Karena sekarang dunia berada pada puncak posmodernis. Sebentar lagi melompat ke neoposmodernis. Dan seterusnya entah apalagi kodefikasi kemajuan ummat manusia. Yang jelas, lompatan terjadi sangat cepat. Bisa jadi musim 3G (Three Generation) sebuah bentuk neoposmodernis itu. Sudah berada dimanakah kita? Bisa jadi belum masuk dalam kategori manapun. Atau lazim terjadi, pada banyak sektor kehidupan kita, mencamplok setiap kodefikasi itu serba sedikit. Misalnya, belum matang pada pre modern, sudah masuk ke kehidupan modern, tetapi sangat terpaksa hidup di zaman posmodernis. Dampaknya adalah terperangah dengan segala atraksi zaman. Tak ayal, menjadi penonton di ranah global yang sudah dikuasai kapitalisme dari berbagai sudut kehidupan. Kita dikepungnya. Mulai dari tempat tidur sampai kamar mandi. Misalnya? Apa merk sabun mandi yang kita pakai? Tulisan ini terekspresi dari laporan Zelfeni Wimra di Pada

ARISTO MUNANDAR: BUKA AKSES MODAL untuk KELUARGA MISKIN BERBASIS MASJID

Budaya malu bisa menekan angka kemiskinan di tengah masyarakat. Lebih-lebih di Ranahminang masih memiliki adat dan budaya yang masih kental. Bagaimana format agar kemiskinan bisa dihapuskan dengan budaya malu? "Kita mulai dengan membangkitkan kekerabatan yang sudah ada. Menata dan mengambil data base kemiskinan yang ada di tengah masyarakat. Khusus urang minang, keluarga, suku, jorong, nagari, adalah sesuatu yang penting bagi dirinya. Nah, kita akan lihat suku mana yang miskin itu, jorong mana, nagari mana," ungkap Bupati Kabupaten Agam, Aristo Munandar, ketika koran ini berkunjung ke kediaman Komplek Wisma Lapai Jaya Blok E Padang, (10/12). Aristo Munandar baru saja pulang dari Rapat Kerja Nasional Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil (Pinbuk) se-Indonesia di Medan, 7-8 Desember 2006. Di acara tersebut, Aristo mendapatkan penghargaan dari Pinbuk Award 2006 atas usaha Pemkab Agam usahanya dalam Pinbuk dan Baitul Mal at-Tanwil (BMT) di Kabupaten Agam. "Budaya malu kita sanga

TEMPURUNG KEPALA

Penulis buku Jaringan Ulama di Nusantara, Prof Dr H Azyumardi Azra, dalam sebuah kesempatan memberikan materi kuliah menyatakan pentingnya penguatan institusi agama dalam mengembangkan ummat. Kemajuan peradaban selalu dimulai dari berkembangnya cara berpikir ummat. Cara berpikir berhubungan erat dengan cara pandang, sedangkan cara pandang membutuhkan wawasan dan kearifan dari ilmu-ilmu. Ilmu-ilmu didapatkan dari penguatan institusi agama; seperti institusi pendidikan, keagamaan dan organisasi keagamaan. Putra Lubuk Alung Pariaman yang segera menyerahkan estafet Rektor IAIN Syarif Hidayatullah Ciputan Jakarta ini, juga mengatakan, di tengah arus global dengan berbagai aliran pemikiran, adalah pantas jika terjadi kehausan orang terhadap agama. Hal ini membuat lahirnya tasawuf modern, karena corak kehidupan agama di perkotaan yang bersentuhan dengan industri. Agama secara tidak sengaja memberi konsekwensi terhadap industri. Sekedar misal, perkembangan model fashion. Sayangnya, pada tatara

RESENSI NU Studies

Berselancar di Ombak Zaman Judul: NU Studies Penulis : Ahmad Baso Penerbit : Erlangga Cetakan : Agustus 2006 Resensiator : Abdullah Khusairi JIKA pandangan kita terhadap Nahdhatul Ulama (NU) sebagai organisasi agama dengan corak tradisional? Ada baiknya membaca buku ini. Ada banyak hal yang bisa membantah pandangan kita selama ini. Salah satunya adalah, anak muda NU lebih dinamis dan modern menatap zaman. Mereka menyadari benar, adalah sesuatu yang percuma, kalau memiliki stigma pemikiran modern tetapi justru lamban menerima perubahan. Pada tataran ini, NU bermain selancar yang mahir di gelombang zaman. Pemikiran yang diteruskan aksi strategis telah membuat posisi dan image tradisional kini luruh satu-satu. ?Setidaknya itulah yang tergambar dalam buku NU Studies ini. Memotret dari dalam wajah NU dari realitas zaman ke zaman. Dipaparkan oleh penulisnya, elit dan kaum ”kiai sarung” ternyata mampu menguasai rezim digitalisasi tanpa gagap menyergap, tanpa menggoyahkan kultu

MAKAN TEMAN

Saya dapat pengalaman menarik dalam sebuah perjalanan. Dua orang dewasa bercerita tentang salah seorang dari mereka telah dimakan oleh temannya sendiri. ”Kenapa tidak kau usut?” komentar lawan bicaranya. ”Saya tak mau memperpanjang masalah,” jawab yang bercerita. ”Lha. Kalau begitu anda rela dimakan terus menerus.” ”Bukan rela. Tapi sangat naif rasanya. Uang saya yang dia makan itu tak seberapa. Saya tahu sedang ditipu tapi yang penting menjaga pergaulan. Biarlah satu kali ini saja. Saya pikir, teman saya itu akan malu sendiri, saya yakin dia akan tahu saya menertawai dia.” ”Alasan yang sedikit bisa diterima. Tapi orang seperti itu biasanya tidak sejauh itu arif ia berpikir.” ”Ya, biarlah. Pergaulan ini macam-macam bentuknya. Teman dan saudara antara satu dengan yang lainnya tentu berbeda.” ”Tapi kita mesti punya sikap jantan. Kalau sudah merugikan tapi diam saja itu pertanda membiarkan diri teraniaya.” ”Saya menghargai sikap anda dan semoga anda menghargai kebodohan saya. Saya tetap b

Konfirmasi

Hai orang-orang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpa suatu musibah kepada suatu kaum. (QS.Al Hujarat; 6) Maka kalau ada isu beredar, janganlah cepat percaya. Bertanyalah, cari tahu kepastiannya dengan sumber yang benar-benar menguasai persoalan. Konfirmasi (memastikan) adalah sebuah keharusan. Apalagi jika ingin menyampaikan kepada yang lain. Harus benar-benar terukur kebenaran faktual materi informasi yang disampaikan. "Seorang jurnalis bukan saja harus konfirmasi agar berita yang disampaikan medianya bernas. Tapi juga harus verifikasi. Keduanya berbeda. Konfirmasi itu memastikan. Verifikasi itu menjernihkan. Silahkan buka buku, Sembilan Elemen Jurnalisme (Pantau 2003), ditulis Bill Kovach," ujar dosen komunikasi massa sebuah universitas swasta di Padang. Usaha verifikasi dilakukan dengan melihat aturan, bertanya pada pakar bukan untuk jadi sumber berita, selanjutnya juga termasuk memapa

SAJAK USAI LEBARAN

Usai Lebaran Kau dayung ke hulu melawan arus Tembesi menuju nasib kalah menang akhir lebaran orang-orang menyudahi salam. Kebencian kita tak terbatas siang malam menangisi dusun mati. Jiwa kita teramat sepi mengering sungai dan sawah air mata doa serupa kabut sesat di jalanan. Mengusir ke ujung nasib muara terasing dan terbuang di subuh paling hina. Dusun kita di huni hantu kita pergi dengan segenap resah membakar jiwa dan lebaran mengusir kerinduan kebencian kebisuan. Sarolangun Jambi, Oktober 2006 Kemarau Ini Semacam duka senja kita berkerontang di tanah merekah sawah-sawah memekik pilu meranggas kisah tersedih. "Hujankan kami di ujung malam wahai Wahdatul Wujud" Suara tak terperi requem terindah yang pernah terdengar aduh betapa kita sadar sungai mengalir kecil dan embun tiada menetes. Asap mengepung di horison tak terselam mata bathin kekosongan bersama kebodohan demi kebodohan yang membisik keserakahan. Akal dan hati kita telah kering dari segala makna. Hijau daun kedama

KABINET HBA-ENDRA

The right man the right place. The wrong man the right place. The right man the wrong place. The wrong man the wrong place. Kalimat di atas selalu menjadi acuan ketika orang bicara kabinet. Dimana harapan menempatkan orang yang tepat pada posisi yang tepat akan membawa kesuksesan team work. Sebaliknya, orang yang tidak tepat di tempat yang tidak tepat akan membuat program amburadul. Dan akan terjadi ketimpangan bila orang yang tidak tepat di tempat yang tepat atau juga orang yang tepat pada tempat yang tidak tepat. Hal terakhir acap kali menggagalkan semua sasaran yang akan dituju dalam team work. Pasca dilantiknya pasangan Bupati Kabupaten Sarolangun, H Hasan Basri Agus (HBA)-Wakil Bupati Cik Endra sebuah harapan besar tertumpang kedua pemimpin bumi Sepucuk Adat Serumpun Pseko ini. Harapan itu sebuah bayang-bayang kemajuan di masa depan. Dapatkah dua tokoh ini membawa Kabupaten Sarolangun sebagai "bintang" di tingkat nasional? Sungguh sebuah impian yang harus jadi kenyataan

BUPATI SAROLANGUN

Image
BERSAMA BUPATI SAROLANGUN, Hasan Basri Agus. Kamis (3/11), pukul 20.00 WIB. Lelaki murah senyum itu menyambut hangat kedatangan penulis di kediaman.

Selamatkan Iklim Investasi Pasbar

Ketua DPRD Kabupaten Pasaman Barat Asgul SE meminta agar Pemkab Pasaman Barat tidak mempersulit investor yang akan menanam modalnya di Pasaman Barat. Sebagai kabupaten baru, selayaknya Pemkab mengakomodasi keinginan investor, bukan memilih dan memilah sehingga menuai kekecewaan. "Saya mendesak agar iklim investasi Pasbar kondusif. Karena ini citra ke depan sebagai kabupaten baru. Saya mendapat laporan, ada investor yang kecewa karena izin survei diganti dengan investor lokal. Padahal investor ini sudah menjalankan aktivitas survei dan segera eksplorasi. Seterusnya akan melaksanakan eksploitasi. Lokasi Kuasa Penambangan (KP) sama dengan KP untuk investor lokal," kata Asgul kepada koran ini, di Padang, kemarin. Dikatakannya, investor yang sangat kecewa tersebut PT Sumatra Ina Minerindo (SIM), milik investor Inggris yang ternama dan memiliki lahan tambang biji besi di berbagai tempat di Indonesia. Salah satunya di Kutai Kalimantan. ?KP tersebut terletak di Nagari Airbangis Kecam

DI DALAM ENTAH

Kota ini mulai malam. Temaram datang detik demi detik. Jalan mulai remang, walau ada lampu jalan dan lampu kenderaan yang lalu lalang. Kota ini di waktu malam memang tak seramai kota metropolitan. Hanya beberapa tempat yang hidup sampai seperempat malam, selebihnya sunyi sepi. Di beberapa tempat itu pun, mungkin di emperan toko tempat mereka main domino. Di cafe-cafe yang pengunjungnya terdiri dari beberapa komunitas. Atau di tempat mereka menggoyangkan kepala dan badan sembari mabuk-mabukan. Hanya di situ. Tak ada kehidupan seperti siang, di mana semua orang berlari mengejar waktu, obsesi dan uang. Kota ini ketika malam, hanyalah segelintir orang yang mencari hidup dan terpaksa hidup di tengah malam. Sekilas memang terasa amat meyakinkan, kota ini sebagai kota pelajar. Dimana warga kota yang berbudaya, ramah, memiliki hobi membaca dimana saja berada. Baik di bus kota maupun di ruang tunggu. Tetapi, sesungguhnya, citra itu segera terkikis sedikit demi sedikit jika telah mendengar musik

JIWA LAPANG

Filosof politik Niccolo Machiavelli (1469-1527) termasyhur karena nasihatnya yang blak-blakan. Katanya, seorang penguasa yang ingin tetap berkuasa dan memperkuat kekuasaannya haruslah menggunakan tipu muslihat, licik dan dusta, digabung dengan penggunaan kekejaman dan kekuatan. Ini terdapat dalam buku The Prince (Sang Pangeran) karya filosof Italia ini. Buku yang mudah dibaca dan terjemahannya dalam banyak bahasa. Pun bahasa Indonesia. Machiavelli menasihatkan sang Pangeran agar dapat dukungan penduduk, karena kalau tidak, dia tidak punya daya menghadapi kesulitan. Tentu, Machiavelli maklum bahwa kadangkala seorang penguasa baru, untuk memperkokoh kekuasaannya, harus berbuat sesuatu untuk mengamankan kekuasaannya, terpaksa berbuat yang tidak menyenangkan warganya. Dikatakannya, meski begitu untuk merebut sesuatu negara, si penakluk mesti mengatur langkah kekejaman sekaligus. Sehingga tidak perlu mereka alami tiap hari. Kelonggaran harus diberikan sedikit demi sedikit sehingga mereka bi

Pantai Padang

Image
Pantai Padang Pantai Air Manis

SAJAK

Pucuk Taraqi Siapa yang mengembus angin? Menebar nyanyian terindah daun-daun pagi? Aku tak tahu selain Dia Tertinggi aku daki meminjam ar-Rumi, al-Qusyairi, Rabi’ah cinta dan puisi menakar embun tajalli dalam mimpi Sutardji Chalzoum Bahri, ar-Raniry, Hamzah Fansuri mabukku Dia di maqam tertinggi pucuk diam. Kau terimakah cintaku? Andalas Ramadhan 1427 H Kaji Sufi aku kejar fana’ bermandikan baqa’ berhanduk ittihad bersebadan dengan-Mu. Dunia begitu hiruk pikuk mengacau gelombang terpasang di mahligai cinta kita. Semenjak tanah buncah menggamang akal dan jiwa tangan kami menggapai di balik cermin buram tak kenal siapa kami sesungguhnya. Mengaji alip tiang menuju-Mu tertawa cinta kita asing di hadapan benda-benda dan siang gila membayang-bayang kelam. Andalas Ramadan 1427 H Duduk Sepi Karam jiwa tergugat asmara di ambang pagi imsyak menyudahi onani tunggu senja merah di ujung rindu adzan jauh mengelopak bunga sedap malam. Aku tersedak pada sebuah maqam

BERTIGA: NUZRAN JOHER

Image
Anggota DPD RI, Nuzran Joher (tengah), Hadi Sastra Wijaya (kanan), Abdullah Khusairi (kiri). Pertemuan singkat penuh makna setelah berpisah pasca Reformasi 98.

ZIKIR PIKIR

Suatu hari beberapa puluh abad silam, di Semenanjung Asia Kecil, sekelompok warga Kota Athena mengemukakan pertanyaan. Mengapa alam semesta ini begitu teratur? Berubah dalam keteraturan pula. Sejak kapan alam ini ada? Pertanyaan ini beranak pinak menuju puncak tanya yang paling tinggi dari waktu ke waktu meminta jawaban. Tetapi jawaban itu tak pernah mencapai puncak. Ia justru tenggelam dalam lembah keraguan. Lahirlah novel, sajak, nyanyian tentang alam, dewa, asal-usul. Mitos dan dongeng berkembang biak sampai kejenuhan zaman. Zaman kejenuhan dongeng-dongeng itulah datang orang bernama Thales (624-548 SM) yang berpendapat agak menjawab persoalan, alam ini hakikatnya adalah air (arche is water). Ia mengatakan sesuatu yang ada adalah air. Karena dia anak nelayan. Sedangkan Anaximandros menyatakan, sesuatu yang paling awal dan abadi (arche is to apeiron). Lain pula Pythagoras yang mengatakan hakikat alam semesta adalah bilangan. Demokritos menjawabnya dengan atom. Hakikat alam semesta ad

SENTOSA ISLAND SINGAPORE

Image
Perjalanan selalu menyisakan kenangan. Sentosa Island sebuah tempat menyenangkan. Kemasan yang mengesankan. Padahal, alam seperti tidaklah berbeda dengan negeri gemah ripah loh jinawi, Indonesia tercinta. Foto diabadikan oleh Cris Independen, wartawan Independen Jambi, April 2005, perjalanan itu masih membekas….  

SASTRA-CERPEN

BONEKA PINGUIN Cerpen Abdullah Khusairi BEBERAPA minggu belakangan banyak sekali boneka pinguin dijual di jalanan. Bentuknya indah dan lucu. Besar dan berwarna-warni. Sepuluh, lima belas, dua puluh, berjejer rapi seperti beranak pinak menunggu pembeli. Kalau angin bertiup karena kenderaan yang lewat, mereka tampak kompak seperti dikomando rebah ke kiri, ke kanan, ke depan ke belakang. Aduhai indahnya. Setiap melihat boneka pinguin itu entah kenapa aku jadi ingat anakku, Eni, yang berumur tiga tahun setengah. Dalam pikiranku, pasti ia bahagia kalau aku belikan dia satu buah boneka pinguin itu. Kalau aku beli, pinguin sebesar badan Eni itu, pastilah ia tak mampu mengendongnya seperti boneka-boneka yang pernah aku beli, paling-paling ia mampu menyeretnya kalau ingin memindahkan boneka itu. “Lima belas ribu bang,” jawab penjual boneka ketika kutanya kemarin, aku benar-benar tak tahan untuk membelinya untuk anakku. “Tak kurang?” tanyaku lagi. “Tidak, harga pas,” jawabnya sembari memompa pin

RASA AMAN

Sesuatu terasa sangat berharga jika ia sudah tak ada lagi. Jika ia ada, sepertinya tak berharga atau kita sendiri kurang menghargainya. Begitulah sifat manusia, kurang menghargai setiap nikmat yang sudah didapat. Sekedar misal, kesehatan jasmani dan rohani yang disepelekan. Tidak olahraga (untuk jasmani) dan tidak pula berdoa dan ibadah (untuk rohani). Padahal, keduanya adalah kebutuhan jasmani dan rohani. Hal itu pula yang terjadi dalam keseharian kita akhir-akhir ini. Rasa aman yang kita miliki selama ini seperti tak begitu berharga. Kita tak perlu mengingat-ingat Pemilik rasa aman, seperti kita melupakan pentingnya kesehatan. Padahal, kita meminjam rasa aman itu dari pemiliknya. Kita pinjam semua nikmatnya. Rasa aman, rasa bahagia dan sekaligus rasa takut. Itulah fitrahnya manusia. Akibat tidak terlalu mementingkan dan tidak merasa pentingnya rasa aman yang telah terpinjamkan, maka kita poya-poya 'kan rasa aman itu. Kita cari rasa takut, seperti berminatnya kita dengan film-film

PLAY STATION

"Hiyat... Hiyat..." "Ayo..., lawan, awas...., Ciat..." "Your Lose..." Suara dari mesin canggih terdengar menggema di dalam ruang kecil itu, permainan Adek dan Opich berakhir. Adek kelihatan kusut, manyun, sementara Opich senyum puas, lawannya dapat dikalahkan. "Masih sanggup?" Tawar Opich. Ada kebanggaan dan tantangan dari nada suaranya. "Masih...!" Jawab Adek mantap. Penasaran! Mereka kembali bertarung lewat mesin yang diberi nama Play Station itu. Di monitor kelihatan orang jagoan sedang bertarung, masing-masing dikendalikan oleh Opich dan Adek. Mereka berdua baru kenalan satu jam yang lalu, saat akan main. Saking asyiknya mereka tidak mempedulikan situasi di sekeliling, mata mereka melotot ke layar monitor, sedikit saja lengah akan berakibat fatal. Kalau. Dan bayar biaya rental! Dua puluh menit berlalu, Adek kembali kalah, kali ini lebih parah lagi. Tak satu point pun dapat diraihnya. Adek panik. Panas! "Oke.. Aku angkat topi, k

Politik Bahasa Politik

Bagaimana mengemas kampanye yang bisa menghibur. Pendekatan yang tidak menggurui. Sehingga sasaran agar menjadi pilihan rakyat, memenangkan hati rakyat, sampai dan berhasil?   Mengamati baliho, spanduk, poster, calon-calon yang ada di sepanjang jalan, beragam pesan, model dan warna yang ditampilkan. Tetapi sayangnya, tidak begitu banyak yang memiliki daya tarik. Eye Caching belum terasa. Pengamatan ini setidaknya didasari dari design, performance dan kata-kata yang digunakan.