METODE TAFSIR TAHLILI ABDULLAH KHUSAIRI Pendahuluan Salah satu dampak positif dari pernyataan Gubernur DKI Basuki Tjahya Purnama yang diduga menistakan agama oleh sebagian golongan ummat Islam adalah tafsir-tafsir al-Quran dibicarakan di ruang publik secara terbuka. Khususnya Surat al-Maidah ayat: 51. [1] Terlepas kepentingan politik praktis kekuasaan yang telah mengitari persoalan penafsiran surat al-Maidah ayat: 51 tersebut, yang jelas di panggung publik, media massa dan media sosial, tafsir al-Quran khusus ayat-ayat yang berkenaan dengan kepemimpinan telah disuarakan secara lantang. Persoalan serupa ini memang sering muncul dalam kontestasi politik menjelang dunia suksesi di daerah bahkan dalam Pemilihan Presiden. [2] Walau pun akhirnya, memang pendalaman kajian tafsir harus terus dipaparkan kepada publik agar tidak terjebak dalam logika sempit dan menjauhkan simpati dan menegasi keberagaman dan al-islam al-rahmat al-amin . [3]
Resensi Cinta dan Iman Jadi Energi Judul : Asmara di Atas Haram Penulis : Zulkifli L. Muchdi Penerbit : Erlangga Cetak : Maret 2012 Tebal : 466 Halaman ISBN : 978-979-099-835-3 Konsep hidup kita akan berbeda-beda, sesuai dengan pengetahuan yang kita miliki. Kita berpegang pada keyakinan, juga pada pola pikir yang kita bangun. Ia dipengaruhi oleh pengetahuan, agama, lingkungan dan juga cita-cita yang kita inginkan. Namun demikian, jika kita tanya ke dalam lubuk hati kita, apa yang kita cari dalam hidup ini? Filosof Yunani, Aristoteles ( 384 SM – 322 SM) pernah menjawabnya, manusia hidup mencari kebahagiaan. Kebahagiaan seperti apakah yang dicari oleh manusia? Jawabannya, kembali lagi kepada, apa pola pikir yang dibangun, apa agama, apa pengetahuan, dan seterusnya. Semua itu, menjadi modal untuk membangun watak seseorang. Sadar tidak sadar, ia akan d
Jejak Kaki Regu Harimau ABDULLAH KHUSAIRI Satu foto seribu kata Kata adalah kisah Kisah adalah jejak Jejak adalah kenangan! Begitulah, setelah sebuah foto lama dan buram diposting di bilik percakapan mengabarkan seribu kisah di baliknya. Kisah 30 tahun silam. Tahun 1990. Pada foto itu, anggota Regu Harimau Pondok Pesantren Al-Hidayah Sarolangun sedang berbaris tertib menuju lapangan upacara pada sebuah pagi yang sama serupa pagi ini, dari sebuah tenda yang dibuat serapi mungkin, walau tidak sekeren tenda-tenda "budak kini..." Begitu buram foto itu, tak lagi kelihatan siapa saja di dalamnya. Hanya yang jelas, ketua regu. Ya, ketua regu itu adalah Dr. Sufyan Ramli, M.Ag. paling kiri. Saya entah dimana, biasanya seingat saya, selalu berada di depan, atau nomor dua, sebab berbadan kecil. Anggota berbadan besar biasanya di belakang. Saya sudah lupa anggota-anggota lain.
Comments
Post a Comment