RESENSI NU Studies

Berselancar di Ombak Zaman


Judul: NU Studies

Penulis : Ahmad Baso
Penerbit : Erlangga
Cetakan : Agustus 2006
Resensiator : Abdullah Khusairi

JIKA pandangan kita terhadap Nahdhatul Ulama (NU) sebagai organisasi agama dengan corak tradisional? Ada baiknya membaca buku ini. Ada banyak hal yang bisa membantah pandangan kita selama ini. Salah satunya adalah, anak muda NU lebih dinamis dan modern menatap zaman. Mereka menyadari benar, adalah sesuatu yang percuma, kalau memiliki stigma pemikiran modern tetapi justru lamban menerima perubahan.
Pada tataran ini, NU bermain selancar yang mahir di gelombang zaman. Pemikiran yang diteruskan aksi strategis telah membuat posisi dan image tradisional kini luruh satu-satu. ?Setidaknya itulah yang tergambar dalam buku NU Studies ini. Memotret dari dalam wajah NU dari realitas zaman ke zaman.

Dipaparkan oleh penulisnya, elit dan kaum ”kiai sarung” ternyata mampu menguasai rezim digitalisasi tanpa gagap menyergap, tanpa menggoyahkan kultur ke-NU-annya. NU Studies adalah terobosan, dimana terdedahkan tradisi, pencerahan dan kritisme elite NU membaca fenomena. Mereka ikut di dalamnya sebagai orang NU Indonesia. Pada tataran ini, kekalahan psikologis bagi NU itu tidak ada dalam tatanan perkembangan ummat. Karena tradisionalisme NU amatlah rasional dan dinamis. Tidak vakum dan jumud pada tradisionalnya.

Namun demikian, sejauh perkembangan yang ada, dimana lahirnya berbagai aliran pemikiran tetapi tetap memiliki akar yang kuat pada kutub sejarah—kutub ini selalu ada dalam sejarah Islam. Fundamental Islam dan Neo Liberal.

Dalam sejarahnya, asy'ariah dan mu'tazilah. Satunya bebas berpikir melawan arus dengan alasan yang kuat, sedangkan yang satu lagi ”taat pada teks tanpa perlu hermeneutik”. Satu kutub berkiblat ke Amerika dan melawan kutub lain yang berkiblat ke Saudi Arabia. Lagi-lagi Timur-Barat. Yang pertama berbicara sebagai populis dan pembebasan. Sementara yang terakhir berbicara tentang pemurnian agama dan puritanisasi tatanan sosial-politik Indonesia, dengan mengabaikan kenyataan bahwa ”kita adalah orang Indonesia yang beragama Islam”, dan bukan ”orang Islam yang tinggal di Indonesia.”

Buku ini memaparkan hal-hal di atas dengan kritis. Pertama diawali dengan sebuah landasan metodologis seputar persepsi awal. Dimana munculnya NU Kultural---kembali ke khittah. Dalam kontek seperti ini, NU bukan ditulis dari luar tetapi NU sendiri yang menulis sejarah atas dirinya (Bab 2). Sebagai subjek sekaligus objek. Sementara itu, pada bab 3, dipaparkan fiqih (hukum) sebagai wacana tandingan sekaligus perlawanan. Fiqih ini sebagai pemaknaan sosial atas eksistensi NU.
Pada bab 3, 4 & 5, diungkapkan kesejarahan tradisi ahlusunnah waljamaah secara history politic. Di sini letak pencerahan pemikiran Islam sebagai bingkai Islam dengan paradigma moderat. Tetapi, ia bukanlah seperti mobilisasi Islam moderat-liberal seperti saat ini. Pada bagian kedua, buku ini menampilkan kehadiran NU sebagai kritik epistimologis, termasuk cara-cara kerja operasional. Bab 6, diawali denga menampilkan kritik dan metode postmodernisme sebagai varian dalam NU. Kemudian dalam bab 7, kritik diarahkan kepada noe-modernisme Islam dengan fokus utama pemikiran Nurcholis Madjid dilanjutkan dengan pemikiran Abdurrahman Wahid. Penulis buku ini mencoba mencari titik temu dua tokoh sentral sebagai genealogi NU (8 & 9).

Pada bagian ketiga, dipaparkan secara jelas dan rinci praksis dari NU. Bab 10 mengemukakan bagaimana praksis Nu berkaitan dengan kebangsaan dan keislaman dan praksis itu dibahasakan dengan kerja "menulis". Dilengkapi pada Bab 11, mengungkapkan NU berpendapat tentang jihad dan terorisme terutama dalam konteks konstruk ideologis ”benturan peradaban”, dalam konteks globalisasi kapitalisme dan militerisme neo-liberal seperti sekarang ini. Pada bab-bab selanjutnya pada bagian ketiga ini, peran NU terhadap kemanusiaan dan agama yang ditindas oleh negara dan kapital.

Beranjak dari potret kritis pada buku ini, maka hapuslah pendapat bahwa NU sebuah lembaga tradisional dalam agama.

Penulis buku ini seperti membantah hal tersebut secara tidak langsung dengan paparan lugas dinamika kehidupan NU dalam melihat fenomena yang berkembang. Wajar, NU peselancar di gelombang zaman.

Baik oleh individu NU maupun sebagai lembaga, permainan di tengah gelombang zaman itu membuat NU semakin hari-semakin indah.
Silahkan banding dengan organisasi seperti NU di negeri ini setelah membaca buku ini, semuanya akan terasa berbeda. Buku ini penting dibaca oleh sejarawan, penganut ilmu sosial dan keagamaan.
Karena ada warna dan corak baru pada teknik pemaparan kritis persoalan dengan berlandaskan persepsi kekinian. Selamat membaca. []

Comments

Popular posts from this blog

METODE TAFSIR TAHLILI

RESENSI ASMARA DI ATAS HARAM

#DIRUMAHAJA