Monday, November 20, 2006

TEMPURUNG KEPALA

Penulis buku Jaringan Ulama di Nusantara, Prof Dr H Azyumardi Azra, dalam sebuah kesempatan memberikan materi kuliah menyatakan pentingnya penguatan institusi agama dalam mengembangkan ummat. Kemajuan peradaban selalu dimulai dari berkembangnya cara berpikir ummat. Cara berpikir berhubungan erat dengan cara pandang, sedangkan cara pandang membutuhkan wawasan dan kearifan dari ilmu-ilmu. Ilmu-ilmu didapatkan dari penguatan institusi agama; seperti institusi pendidikan, keagamaan dan organisasi keagamaan.
Putra Lubuk Alung Pariaman yang segera menyerahkan estafet Rektor IAIN Syarif Hidayatullah Ciputan Jakarta ini, juga mengatakan, di tengah arus global dengan berbagai aliran pemikiran, adalah pantas jika terjadi kehausan orang terhadap agama.
Hal ini membuat lahirnya tasawuf modern, karena corak kehidupan agama di perkotaan yang bersentuhan dengan industri. Agama secara tidak sengaja memberi konsekwensi terhadap industri. Sekedar misal, perkembangan model fashion.
Sayangnya, pada tataran ini, acap terkesan agama sebuah komoditas. Lebih-lebih jika sudah bersentuhan dengan selebritas. Alih-alih untuk memajukan ummat, yang terjadi adalah prestise mengungkapkan pengalaman religi seseorang dan lahan produksi kesalehan formal. Artinya, simbol agama dikedepankan dari pada substansi beragama.
“Maka lahirlah derai air mata dalam doa bersama. Seakan-akan telah diampuni dosa-dosa dan sorga di depan mata.” Begitu teman saya berkomentar pada lain kesempatan. Sedikit bernada bergurau dengan makna yang paling dalam. Saya hanya tersenyum simpul saja.
Membaca pemikiran Azyumardi Azra, tampaklah kecendrungan analisa keummatan menurut sejarah yang akan berkembang. Maklum, sebagai akademisi dan peneliti, ia menemukan akar sejarah hingga hari ini masih mengitari peradaban.
Sekedar misal, jika istilah pluralisme sudah tercoreng, sekarang muncullah istilah multikulturalisme. Bila abad pertengahan istilahnya adalah salafi, hari ini istilahnya adalah neo salafi. Begitulah seterusnya.
Sejak mendapatkan segelintir pemikiran lulusan Columbia University New York tadi, saya selau bertanya-tanya tentang loncatan peradaban yang bisa dilakukan ummat. Bagaimanakah caranya? Karena ummat masih, sedang dan akan beranjak bersamaan dari pra agraris, agraris, industri, teknologi informasi dan jasa. Semuanya berkembang pada alur itu. Jika jawabannya adalah institusi pendidikan, sejauh ini wilayah yang jadi harapan ini dirasuki konflik politik internal yang membuat runtuhnya kepercayaan publik. Jangankan membangun pencitraan, memulai untuk pembenahan saja amatlah rumit. Hal ini terjadi di banyak tempat pada institusi yang diharapkan ummat.
Suatu hari saya membaca pendapat Rasyid Ridha, katanya, etos kerja dan perkembangan suatu ummat juga dipengaruhi faktor iman dan cara ia beriman. Apakah ummat berada dalam kegamangan atau gagap dalam memahami iman? Saya cepat-cepat menepisnya karena ini hal paling sensitif. Menurut Rasyid Ridha, pada titik iman akan mempengaruhi cara kerja (etos). Di situlah lahir motivasi. Sekedar misal, orang akan bekerja keras bila ia menyadari hidup di dunia adalah modal di akhirat. Maka ia bekerja keras untuk hidup terbaik di dunia. Beramal saleh dan ambisi mendapat tempat terbaik. Mencari harta untuk beramal.
Berbeda dengan ummat yang berserah diri kepada nasib—sesuai pandangan iman yang dimiliki—akan lamban berubah. Menurut Iqbal, ummat seperti ini tidak lebih baik dari ummat lain yang berpikir. Apakah pada hari ini sudah berpikir? ”Ya, sudah amat dalam berpikirnya. Karena harus bertahan hidup. Yang diperlukan itu tak sekedar pendidikan, tetapi juga pembinaan.”
Soal pembinaan, ummat butuh tokoh. Nah, di sinilah persoalan yang sering terkendal. Tokoh kita jarang bisa jadi panutan keran acap terlibat konflik.
”Pendidikan, pembinaan tiada berarti kalau tidak ada ketulusan dan kesadaran tentang iman. Bukalah tempurung yang ada dalam kepalamu agar tidak ada katak yang berdiam di sana.” Begitu kata seseorang yang saya anggap dekat memberi kearifan dengan berfilsafat tidak sengaja. Setelah saya pikir-pikir. Benar juga. []
abdullah_khusairi@yahoo.co.id

No comments:

Post a Comment