CERPEN
Gemercik Api Batang Hari airnya tenang, sungguh pun tenang derasnya ke tepi. Anak Jambi jangan dikenang, kalau dikenang merusak hati.* Dewi terkesima membaca pantun yang masuk ke inbox dikirim dari nomor yang tidak dikenal. Ia menebak-nebak dari siapa pesan pendek berupa pantun itu. Dan tiba-tiba melintas ingatan tentang seseorang yang sudah lama terkubur di hatinya. Wajah tampan seorang laki-laki melintas di angan-angannya. Ah! Mungkinkah dia? Dewi harap-harap cemas. Dan semua kenangan hidupnya di negeri Sepucuk Jambi Sembilan Lurah terburai sudah. Ah, itu sudah lima tahun lalu.