Friday, April 11, 2008

SECANGKIR ISU, SEGANTANG BUMBU

Beredar isu beberapa orang pejabat sedang menikmati shabu-shabu di sebuah hotel berbintang ditangkap aparat.
Pesan Pendek (Sandek) bersileweran melalui Short Messege Service (SMS) seputar isu ini, beberapa hari belakangan.
Wartawan yang sehari-hari mengendus, mengintip, mendengar, setiap peristiwa dan isu, panas dibuatnya. Karena ketika diminta keterangan dari sumber resmi, tak satupun yang membenarkan.




Wartawan belum puas. Terus mengendus, mengintip dan menguping perkembangan terakhir. Tak boleh luput sedikit pun. Tak bisa tidur selayangpun. Silih berganti wartawan saling tanya informasi yang didapat. Berharap segera menemukan sumber valid agar bisa diturunkan beritanya.
Wartawan belum bisa menulis jika belum mendapatkan data dan fakta yang valid ---Kecuali wartawan infotainment yang bisa memainkan narasi dahsyat dari pada fakta yang didapat--- karena
isu ini sangat rawan. Sedikit saja keseleo, akan membuat runyam. Merujuk UU Pers No 40 Tahun 1999, wartawan Indonesia menyampaikan berita tidak beritikad buruk. Apalagi tidak didukung data dan fakta, tak mungkin menyebut nama seseorang terlibat kasus zat terlarang itu.
Sumber berkompeten sudah berkali-kali dihubungi, didatangi dan sudah menyatakan, isu tersebut tidak benar. Kalau benar, tentu diekspos sebagai prestasi dalam kasus penanganan Narkoba. Karena prestasi seperti itu ditunggu, sebagai bentuk keberhasilan membasmi penggunaan zat psikotropika. Ia musuh dunia!
Wartawan juga telah menanyakan kepada orang-orang yang mungkin bisa dijadikan sumber berita. Bahkan kepada mereka yang juga disebutkan nama dalam pesan pendek itu pun ditanya. Jawabannya sudah pasti tidak!
Nah, sayangnya pesan pendek itu terus beredar. Seperti ingin memperlihatkan siapa sedang memainkan secangkir isu segantang bumbu. Pesan itu ditambah-tambah, setiap ada pengirim yang baru.
Wartawan tak boleh terkecoh. Selalu waspada agar tidak dimanfaatkan pihak-pihak tertentu yang akan mengambil keuntungan.
Namun di tingkat lain, ada yang menelan isu itu mentah-mentah. Lalu mengirim kembali dengan menambah bumbu baru. Maka isu itu seperti bola salju (snow ball). Bergulung dari atas bukit salju makin membesar setiba di bawah.
Wartawan tidak boleh menfitnah. Harus punya data dan fakta di tangan agar bisa menulis dengan jernih, fokus dan mencerahkan.
Kini, segantang bumbu telah bercampur-baur dengan secangkir isu. Isu lebih sedikit, tetapi bumbunya banyak. Bagaimana mungkin menulis isu, yang belum tentu ada kebenarannya, sementara sudah ditambah pula bumbu penyedap.
Akhir-akhir ini, isu pejabat memakai shabu-shabu itu berubah arah menjadi siapa memainkan apa, untuk apa dalam rangka menjelang Pilkada. Tak dapat dipungkiri, menjelang Pilkada selalu ada cerita. Cerita jauh dari fakta-fakta. Tetapi yakinlah, masyarakat tidak begitu mudah dibohongi.
Salah satu titik rawan pekerjaan wartawan adalah menyampaikan berita tanpa fakta. Walau fakta bisa direkayasa tetapi wartawan mesti memiliki dan menyimpan data dan fakta. Agar fakta bisa faktual menjadi berita, tak hanya harus konfirmasi, tetapi juga harus rajin menverifikasi fakta-fakta sesuai dengan aturan-aturan, norma-norma, logika berita, konfirmasi ulang, meminta penjelasan ahli dan sebagainya.
Bill Kovach di dalam buku Sembilan Elemen Jurnalisme menyebutkan, elemen pertama adalah kebenaran faktual. Kebenaran yang tidak bisa dibantah sepanjang belum ada fakta baru.
Oleh karenanya, sangatlah rawan, menuliskan secangkir isu dicampur dengan segantang bumbu. Kata orang, titip uang bisa berkurang, titip pesan bisa bertambah. Nah, apa lagi isu, bisa bertambah dan bertambah, seperti bola salju tadi.
Ada yang bermain di balik isu. Siapa dia? Jangan pernah meraba-raba dan menyangka-nyangka. Sekali lagi, ini persoalan rawan yang sudah merebak dan dengan sendirinya hilang di telan angin.
Kata Seno Gumira Ajidharma, kebenaran tidak bisa dikalahkan tetapi ia bisa dibungkamkan. Tapi kebenaran seperti angin, ia akan keluar pada waktunya melalui apa saja. Seperti kebebasan, kebenaran, semakin tertutup akan terbuka. Semakin disembunyikan, semakin kelihatan. Semakin dimainkan, akan kelihatan siapa yang sedang bermain. []

No comments:

Post a Comment