PLAY STATION

"Hiyat... Hiyat..."
"Ayo..., lawan, awas...., Ciat..."
"Your Lose..." Suara dari mesin canggih terdengar menggema di dalam ruang kecil itu, permainan Adek dan Opich berakhir. Adek kelihatan kusut, manyun, sementara Opich senyum puas, lawannya dapat dikalahkan.
"Masih sanggup?" Tawar Opich. Ada kebanggaan dan tantangan dari nada suaranya.
"Masih...!" Jawab Adek mantap. Penasaran!
Mereka kembali bertarung lewat mesin yang diberi nama Play Station itu. Di monitor kelihatan orang jagoan sedang bertarung, masing-masing dikendalikan oleh Opich dan Adek. Mereka berdua baru kenalan satu jam yang lalu, saat akan main. Saking asyiknya mereka tidak mempedulikan situasi di sekeliling, mata mereka melotot ke layar monitor, sedikit saja lengah akan berakibat fatal. Kalau. Dan bayar biaya rental!
Dua puluh menit berlalu, Adek kembali kalah, kali ini lebih parah lagi. Tak satu point pun dapat diraihnya. Adek panik. Panas!
"Oke.. Aku angkat topi, kali ini...," Ungkap adek kecewa berat, setelah mendengar peringatan Game Over dari sound speaker. Tapi dari nadanya masih ada dendam. Ia mundur.
Kali ini ia diganti oleh Ana. Cewek putih berkacamata minus, mata sipit, manis dengan rambut sebahu. Opich grogi. Apalagi saat Ana mengulurkan tangan mengajak kenalan, sebelum menyentuh stick.
“Ana..”
“Opich...” Jawab Opic, dingin.
“Mari kita mulai...,” Tantang Ana.
“Oke..!” Opich mantap.
Opich mempersilahkan Ana memilih menu lebih dahulu. Setelah Ana mengangguk tanda selesai, Opich baru memilih menu. Kali ini jagoannya dipilihnya Hercules !
Pertarungan dimulai, keduanya tenggelam di dunia itu. Yang terdengar hiruk pikuk mesin. Mulai dari balapan sampai pertarungan. Dari permainan Opich dan Ana terdengar suara gebukan, tendangan, sesekali pekikan. Auh! Tanda ada yang kena sasaran. Mereka begitu asyik! masuk dalam dunia fantasi itu. Sementara asap rokok menebar di seluruh ruangan disapu oleh kipas angin. Pengap! Semua itu demi mencari gelar, "Gammer Mania Sejati"
Seperempat jam berlalu, Ana langsung kalah. Ana ngotot sendiri, mengutuk diri, lalu meneruskan ronde demi ronde. Pada ronde terakhir kedua pemain itu tegang. Penentuan gengsi. Siapa yang terbaik di gelanggang ini.
Dan...Ternyata Ana kalah! Opich cukup puas dengan permainannya sendiri. Adek sudah dikalahkan. Ana tumbang.
Ia mundur. Menarik diri. Puas! dipersilahkannya kepada yang sudah lama antri ingin memegang stick. Selanjutnya, ia raih teh botol dari kulkas dekat pintu ruang rental Play Station itu.....
***
Pukul dua siang. Adek berjalan lesu pulang ke rumah. Masih pakaian sekolah. Sampai di rumah, seperti biasa di rumah sepi. Ayah dan Ibunya pulang sore dari tempat pekerjaan. Adek masuk kamar dan ganti seragam abu-abu ke pakaian santai. Selesai ganti pakaian ia menyelinap masuk kamar ibunya, hati-hati sekali. Rupanya ia mulai operasi, memeriksa kantong baju, celana ayahnya yang sedang tergantung. Mencari sesuatu. Pindah ke lemari pakaian, menyibak pakaian yang telah rapi dilipat. Membuka laci. Dan ia menemukan buku belanja ibunya. Dari tengah buku itu, ia mencabut uang pecahan dua puluhan ribu. Cepat-cepat ia susun kembali apa yang sudah dibukanya tadi seperti semula. Menutup jejak. Ada rasa bersalah di bathinnya, namun cepat-cepat ia buang perasaan itu.
Ia tetap tak bisa, akhirnya ia ingat masa kecil sampai ia kelas dua es em u ini. Ia tidak pernah melakukan hal seperti ini. Ayah ibunya sudah begitu percaya dengannya, adik-adiknya, mereka sudah tahu perangai semua anak-anaknya. Tidak ada yang maling...Tak ada yang membelanjakan uang SPP. Semuanya rajin sekolah dan berprestasi. Tapi.., perasaan itu kalah seketika kala ia ingat, ingin menjadi Gamer Mania dan kata-kata tantangan Opich, lawannya.
Tanpa mampir ke meja makan, ia keluar kamar langsung menuju paviliun mengambil sandal dan siap terbang....
"Hait... mau kemana...?!" Sari adik Adek yang masih di es em pe itu mengejutkan datang dari dapur. Adek salah tingkah. Sedangkan Sari ngakak...Tanpa ada rasa curiga sedikitpun.
"Tadi ada telepon dari Desi.."Kata Sari.
"Apa pesannya.."
"Er, i, en, de, u, Rinnnnndu..!"
"Yang benar aja, pesan orang jangan dibuat-buat, dosa! Tau?!" Protes Adek.
"Benar.. Nggak percaya ya udah.." Sari meyakinkan.
"Bilang aja aku sedang sibuk."
"Uh.. Sibuk melulu, emang kegiatan apa sih, nggak kelihatan hasilnya ?!" Oceh Sari sambil berlalu ke kamar.
"Mo' tau aja..!" Pekik Adek sambil keluar.
Tak sampai sepuluh menit Adek berjalan, Cowok itu sudah duduk di depat layar monitor play station kesayangannya. Ia tenggelam dalam dunia virtual itu.
***
Hari ini, Adek cabut dari sekolah. Kini lebih parah, sudah sering cabut demi mencari nama di Play Station itu, teman-teman di sekolah pada kehilangan Adek, hampir saja setiap kegiatan gagal, sebab biasanya Adek terlibat selalu. Cs-nya bertanya-tanya, mencari jejak sang macho, jago basket andalan sekolah. Tapi percuma... Gagal !
Di Rental Play Station, sudah menunggu Opich dan Ana. Ketika Adek datang, jiwa tanding ketiga "Hantu Play Station" itu bangkit. Mereka memang sudah janjian untuk bertarung hari ini. Menentukan siapa yang paling unggul pada permainan ini. Sementara, suasana di Play Station masih sepi. Sebab pengunjung yang biasanya anak sekolah, kini sedang di sekolah.
"Bagaimana memulainya..?"Ana membuka percakapan sambil menghirup teh botol.
"Cabut aja undian..,"usul Adek.
"Oke..," jawab Opich, mantap.
Setelah undian dilakukan Adek dan Ana berhadapan lebih dahulu. Tanpa banyak basa-basi mereka mulai... Pada posisi ready, mereka sudah menerjang, memukul, salto, menangkis, maju, mundur. Sangat lincah. Tak sedetik pun mata mereka lepas dari layar monitor demi mengontrol permainan. Hingga sampai pada Ronde terakhir.
Ana kalah! Waktu belum setengah jam terpakai. Sesuai perjanjian permainan dilanjutkan batas waktu satu jam, agar pembayaran rental murah dihitung. Sementara, Opich telah tenggelam dengan balapan di layar monitor sebelah. Kadang-kadang tanpa disadari ia menikung dengan diikuti oleh badannya. Perasaan dan imajinasinya benar-benar terbang...
Ana dan Adek masih terlibat pertarungan seru, mereka kelihatannya tegang sekali. Menit-menit terakhir makin mendekat. Sementara Adek unggul dua point dari Ana.
Dan.... "you lose" Suara itu mengakhiri permainan. Layar monitor kelam sejenak. Lalu terang kembali. Kelihatan jagoan yang dipakai oleh Adek berjalan menuju podium diiringi lagu kemenangan, lalu menerima piala. Ana manyun lalu mundur. Kesal sekali. Kekalahan tipis memang menyakitkan....baru saja Opich duduk menggantikan posisi Ana disebelah Adek, di depan pintu rental Play Station itu berdiri ibu Adek dan Desi, pacarnya. Perempuan berdua itu geram, melihat ke arah Adek, tapi diam. Opich mengetahui hal itu, tapi ia tak tahu bahwa itu adalah ibu dan pacar lawannya, Adek.
"Ayo... Silahkan pilih duluan.."Tawar Adek.Sambil membakar rokok mild yang berada di bibirnya. Saat mau membuang puntung korek api tak sengaja Adek menoleh ke arah pintu dimana ibu dan Desinya berdiri.
Dan... Adek terperangah "Hah", setengah tak percaya melihat kehadiran dua perempuan yang dicintainya dan diseganinya itu. Wajahnya pucat pasi seketika itu juga....****
Buat Sriherfiani 'n Andalas 70 G Poeples;
trims supportnya!
Andalas 70 G Padang, Mei 2000

Comments

Popular posts from this blog

METODE TAFSIR TAHLILI

RESENSI ASMARA DI ATAS HARAM

#DIRUMAHAJA