Politik Bahasa Politik

Bagaimana mengemas kampanye yang bisa menghibur. Pendekatan yang tidak menggurui. Sehingga sasaran agar menjadi pilihan rakyat, memenangkan hati rakyat, sampai dan berhasil?  

Mengamati baliho, spanduk, poster, calon-calon yang ada di sepanjang jalan, beragam pesan, model dan warna yang ditampilkan. Tetapi sayangnya, tidak begitu banyak yang memiliki daya tarik. Eye Caching belum terasa. Pengamatan ini setidaknya didasari dari design, performance dan kata-kata yang digunakan. 


Design yang ditawarkan cenderung kaku dan sangat konvensional. Tidak bisa mengikuti gerak atraktif iklan produks. Sedangkan performance figur, tidak dikemas dan serius. Foto yang ditampilkan juga demikian adanya. Foto diri yang tidak diolah secara profesional. Sedangkan kalimat yang ditawarkan, juga tidak banyak mengandung simpati. Bahkan memiliki kecendrungan memerintah! 

Melihat kenyataan demikian, patutlah kita berdecak bila ada calon legislatif yang mengerti dan mau mengikuti sesi foto seharian penuh, menunggu design yang memakan waktu satu minggu, pencarian kalimat yang sesuai membutuhkan berminggu-minggu pula. Harapannya adalah mendapatkan bahasa, gambar, dan citra yang cocok.

Jadi memang tidak bisa serta merta design, cuci cetak, lalu sebar! Karena hasilnya bisa nihil. Malahan bisa jadi boomerang. Tak jadi dipilih rakyat, sebaliknya dibenci rakyat.   

Ini berarti sangatlah penting demi sebuah pencitraan dengan sasaran dapat merebut hati rakyat. Penggarapan secara profesional adalah solusi penting dari semua ini. Namun, berapa banyak uang di kantong calon legislatif? Beragam tentunya. Ada yang berkantong tebal ada yang berkantong cekak! Tetapi itu bukanlah alasan bila ingin dan mengerti tentang pencitraan. Toh, semuanya ada jalan agar optimalisasi kampanye bisa dilaksanakan. 

Bukan tidak ada yang sudah berbuat untuk pencitraan politik dengan tangan-tangan terampil. Beberapa calon memang sedang memakai tenaga profesional. Tentu saja dengan biaya mahal. Mereka yang memiliki belanja politik lebih banyak tentulah akan menggunakannya. Di samping itu, kemauan keras dan menyadari pentingnya pencitraan dengan metode mutakhir mendorong mereka untuk tampil lebih baik. Baliho, spanduk dan poster dengan penampilan baik tentulah menjadi perhatian. Menghibur dan menghiasi kota tidak sekedar meramaikan saja. 

Media komunikasi politik memang sedang berkembang mengikuti laju pemanfaatan teknologi. Iklan tak cukup di koran, harus pula di televisi. Tak habis di situ, bangun web site pribadi maupun lembaga. Pertanyaannya, bagaimana dengan calon-calon yang belum bisa memanfaatkan media demikian? Apalagi dengan konteks daerah yang membutuhkan media lain. jawabannya, media luar ruang memang bersetuju dengan segala bentuk konteks geografi. Tinggal pancang dan tempel. Namun, sadarkah, penampilan di setiap media membutuhkan perencanaan yang baik, materi yang menarik? 

Semua paparan di atas muaranya adalah menang! Memenangi hati rakyat. Rakyat memilih dengan suka cita. Sesuai selera dan menyambungnya cita rasa politisi dengan cita rasa rakyatnya. Nah, inilah kata kuncinya, sudah menyambungkah cita rasa politisi kita dengan rakyatnya melalui media kampanye yang digunakannya?

How To Win!
Marketing menyaru dalam dunia politik karena industri politik mendominasi kehidupan. Dari pesta ke pesta demokrasi, rakyat imun dengan janji-janji. Akibatnya adalah masyarakat tak peduli! Apa pun bentuk bahasa politik yang diungkapkan. Apa pun visual yang diberikan. 

Apa jalan keluar agar bisa menang? Menyadarkan "libido politik" dari politisi yang sedang tinggi memang tidak bisa cepat. Perlu pendinginan. Setelah itu baru dibisikkan pelan-pelan. Bisikan yang perlu, kemenangan dan kekalahan yang tak bisa ditentukan semata oleh "libido". Realitas di lapangan yang paling menentukan. Oleh karenanya, metode kampanye, media kampanye, membutuhkan input dari lapangan sebelum dikembalikan lagi ke lapangan. Jadi, tidak bisa hanya dari sisi politisi saja. 

Rakyat sedang berdaulat! Politisi sedang bersilat! 
[] Abdullah Khusairi 

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

METODE TAFSIR TAHLILI

RESENSI ASMARA DI ATAS HARAM

#DIRUMAHAJA