Pucuk Taraqi
Siapa yang mengembus angin?
Menebar nyanyian terindah daun-daun pagi?
Aku tak tahu selain Dia
Tertinggi aku daki meminjam ar-Rumi, al-Qusyairi, Rabi’ah cinta dan puisi
menakar embun tajalli dalam mimpi
Sutardji Chalzoum Bahri, ar-Raniry, Hamzah Fansuri
mabukku Dia di maqam tertinggi pucuk diam.
Kau terimakah cintaku?
Andalas Ramadhan 1427 H
Kaji Sufi
aku kejar fana’ bermandikan baqa’ berhanduk ittihad
bersebadan dengan-Mu.
Dunia begitu hiruk pikuk mengacau gelombang
terpasang di mahligai cinta kita.
Semenjak tanah buncah menggamang akal dan jiwa tangan
kami menggapai di balik cermin buram tak kenal siapa kami sesungguhnya.
Mengaji alip tiang menuju-Mu
tertawa cinta kita asing di hadapan benda-benda
dan siang gila membayang-bayang kelam.
Andalas Ramadan 1427 H
Duduk Sepi
Karam jiwa tergugat asmara
di ambang pagi imsyak
menyudahi onani
tunggu senja merah di ujung
rindu adzan jauh mengelopak
bunga sedap malam.
Aku tersedak pada sebuah maqam
menghirup desah nafas busuk
milik kami sepanjang hari
lumpur terdalam yang direnangi
menggapai hasrat jiwa-jiwa.
Rindu jua menghancur
dalam hulul agung Hallaj.
Aku pinjam semua
bentuk dan sifat demi keangkuhan sepi.
Andalas Ramadhan 1427 H
Kuncup jiwa
Lalu menuai keangkuhan
dari bilik-bilik kekuasaaan
mengunyah dzikir di lidah kotor
aduh rendahnya kami
dalam bilangan wahdah emanasi-Mu.
Sirat al mustaqim yang ku tuju bergelombang
besar tersebab jiwa korup tak jua mandi zuhud sufi.
Wahai wahdatul wujud
di ujung rinduku kepada-Mu
aku tak memiliki apa-apa
mengajak cemburu sentosa cinta-Mu
kepada siapa saja.
Jiwaku tak kunjung mengembang merambah langit-langit.
Andalas Ramadan 1247 H
Semai Rindu
Sebongkah kalbu
menyusun rindu di musim hujan
kelaparan menunggu tiba kehadirat-Mu
Perjalanan kuasa sebotol minuman mabukku
tak kunjung tiba.
Adzankan klimak syahwatku
menyetubuhi-Mu agar rindu tersemai menjadi suci.
Sebab Hallaj
kau berikan aku pun
meminta biar luka darah airmata
di pelupuk senja ranum mengukir keajaiban.
Biar mereka tahu kita sedang bercinta tuhan.
Andalas Ramadhan 1427 H
Pintu Ma’rifat
Hati ini
tak lelah mengejar-Mu mendingin
diamuk syahwat kekuasaaan
dan keangkuhan meneriakkan
sebentuk cinta dan kesucian.
Lempung ini amis
di titik syahdu dzikir malam
dengan jiwa yang tersisa
menuju zuhud wara’ bila zindiq
aku temui karena tanah
menagih tanah jiwa menagih jiwa
aku tak pun tak punya apa-apa.
Andalas Ramadhan 1427 H
Tempat kembali
Dan daun-daun gugur hancur
ranting-ranting kering merinding
dahan dahan bertahan rintihan
dan
Daun baru tumbuh lagi rindang
kembali setia bermusim semilir
tiupan bayu lagu kenangan
riquem syahdu pilu senyum merindu.
Tak jua tahu di balik
keagungan musim kemana aku nak kembali.
Andalas Ramadan 1427 H
No comments:
Post a Comment