CATATAN 42Th

Terima Kasih Emak Tercinta

Alhamdulillah. Selasa, 16 April 2019, usia saya memasuki hitungan 42 tahun. Semua berjalan penuh makna dan kenangan. Hingga hari-hari menunggu Ujian Tertutup Program Doktor Sekolah Pascasarjana (SPs) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, nikmat usia yang diberikan ini merupakan anugrah terindah dalam kehidupan. Terima kasih, ya Allah Swt. 

Perjalanan tetaplah perjalanan yang menapak pendakian tempat dimana impian berada. Harus ada perjuangan dan pengorbanan. Sendiri dan sepi di sini, orang-orang tercinta yang jauh, adalah pahit yang harus dijalani. Sudah menjadi sunatullah, ingin sesuatu yang manis mesti menjalani yang pahit. Semanis apapun impian itu, harus melewati sepahit perjuangan. 

Adakah orang hidup yang manis-manis saja? Mungkin saja, tergantung perspektif. Tetapi jika kembali ke perspektif watak seorang insan, ia akan merasakan yang manis-manis itu sesuatu yang pahit bila terus menerus. Ada banyak orang yang sudah hidup terasa enak bagi yang lain tetapi baginya belum. Maka jangan heran, ada saja tingkah orang kaya, yang travelling tanpa bawa uang. Ada orang tenar ingin jadi orang biasa, lalu menyamar di tengah kerumunan. 
Pada sebuah buku motivasi diceritakan seorang pilot yang merindukan untuk bisa makan-makan bersama keluarganya di persawahan yang ia lihat ketika landing dan take off. Sebaliknya, ada bocah sedang main layangan di persawahan itu setiap kali melihat burung besi itu mengaum lalu landas dan yang berlabuh, hatinya selalu berkata, kapan bisa naik pesawat terbang. 

Kerinduan itu ia simpan dalam-dalam. So, hidup memang begitu adanya. Di luar diri seakan-akan enak, nikmat, baik, bagus, sedangkan di dalam diri terasa memuakkan. Karenanya, motivator selalu menggali motif kehidupan seseorang agar menyadari kehidupan. 

Hidup adalah kerinduan demi kerinduan. Keinginan demi keinginan. Tetapi orang jarang sekali mengimbangi keinginan dengan kebutuhan. Sehingga ia rela menderita karena untuk sebuah keinginan. Saya pun begitu. Sepertinya tak mungkin menjadi seorang doktor dari keluarga yang sulit bangkit ketika kehilangan seorang kepala keluarga. Ayah pergi ketika saya sedang menulis skripsi. 

Kehidupan ketika itu goyah. Segala goyah. Adalah ibu, seorang malaikat yang nyata dalam kehidupan bagi anak-anaknya. Bangkit dan kuat mengobar semangat, hidup harus terus berjalan. Kebahagiaan adalah hak yang harus diminta setelah keperihan diberikan. Allah Swt. Maha Adil untuk semua denyut kehidupan. 

Saya punya teman baik, Bobi Lukman Suardi yang pernah menceritakan kehidupan ditinggal ibu. "Pahit sekali," katanya dengan mata sembab. Apalagi dengan ayah yang sudah punya rumah baru. Tetapi kebahagiaan adalah hak yang harus diraih. Ia berjuang. Saya juga. Aku kehilangan ayah, dia kehilangan ibu. Pada masa yang berbeda. Tetapi kami adalah Ronin, mungkin juga Elang. Gagah berani menentukan garis nasib sendiri. Membelah angkasa mengetuk pintu langit. Laki-laki sejati yang berjuang untuk meraih keinginan lalu menghidangkannya kepada orang-orang tercinta. Terima kasih atas pengorbanan isteriku tercinta, Sriherfiani, anakku, Meysanda Nurhayati Khusyairi, Dhiyania Rafa Khusairi, Abyatina Majda Khusairi. 

Pada suatu saat, seorang lelaki kelihatan sangat cengeng. Pada suatu saat yang lain ia akan kuat. Ditempa dalam kehidupan yang kian terasa menantang. Usia 42 tahun, orang-orang tercinta mengucap selamat. Saya telepon emak, aku cari lelucon, ia tertawa riang. Hati riang adalah obat, kata senior dan guru kehidupan saya, Khairul Jasmi. Katanya, kata-kata itu ia dapatkan dari pepatah china. Biarlah, saya kutip dari dia saja. Dia juga juga begitu, selalu ingin dekat ibunya yang dipanggil Ummi. Bahasa Arab. Maka bahagiakanlah orang-orang sekitarmu. Ayolah, jangan sering marah-marah. Tak baik buat kesehatan. 

Lama bercerita dengan emak. Orang yang telah melahirkan, membesarkan, dengan suka duka. Bagiku, tak akan terbalas seluruh pengorbanannya atas kehadiranku hingga 42 tahun. Hari ini, 42 tahun lalu, 16 April 1977 ia berjuang dalam hidup dan mati agar lahir seorang putra. Itulah aku. Terima kasih emak, sembah sujudku kepadamu. Ya Allah Swt, beri kesehatan, kebahagiaan, rezeki yang banyak kepada emakku. [AK]



Comments

Popular posts from this blog

METODE TAFSIR TAHLILI

RESENSI ASMARA DI ATAS HARAM

#DIRUMAHAJA