Thursday, April 25, 2019

Selangkah Lagi ...


Selangkah Lagi....

Alhamdulillah. Minggu lalu, Kamis (18/4) hari yang mendebarkan. Berhadapan dengan enam profesor. Para guru besar idola. Tokoh publik, tokoh dunia. Reputasi keilmuan mereka sudah diakui di banyak kampus. 
Di hadapan merekalah, naskah Disertasi Diskursus Islam Kontemporer di Media Cetak: Kajian Terhadap Radikalisme dalam Artikel Populer Harian Kompas dan Harian Republika 2013-2017 dihidangkan. Ujian tertutup itu dipimpin oleh Prof. Dr. Jamhari, MA. Penguji Utama, Prof. Dr. Azyumardi Azra, MA, CBE, Prof. Dr. Amsal Bachtiar MA, Prof. Dr. Iik Mansornoor, Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, Prof. Dr. Andi Faisal Bakti, MA. Nama terakhir adalah profesor yang membimbing dengan seksama perjalanan naskah disertasi, di samping itu juga memberi petuah-petuah bergizi, Prof. Dr. Komaruddin Hidayat. Keduanya teramat sibuk untuk mengurus satu disertasi, maka jadilah saya harus berjibaku agar mendengar dengan serius serta bekerja di atas ekspektasi mereka, agar mereka mau hadir dalam sidang tertutup ini. Alhamdulillah, sekali lagi, mereka datang. Menandakan, sekalipun jarang dibimbing, saya sudah dipercayakan untuk meneruskan sendiri menulis. Mereka telah mengakui akan jalan kepenulisan akademik yang saya lakukan dua tahun terakhir. Saya bahagia mendapat bimbingan mereka. Thanks My Prof, My Idol. 


Sidang tertutup berjalan hampir 2 Jam, menjelang sidang ditutup, dengan tersendat Prof. Dr. Jamhari mengumumkan hasil. "Saudara dinyatakan," ia mengambil nafas. Saya menahan nafas. "Dinyatakan lulus, dengan nilai 92. Beberapa catatan penting harus dilaksanakan agar saudara bisa sidang terbuka," ujarnya. Suasana gaduh, supporter di belakang saya bertepuk tangan. Sesi foto-foto dan ucapan berlanjut pergi makan-makan bersama teman-teman seangkatan. 

Saya haru juga bahagia. Saya awalnya ketakutan, minder, karena merasakan belum mampu disidangkan oleh guru-guru yang saya idolakan. Alhamdulillah, sekali lagi, mereka orang-orang yang cerdik cendikia. Tak perlu menghempas saya ke titik nadir dalam menguji dan mengasah kemampuan saya. Mereka justru memberi masukan dan mereka banyak memberi dari pada bertanya. Mereka mengukur kemampuan diri saya, bukan mengukur dari perspektif kemampuan mereka. Terima kasih para guru besar, idola yang terus menjadi gelora agar bisa seperti itu. 

Saya telepon emak, ucap terima kasih doa-doa malam yang keramat. Saya telepon isteri, terima kasih atas rindu dan doa dalam penungguan kepulangan. Ini kado terindah dari Allah Swt. di umur 42th (16 April 1977-16 April 2019) meraih satu tahapan penting menuju Sidang Promosi Terbuka Doktor. Kini, saya harus memperbaiki draft disertasi yang masih perlu sesuai saran para penguji. Tidak banyak, tetapi sangat signifikan menambah kualitas disertasi ini nantinya. 

Alhamdulillah. Di tengah pahit tantangan dalam kehidupan selalu ada manis yang patut dikenang. Tulisan ini untuk mengenang sebuah peristiwa penting bagi seorang yang belum begitu berarti tetapi terus berjuang untuk memiliki arti. Salam! [AK]

No comments:

Post a Comment