Catatan Ramadhan 1440 H

Buat Apa Sombong!

Hebat. Apa yang hebat. Jangan sombonglah. Kuliah di Jakarta, sombong pula. Banyak orang yang sudah dulu kuliah di sana. Tak perlu berhebat-hebatlah. Apalagi sekadar menulis disertasi 300 halaman. Belum apa-apa. Sombong itu tak boleh. Ada paham? Hebat. Apa yang hebat. Kuliah ke luar negeri. Hebat apa pula itu? Bagi sebagian orang, mungkin saja. Sementara yang lain seperti pergi mandi saja ke luar negeri. 

Jalani sajalah. Tak ada yang baru di bawah matahari ini. Sebelum kau lahir, sudah orang pikirkan. Lalu, apa benar yang hendak disombongkan? Anak orang kaya, kini kaya raya? Tunggu dulu, banyak yang lebih kaya. Biasa-biasa saja hidupnya. Malahan, ingin seperti orang biasa. Kamu, baru saja kaya, eh, belum kaya benar. Tetapi lagaknya nauzubulillah. Macam dunia sudah dalam kantong saja. Santai sajalah. 


Hebat. Apa yang hebat? Punya jabatan, berapa tinggi. Lihatlah, ada yang lebih tinggi dari jabatanmu. Jabatan tidak lama. Bisa berhenti. Bisa terlibat korupsi. Apa yang perlu disombongkan. O, mobil dinas plat merah, bisa beli mobil dinas baru? Tunggu dulu, apa sudah satu digit nomor polisinya? Kalau belum, jangan dulu sombong.  

Hebat. Apa yang hebat? Berjenggot. Celana jingkrang. Shalat berlama. Ayat panjang-panjang. Tapi kau 'ujub nauzubillah. Haram saja isi mulutmu melihat orang. Melebih nabi dan mungkin juga tuhan. Sombong, sok bersih. Belum tentu surga kau huni jika kau mati. Jadi, buat apa sombong. 

Jadi buat apa sombong, di langit ada langit. Sudahlah, kita adalah manusia biasa yang hidup punya jatah untuk mati. Punya jatah untuk kaya, untuk miskin, untuk bahagia, untuk sedih. Sedih? Mau sombong juga kalau sedih. Apa pula itu? 

Berjuanglah hidup untuk lebih baik. Itu saja. Sederhana. Berbuat baik terhadap sesama. Itu saja, sederhana sekali. Lalu kenapa dibuat rumit? Karena cara berpikir yang dibuat-buat supaya rumit, supaya diakui hebat. Apa hebat? kau belum apa-apa. Lihatlah ke atas, ke bawah, ke samping, ke depan, ke belakang. Banyak orang yang lebih dari kita. Tahanlah diri, sesal dulu pendapatan sesal kemudian tak berguna. Kecuali kau memang siap dicibir bak beruk dari belakang oleh teman sejawatmu. Itu menyakitkan sekali. 

Apa hebat? Saya tak boleh menyatakan diri saya hebat dengan berbagai dalih apapun. Saya belum ada apa-apanya. Begitu banyak orang yang lebih dari pada saya, oleh karenanya, saya tak boleh sekali-kali sombong. Kau hanya manusia biasa, ada paham? Demikian catatan buat pribadi saya. Buat apa sombong? Ah, sombong kali tulisan ini, bah! [] AK

Comments

Popular posts from this blog

METODE TAFSIR TAHLILI

RESENSI ASMARA DI ATAS HARAM

#DIRUMAHAJA