Friday, March 1, 2019

my twit

dulu orang malas bicara politik, kini berlomba-lomba. mengkritisi negara mengkritisi pejabatnya. ini kemajuan. ada yg mencibir ada yg mencaci maki. semua ada kelasnya. seakan-akan ikut membangun negara. pokoknya, yes. saya, orang meraup untung dia menganga. hahaha.

kecerdasan media massa, media sosial tak diserapi banyak orang. kecuali orang2 yg mau belajar. mereka yg hanya memanfaatkan, sering terpapar tanpa sadar. ikut arus, terbawa arus, tanpa bisa membuat arus. followers, itu semua kalangan, kelas, jabatan, profesi. ini posttruth era.


gemuruh wacana di media sosial kadang2 tak ternikmati dengan baik. satu hilang seratus datang, seribu tiba. ada-ada saja. public dibawa ke arus yg lebih kuat. tetapi pada realitasnya, hidup biasa-biasanya. nak kaya, kerjalah kau dgn baik. tak berhubungan.

ada yg berkoar-koar hingga memutus tali silaturrahmi, bacakak laki bini, semuanya pengaruh asupan informasi dgn tingkat kecerdasan berbeda-beda. syahrini nan balaki, inya yg sakit hati diberang laki. "cipitih banyak2 da, saroman laki syahrini tu ha."

"ehei. kok sabanyak tu pitih den, tu syahrini den pabinian. dak kau doh." rumah tangga jadi retak. tidur saling memunggung. gara-gara berita syahrini balaki. kecerdasan menerima informasi mmng butuh proses. agar tak terkejut, migrain, ketika berita penuh mimpi tak ada di tangan.

media massa, media sosial, mana peduli dgn segala dampak negatif dari informasi yg mereka sampaikan. bagi mereka, yg penting iklan masuk, nasi ada di periuk, soal moral, urusan masing-masing. mereka cuma peduli dan awas pada hukum yg akan menerkam saja. (AK)

No comments:

Post a Comment