In
Memoriam Julnadi, Jurnalis Padang Ekspres
Aku Juga Mau Jadi Wartawan, Bang!
"Kau mau jadi
wartawan juga!?" dia tersenyum kecut. Saya tahu, dia harus dapat kerja
selepas sarjana. Sarjana yang terbilang lama. Tapi ia masak. Dunia teater sudah
tak diragukan lagi. Sastra sudah akrab. Jadi wartawan tidaklah sulit baginya.
Benar. Akhirnya dia
jadi wartawan Harian Pagi Padang Ekspres. Pas ketemu, wajahnya bersih, pakaiannya
necis. Tak culun lagi, seperti waktu mahasiswa. Senyumnya merekah. Sudah berani
menyapa saya di kantin kampus.
Itulah Julnadi (32). satu
dari sekian banyak wartawan muda yang bersemai di Kampus Lubulintah,
Universitas Islam Negeri (UIN) Imam Bonjol Padang. Dia aktif di dunia kreatif,
Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Teater Imam Bonjol (TIB) Padang.
Saya tak hendak
menyebutnya satu-satu, siapa saja wartawan-wartawan muda itu. Tetapi mereka
tahu itu. Mereka selalu curhat, “hendak jadi wartawan bang.” Dunia profesi yang
entah bagaimana dalam benak mereka. Baik yang aktif di UKM Teater maupun di LPM
Suara Kampus.
Saya beberapa kali
menonton pertunjukan Julnadi, baik dia sebagai tokoh maupun dia jadi sutradara. Terakhir, dia naik panggung di Gedung Utama Taman Budaya Sumbar, beberapa tahun
lalu. Bersama adik saya, Rafi'i H. Nazari, garapan naskah Dt.
Suhendri, Teater Noktah.
Saya baru tahu, Julnadi
ditugaskan jadi koresponden Padang Ekspres Sawahlunto. Tulisan di blognya (https://jinderapura.blogspot.co.id/),
enak dibaca. Umumnya berita tentang Sawahlunto. Dia sebentar lagi jadi orang sukses
tentunya.
Tapi nasib berkata
lain. Julnadi pergi untuk selamanya. Saya melihat kain panjang menutupi tubuhnya,
yang keluar dari ambulan. Sebelumnya, berita bersileweran. Kartu Pers dikirim
dari group ke group chat. Foto itu masuk ke Whatsapp Group. Pada foto itu, ada
Firdaus Diezo (Eks Posmetro Padang), Debi Vernando (Redaktur Padang Ekspres Eks
Suara Kampus), Hasan Subang Lamanepa (UKM Teater), teman-teman seangkatannya. Wajah
mereka tampak sabak. Sayapun sabak.
“Mohon info tentang
Julnadi,” saya kirim pesan WA ke Pemimpin Redaksi Harian Pagi Padang Ekspres,
Heri Sugiarto. "A1. OTW, ke Arosuka," balasnya, singkat.
Julnadi, hari ini jadi
trending topik bahasa duka bagi wartawan-wartawan di Sumbar, kawan-kawannya di UKM
Teater, Suara Kampus, juga pegiat seni pertunjukan dan seluruh narasumber
beritanya.
Saya terpaut usia jauh
dengannya, tetapi perjalanannya saya sedikit tahu. Karena selalu dekat dengan
teman-teman mahasiswa. Tak sekadar mengajar, saya dosen yang tak mungkin
meninggalkan mereka. Membina dan mengarahkan. Kadang keras-kadang lunak, kadang
marah kadang menghibur.
Dia memang satu dari
yang memiliki talent untuk menjadi apapun, termasuk wartawan. Penampilannya, di
Youtube masih bisa dilacak. Jejak digital yang takkan pernah hilang lagi. Julnadi
membaca puisi, musikalisasi puisi, tampil di ivent-ivent besar.
Selamat jalan, dik. Ini tulisan penebus sedih di
jantung. Kepergian tetaplah kepergian, tetapi hati sedih sulit kami bendung. Allah
SWT mencintaimu melebihi kami. Alfatihah!
[Abdullah Khusairi]
No comments:
Post a Comment