Saturday, April 16, 2022

Catatan 45 Th: Menua Itu Pasti, Keren Itu Pilihan!

Hahaha. Ada ada-ada saja cara untuk menghibur diri di tengah perasaan yang galau atas memutihnya rambut. "Menua itu pasti, keren itu pilihan." Entah keren, entah tidak yang jelas mengaku sajalah keren. Apasih keren, tidak tahu pula saya. Entah dari mana pula kata itu diserap hingga terpakai tanpa disadari selama ini. 

Ini catatan usia 45 tahun. Tak banyak yang tahu, hanya orang-orang dekat saja. Ada pak Biro AAKK UIN Imam Bonjol Padang, H. Hendri, MM, yang mengucapkan pagi ini, selebihnya hanya anak-anak dan isteri mengucapkan dengan tulus ikhlas. Tokoh satu ini, memang membudayakan dirinya untuk mengucapkan setiap ulang tahun setiap orang yang dikenalnya. Ia juga punya selera berpantun yang keren. Dia memegang kartu AS. Kerja cerdas, berkualitas, dan ikhlas. Hehehe.  

Ini bulan puasa, Ramadhan 1443 H. Alhamdulillah, masih diberi kesempatan untuk menjalani hari-hari yang baik dan indah. Puasa ini, sibuk mengumpulkan bahan untuk naik pangkat ke Lektor Kepala, prosesnya panjang, sepanjang tali beruk. Biarlah, jalani saja. Ini pesan dari kakek saya, Muhammad Nurdin bin Razak, seorang guru MIN yang sangat senang mendengar cucunya jadi tenaga pendidik di universitas. Dia memuji dengan senang hati dan tulus ikhlas. Kakek memang begitu, sering memuji dan menghibur. Sekali pernah marah, motor saya larikan waktu masih remaja. Sebentar saja, ada yang dijemput. kebetulan motor itu sedang dipanaskan. Hahaha. 



Apa catatan penting di usia 45 tahun ini, tak ada. Hanya ciloteh bebas saja. Apa yang terasa sajalah, ya. Saya sudah tua. Si sulung lulus di dua universitas; SNPMTN dan SPAN-PTKIN. Nah, saya bingung. Mau kuliah dua atau ambil salah satu, yang mana? Ah, sudahlah terserah. Kuliah itu dimana saja bagus. Tergantung personal, mau kuliah bagus atau sekadar kuliah-kuliah aja. Kupu-kupu, kata saya dalam pidato-pidato. Apa itu? kuliah pulang-kuliah pulang. Hahaha. 

Kelulusan itu kado terindah yang keren. Eh keren lagi. Sempat terpikirkan, dimanakah kakak kuliah nanti, ya? Apakah ada yang menerima, eh sekarang diterima dua tanpa perlu beli formulir buat ujian. Tinggal pilih. Hehe. Terima kasih kakak keren. 

Apalagi cerita? Oh ya, kini keranjingan menulis artikel jurnal dan buku. Ini gara-gara teman baik saya, Muhammad Nasir, SS. MA yang menyarankan agar berpuasa menulis artikel populer di media massa. Ia mengharapkan saya sukses, sementara dia harus menghentikan kuliah S3 karena banyak dibully salah jurusan. Tapi dia hebat, punya sertifikat moderasi beragama. Tiap sebentar diundang jadi pemateri dan fasilitator. Kerek saya. 

Apalagi cerita? Oh ya, sejak September diberi amanat untuk menduduki jabatan Wakil Dekan III Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FDIK) Universitas Islam Negeri (UIN) Imam Bonjol Padang. Sebuah kehormatan, tentunya. Saya yang dulu sering bicara dimana-mana tak mau menjabat di kampus akhirnya luluh atas perintah seorang dosen yang sangat peduli dan tahu talent serta energi yang saya miliki. Terima kasih dan salam hormat tiada henti  kepada seseorang yang sebentar lagi menyandang gelar profesor. Dia adalah, Welhendri Azwar, S.Ag, M.Si, Ph.D. Wakil Rektor III UIN Imam Bonjol Padang. Juga terima kasih tiada henti kepada Rektor UIN Imam Bonjol Padang, Prof. Dr. Martin Kustati, M.Pd. Perempuan cerdas dan cantik yang mau memilih saya yang memang terkenal rebel di kampus untuk menjadi bagian dari kepemimpinan periode ini. Ah, jabatan adalah tugas dan amanat yang berat. Saya harus menghormati orang-orang yang memberikan kepercayaan ini dengan cara bekerja untuk lebih baik dan benar, di atas rata-rata rutinitas. Sedikit sombong, rutinitas itu hanya kerja ringan-ringan saja. Hush!   

Apalagi? Oh ya, dalam rangka mengumpulkan bahan-bahan pangkat, ternyata jejak kepenulisan saya memang banyak, tetapi belum terlalu banyak jika dibandingkan dengang lebih rajin. Akhir-akhir ini banyak diminta menulis di biografi para profesor, kata pengantar beberapa buku teman, juga menjadi editor. Alhamdulillah, menulis adalah kerja saya bersamaan dengan membaca. Membaca dan menulis memang kerja yang mengasyikkan. Apa saya sebutkan buku-bukunya? Nggak usahlah ya, lihat aja di foto-foto yang melengkapi tulisan ini. Itu sebagian saja. 

Buku sendiri? Oh ya, ada. Nggak usah disebut dan diupload fotonya, lihat sajalah cari saja dengan search engine. Takut sombong. Hehehe. Oh ya, ada sih naskah buku Agama Virtual; Respon Terhadap Fenomena Spiritualitas, Hiperealitas dan Mudharat Medium Informasi. Naskah ini beberapa kali ditawarkan tetapi jodohnya belum ketemu, biar sajalah dulu. Sembari diperbaiki di sana-sini. Menulis buku tak perlu tergesa-gesa buat terbit. Seperti batu akik yang harus terus diasah hingga mengkilap. Begitu kira-kira. 

Apa kebahagiaan lain sebagai bagian dari perjalanan? Oh ya, saya menetaskan sebuah medium baru berbasis channel video online; Youtube, saya beri nama DKTV UIN Imam Bonjol Padang. DKTV anak baru lahir. Dikelola mahasiswa-mahasiswi yang punya talent dunia penyiaran. Sebelum ini sudah ada Suara Kampus TV, melengkapi www.suarakampus.com dan Tabloid Suara Kampus. Lembaga kemahasiswaan tempat saya pernah dibesarkan dan mengantar saya ke titik ini. Saya bangga dengan lembaga ini. 

DKTV didedikasikan kepada fakultas tempat berkhidmat, juga kepada salah seorang mahaguru, Dr. Sheiful Yazan, M.Si. Dia adalah inspirasi bagi mahasiswa hingga kini. Dia yang menemukan saya yang ingusan semester satu, atau saya yang tergila-gila dengan "suntikan anjing gila" ratusan dosis itu. Terima kasih tiada terhingga, salam hormat tiada henti buat mahaguru! 

DKTV lahir tanggal 11 Januari 2022. Wahai, biar nempel ke lagu GIGI yang berjudul 11 Januari. Hehehe. Baru empat bulan lebih dikit tetapi sudah menoreh sejarah. Alhamdulillah. Terima kasih my team, kalian juga sangat keren. Kita mesti banyak berbenah ya, harus terus belajar dan kreatif selalu. Tantangan kian berat tetapi kita harus menghadapi dengan gembira. Kata Novelis Jurnalis Komisaris, Khairul Jasmi, hati riang adalah obat. 

Sudah ya, sudah terlalu panjang. Generasi sekarang, malas baca panjang-panjang. Generasi milenial, suka baper, besar berinduk-semang ideologis dengan media sosial. Hahaha. Oke, guys. Saya mau telepon emak saya dulu. Emak tercinta di kampung. Beliau harus diberi kelucuan-kelucuan agar tetap tertawa. Itu obat rindu berjauhan. Alfatihah buat bapak juga. Terima kasih, Ya Allah! Atas anugrah kehidupan ini. Amin Ya Rabbi. []  
Dr. Abdullah Khusairi, MA, Balaibaru, 16 April 2022, pukul 14.27    

No comments:

Post a Comment