Wednesday, October 22, 2014

Arti Kehadiran

Hadir Memberi Arti


Abdullah Khusairi


Ini persoalan yang terus mengganggu. Seharusnya tidak perlu lagi menjadi debat panjang yang makin menggerus akal sehat. Apalagi harus berkejang urat leher hanya soal hadir tidak hadir, lalu mempertebal foto copy seluruh aturan demi membuat dalil yang masuk akal.


Sebuah sistem di institusi modern, kinerja individu dan kelompok merupakan target tujuan lembaga. Kehadiran itu wajib, sesuai dengan ketentuan berlaku. Namun selalu ada aturan yang dibuat untuk berlaku khusus.


Sebuah Pengalaman


Bekerja di redaksi, seorang wartawan mengisi absensi jika diperlukan. Jika ada rapat, maka absensi dihadirkan. Penilaian kehadiran memiliki persentase kecil dibandingkan dengan nilai kinerja, dengan begitu, kehadiran seorang wartawan, redaktur, dan awak redaksi yang lain disesuaikan dengan karakter pekerjaannya.


Hal ini berbeda pemberlakuan dengan sistem kerja di bagian iklan dan bagian umum. Semuanya dibicarakan sesuai dengan karakter masing-masing. Melihat karakter yang berbeda-beda itu, kita bisa merunut fungsi dan peran dalam jabatan yang diduduki. Antara hak dan kewajiban harus seimbang, inilah disebut profesional. Dibayar mahal atau tidak seseorang, bisa jadi akan dinilai dari profesionalitas tersebut. Ada beda antara tenaga fungsional dan tenaga struktural.


Tenaga fungsional, bekerja sesuai dengan fungsinya, inilah yang akan membuat tenaga kerja bisa berbeda dengan tenaga kerja struktural. Tenaga struktural, bekerja sesuai dengan jabatan struktural, ada tugas pokok dan fungsi yang membuatnya hadir. Sebenarnya, juga berlaku pada tenaga fungsional, hanya saja, karakter kerja yang mengaitkan waktu kerja dan model pekerjaan, bisa jadi ada aturan khusus yang membuat tenaga fungsional bekerja di luar waktu normal.


Sheiful Yazan pernah bercerita tentang penulis feature terkenal di sebuah surat kabar, ia bisa berbulan-bulan keluar kota untuk mencari bahan tulisan. Pulang ke kantor dalam keadaan kusut masai, hingga tengah malam pula ia menulis. Bagaimanakah menguji kinerjanya dengan waktu yang ditentukan seperti layaknya kerja kantoran? Hal ini bisa berlaku dengan tenaga fungsional, serupa Satpam, Guru, Dosen, Dokter, yang bisa membuat mereka bekerja bisa jadi tidak normal.


Dokter bisa dipanggil sewaktu-waktu ketika ada pasien yang harus dioperasi. Perdebatan makin tidak karuan ketika penyusunan jadwal kerja, karakter kerja, tidak dimengerti oleh penyusun. Misalnya, tim humans resource of development (H&D) tidak mengerti dengan karakter kinerja pada bagian lain. Beda persoalan, jika seseorang memiliki peran sebagai pelayan publik, misalnya di institusi layanan izin satu pintu. Tenaga teller.


Hasan Basri Dt Gadang, seorang tenaga pensiunan HRD di perusahaan BUMN pernah mengatakan, seorang HRD yang baik harus mengikuti hingga ke lapangan, untuk urusan gaji menggaji karyawan. Dengan begitu, ia mengerti tentang resiko kerja, nilai pekerjaan, sehingga bisa mengukur angka gaji yang mesti dibayarkan. Maka agak aneh juga, jika ada di institusi yang mewajibkan hadir tanpa memiliki dorongan tugas dan penilaian pekerjaan. Sehingga semua wajib hadir, walau tidak ada rapat, pekerjaan yang mesti ditugaskan. Padahal, idealnya, hadir ada tugas dari pimpinan, baik midle low hingga midle up.


Jika itu ada, setiap hari penugasan itu jalan, sore hari bisa dievaluasi, maka pemberlakuan demikian bisa memperlihatkan angka kinerja yang baik. Karenanya, Zaili Asril pernah menyebutkan dalam sebuah rapat kinerja, salah satu tugas pimpinan di midle low hingga midle up adalah menugaskan anggota timnya setiap hari. Walaupun sudah ada tugas dan fungsi, tetap saja secara kasuistis, secara program kerja, penugasan harian, mingguan, tetap dilakukan, sehingga ada evaluasi harian, ada evaluasi mingguan, bulanan hingga tahunan. Jadi, buat apa hadir tapi tidak memiliki tugas? apakah setiap hari ditugaskan? rutin? atau justru midle low, midle up, top manajemen, jarang menggelar komunikasi kelompok?


Inilah yang sedang terjadi di banyak institusi yang gagap menerapkan aturan. Paparan ini makin meyakinkan, bukan soal kehadiran yang paling penting. Walau hadir itu tetaplah penting. Tapi substansi kehadiran itulah yang terpenting. apa yang dikerjakan, siapa yang mengerjakan, bagaimana cara mengerjakan, kenapa dikerjakan, kapan selesai dikerjakan, dimana ia mengerjakan.


Bisa jadi, pekerjaan itu menuntut untuk dikerjakan luar kota, di waktu malam, dan mungkin masih banyak persoalan lain sebagai faktor lapangan. Karena itu, deadline pekerjaan sangatlah penting. Komitmen dan integritas terhadap profesi haruslah dijunjung tinggi. Ia bekerja bukan karena tugas pimpinan semata, tetapi juga pengabdiannya terhadap profesinya. Sesungguhnya mewajibkan kehadiran tetapi tidak mewajibkan penugasan, koordinasi, komunikasi untuk mencapai target pekerjaan, sama hanya membiarkan sebuah lembaga tak memiliki arti lagi. Menjadi sekelompok orang yang berkumpul sia-sia. Salam. []

No comments:

Post a Comment