Belajar dari Hujan
ABDULLAH KHUSAIRI
Hujan di Bulan Juni
tak ada yang lebih tabah
dari hujan bulan Juni
dirahasiakannya rintik rindunya
kepada pohon berbunga itu
tak ada yang lebih bijak
dari hujan bulan Juni
dihapusnya jejak-jejak kakinya
yang ragu-ragu di jalan itu
tak ada yang lebih arif
dari hujan bulan Juni
dibiarkannya yang tak terucapkan
diserap akar pohon bunga itu
---------------------------------> Sapardi Djoko Damono
Selain puisi Hujan di Bulan Juni, Aku Ingin Mencintaimu dengan Sederhana, karya penyair ini sangatlah populer. Jangan pernah mencoba untuk mengutipnya tanpa menyebut nama, sebab semua penyair tahu siapa pemilik larik-larik indah ini.
Hari ini, Jumat 5 Juni 2020. Hujan sejak pagi, yang mengingatkan kembali tentang sebuah puisi. Begitulah kata-kata yang disusun dengan rima dan maksud yang sampai ke hati pembacanya. Kata orang, menulis dengan hati akan sampai ke hati. Maka menulislah dengan hati yang bersih dan pikiran yang jernih. Sembari melupakan sejumlah teori-teori menulis yang membuat ribet setengah mati.
Hari ini, harusnya Jumatan, tetapi tampaknya belum ditiadakan juga. Sudah tak terbilang tak Jumatankarena pandemi menghalaunya. Minggu kemarin, Jumatan di Masjid Istiqamah Kampung Masjid Sarolangun. Mudik sebentar, pada pagi lebaran kedua, Senin (25/5). Jalanan lengang, lancar jaya. Berangkat pukul 07.00 WIB, tiba pukul 15.00 WIB. Perjalanan yang menyenangkan.
Awalnya tidak ada rencana, karena pandemi itu menakutkan. Biasanya sudah pulang jauh sebelum hari lebaran tiba. Satu minggu bahkan ada yang 15 hari sebelum itu. Benar-benar liburan tahunan yang mengasyikkan. Perjalanan ke dua provinsi, Jambi dan Bengkulu. Kini hanya Sarolangun Jambi saja. Tak apalah.
Minggu (31/5) kembali ke rumah. Berangkat pukul 08.00 Wib, tiba pukul 16.30 Wib. Ada dua kali ditembak pengukur suhu, di Sawahlunto dan Lubuk Paraku. Selebihnya tidak ada petugas. Mungkin karena minggu atau memang ditiadakan. Awalnya disangka, masuk Sumbar akan dilarang di perbatasan ternyata tidak. Di lapangan, tidak seperti hebatnya pemberitaan.
Angka terinfeksi di kota ini terus merambat, menakutkan. Tetapi aktivitas sudah agak normal. Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) satu sisi telah berhasil membuat kota tak berjalan semestinya. Orang memilih banyak di rumah, lebih-lebih aturan kantor dan sekolah, masih boleh kerja dari rumah. Hanya yang penting-penting saja mau keluar rumah. Ketakutan masih ada sedikit.
Sejak Maret pertengahan hingga Juni awal ini, kehidupan memang terkesan melamban. Ada banyak project dan program kerja tertangguhkan. Ada pula yang tidak terduga, untuk saya, menulis artikel di media online begitu banyaknya, selain di blog ini. Begitu banyak waktu di depan laptop memang harus produktif menulis dan membaca. Kini, hujan masih turun. Seperti ingin mengajak agar tetap tabah, bijak dan arif dalam menata hati dan menata kehidupan. Salam. []
No comments:
Post a Comment