Gedung Rakyat, Terbuka untuk Publik
ABDULLAH KHUSAIRI, Canberra
Sebuah gedung megah terpampang di hadapan setelah rombongan melibas jalan mulus selama tiga jam Sydney - Canberra. Memasuki area parlemen, bus dibelokkan ke bawah gedung, yang ratusan mobil sudah parkir di sana. Agak gelap, sebanyak 15 orang dari Padang segera turun lalu naik tangga menuju lantai pertama. Terdapat hamparan langit yang cerah, panas terik tapi angin bertiup dingin.
"Kalau di Indonesia, ini gedung DPR di Senayan. Tempat wakil rakyat Australia rapat. Kegiatan mereka sejak pagi hingga siang. Siang hingga sore, dibolehkan kunjung untuk publik. Sebagai tanda dan simbol gedung ini terbuka untuk publik, " ungkap Uni Nentis Gushelfi, koordinator kegiatan dari Surau Sydney Australia (SSA) didampingi Uniang Asni dan Ajo Jamaris.
Sepuluh mahasiswa bersama empat dosen pendamping plus satu orang tenaga kependidikan, naik ke lantai demi lantai dan masuk ke ruang demi ruang di gedung luas itu. Hingga sampai ke puncak, dekat bendera besar berkibar megah di langit biru. Angin dingin tak berhenti bertiup. Bendera itu tampak perkasa berkibar tiada henti, dengan tiang yang dipasang secara unik dan futuristik.
Sebelum masuk gedung, di lantai pertama, setiap pengunjung diperiksa satu persatu oleh security dan mesti melewati gate detector dan hand metal detector, layaknya sebuah bandara. Sungguhpun begitu, tak kurang 10 ribu orang mengunjungi gedung ini karena dilengkapi museum dan spot foto yang indah di atasnya. Pada waktu rombongan ini masuk, terdapat dua rombongan besar anak-anak sekolah tingkat pertama dengan baju seragam, bersama guru mereka.
"Security dengan teknologi tinggi. Kamera juga dimana-mana," tambah Nentis. Benar, tidak ada pagar tinggi yang ditemukan sebagaimana di Indonesia. Hanya taman penuh dengan bunga dan pemandangan yang menyejuk mata. Rombongan ini juga sempat ditegur untuk tidak berfoto dengan spanduk yang dibawa oleh sepasang polisi berseragam lengkap dan bersenjata.
Rombongan ini akhirnya tiba juga ke ruang rapat utama setelah dari ruang rapat majelis rendah, dengan ratusan kursi kosong berjejer rapi, tempat wakil rakyat rapat menentukan arah kebijakan negara. Termasuk juga Perdana Menteri Australia Anthony Albanese. Politisi dari Partai Buruh yang dilantik 23 Mei 2022.
Australia, dengan kota-kota yang teratur, nyaman dan indah itu, dipikirkan oleh para pemimpin mereka di gedung megah Canberra itu. Sepuluh mahasiswa terpilih dalam Program Student of Imam Bonjol Academic Community - Student Internship Program (SIBac-sip) 2024 merasa kagum dengan museum yang juga disediakan pada gedung itu. Lengkap memberi informasi perjalanan politik pembangunan Australia. Foto tokoh-tokoh dilengkapi cerita banyak hal.
"Kita belum pernah ke Gedung DPR di Senayan, Jakarta. Paling bisa, hanya sampai di pagar yang tinggi itu saja. Malah di Canberra bisa dapat masuk," ujar Nabila Arsya, mahasiswi dari Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FDIK).
Sepuluh mahasiswa di bawah para pendamping, Prof. Nurus Shalihin, S.Ag, M.Si, Ph.D, Chanti Diananseri, M.Pd, Renggi Vreki, M.Pd, dan Dr. Abdullah Khusairi, MA. Mereka merasa terhormat bisa masuk ke ruangan rapat utama dan mengabadikan moment spesial tersebut.
"Gedung DPR kita, pagarnya tinggi. Itu pun ada yang roboh oleh demonstran kalau ada aksi,” celetuk Salman Siddiq, salah seorang anggota SIBac-sip dari Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.
Menurut Nentis, di Australia semua diatur walaupun untuk demonstrasi untuk ketertiban dan tidak mengganggu orang lain. Demontrasi boleh tapi penjagaan ketat tak boleh merusak fasilitas umum. Hukum akan tegas melibas demonstran.
Rombongan SIBac-sip sempat melihat aksi demonstrasi, namun di tengah keramaian kota Sidney dengan pengawalan ketat bukan di Canberra. Mereka menyampaikan aspirasi anti perang dan mengutuk aksi Israel. Tidak ada aksi bakar ban dan potensi rusuh. Tertib tapi heboh.
Sepuluh mahasiswa terpilih SIBac-sip Australia adalah, Muhammad Yazid Yaskur (Bahasa Sastra Arab, FAH), Muhammad Aufa Ibnu Faizal (Komunikasi Penyiaran Isla, FDIK), Arya Bisma Nugraha (Pendidkan Agama Islam, FTK), Salman Shiddiq (PAI, FTK), Muhammad Fajar (PAI, FTK), Okta Farhan Syahendra (Tadris Fisika, FTK), Nurul Izzati Husni (SPI, FAH), Nabilla Arsya Amara (KPI, FDIK), Putri Diani Sausan (Persya, FEBI), Azizah Mardatillah (Tadri Bahasa Inggris, FTK).
Mereka melaksanakan pelatihan kepemimpinan, penulisan ilmiah, moderasi beragama di Islamic Studies and Riset Academik (ISRA) di kawasan Auburn, Sydney. Selain itu juga melakukan Pengabdian ke Masyarakat di Surau Sydney Australia (SSA) di bawah koordinasi Ikatan Keluarga Minang Saiyo (IKMS), juga menyempatkan datang ke Konsulat Jenderal (Konjen) Republik Indonesia di Sydney dan beberapa kampus ternama, seperti University Macqueri, University New South Wales (UNSW), University Sydney (Unsyd).
Ketua SSA, Novri Latif sangat antusias Ketika melihat mahasiswa UIN Padang mengajarkan anggota Surau Connec yang terdiri anak diaspora generasi ketiga belajar Randai. Termasuk menjadi imam shalat dan mengisi pengajian di SSA. Hal yang sama juga akui Ketua IKMS, Yusuf Rizal, yang mengharapkan lanjutan kegiatan ini di tahun depan. [] sumber, Harian Singgalang, 30 September 2024
No comments:
Post a Comment