Kearifan Lokal Punya Nilai Pendidikan Karakter

PADANG, HALUAN --- Pendidikan karakter yang telah menjadi ketentuan di undang-undang sistem Pendidikan Nasional pada dasarnya telah ada dalam kearifan local di Ranahminang. Tokoh-tokoh kemerdekaan dari Ranahminang, merupakan produk dari pendidikan berkarakter dari Ranahminang.
Demikian dikatakan Gubernur Sumbar, Irwan Prayitno, usai membuka acara Seminar Nasional Integrilisasi Nilai-Nilai Pendidikan Karakter untuk Membangun Peradaban Bangsa Berkualitas, di Pasca Sarjana IAIN Imam Bonjol Padang, Kamis (25/11).
“Ya. Seperti pendidikan surau itu. Memberikan pendidikan lebih. Kognitif, apektif dan psikomotorik,” jawab Irwan ketika ditanya wartawan.
Irwan dalam sambutannya menyatakan kebahagiaan atas kehadiran UU Sisdiknas yang mencantumkan pendidikan karakter. Pengalaman empiris sebagai pendidik yang ia tempuh selama ini telah membuktikan pentingnya pendidikan karakter tersebut.
“Saya bangga, karena saya ketua tim Rancangan Undang-Undang (RUU) ini. Kini tugas kita, tugas para pakar pendidikan, adalah mencari pola terbaru dari pendidikan berkarakter tersebut,” tutur Irwan.
Pengetahuan yang diberikan sekolah, masih bersifat kognitif, belum banyak lembaga pendidikan yang berhasil masuk dan berusaha untuk ke wilayah apektif dan psikomotorik. Karena memang, system pendidikan yang ada baru mampu demikian.

Secara keras Irwan menyebutkan, orang yang selalu berada di wilayah kognitif, cenderung membuat kejahatan. Apapun jabatannya dan sekalipun telah berpendidikan. Bentuk tersebut, mulai dari tawuran hingga korupsi.
Senada dengan itu, Direktur Pascasarjana IAIN Imam Bonjol Padang, Prof. Dr. H. Makmur Syarif, SH, MAg menyatakan, salah satu kenyataan pendidikan itu gagal adalah terjadinya demoralisasi dan anarki.
“Pendidikan yang membangun martabat, tidak hanya dididik hanya pengetahuan dan logika saja, tetapi juga hati. Inilah wilayah spiritual question (SQ), emosional question (EQ). Tanpa meremehkan wilayah intelegencia question (IQ),” tutur Makmur.
Rektor IAIN Imam Bonjol Padang, Prof. Dr. H. Sirajuddin Zar, MA mengatakan, akal dan hati dalam filsafat Islam sudah memiliki kedudukan yang amat jelas. Peran dan fungsi masing-masing juga mudah dikenali.
“Hati nurani salah satu dari bidang misteri, tetapi mudah dipelajari dengan panduan agama. Di sinilah letak integritas moral, yang membangun karakter, jati diri bagi seseorang yang sedang dididik,” ujar professor bidang filsafat ini.
Sirajuddin Zar menyatakan, dalam islam, filsafat dan tasawuf adalah dua jawaban untuk masalah hati dan akal. Diperlukan hal ini diberikan ke dalam dunia pendidikan kita. Agar berkarakter.
“Dulu kita di surau, tidak hanya diberi pelajaran bersifat kognitif, apektif, sekaligus psikomotorik,” tegas Sirajuddin.
Pakar Turun Bicara
Seminar yang dihadiri civitas akademika IAIN Imam Bonjol Padang ini menampilkan Prof. Dr. Abuddin Nata, M.A., yang menurunkan kertas kerja bertajuk Paradigma Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dalam Perspektif Qur’an dan Hadits. Prof. Dr. Sutjipto, dengan makalah Pendidikan Berkarakter dalam Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan Nasional.

Seminar Nasional ini juga diisi oleh Prof. Dr. H. Ramayulis, dengan makalah Dasar-dasar Pembentukan Karakter Peserta Didik dalam Konsep Pendidikan Islam. Narasumber terakhir, Prof. Dr. H. Ahmad Mubarok, M.A. dengan makalah Internalisasi Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dalam Kehidupan Bangsa. [] Abdullah Khusairi

Comments

Popular posts from this blog

METODE TAFSIR TAHLILI

RESENSI ASMARA DI ATAS HARAM

#DIRUMAHAJA