Kupu-kupu Fort de Kock

Suara Kampus Bahas Novel Karya Maya Lestari Gf


Salingka Kampus | Selasa, 01/10/2013 21:54 WIB | Esti Wandani (Mg)
SuaraKampus.com- Karya penulis Nasional, Maya Lestari Gf yang menceritakan perpaduan antara petualangan dunia persilatan dan kemelut percintaan dibahas dalam Launching Novel yang diadakan Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Suara Kampus. Di Aula Fakultas Dakwah, Selasa (01/10).


Maya Lestari GF, pengarang novel tersebut mengatakan ide cerita tersebut muncul secara tidak sengaja. “Awalnya, saya berkeinginan untuk menulis kisah romance dengan cerita yang berbeda, akhirnya, 2008 muncul ide untuk menggabungkan perpaduan antara dunia percintaan danpersilatan,” ujar Maya.

Penulis juga mengatakan, dalam menyelesaikan novel tersebut tidak bekerja sendiri. “Sebuah buku atau novel itu tidak lahir dengan sendirinya, ada tangan-tangan mahir yang ikut menyempurnakannya. Saya beruntung dikelilingi orang-orang hebat sehingga bisa melahirkan novel Kupu-kupu Fort de Kock. “ jelasnya.

Abdullah Khusairi, pemateri dalam acara tersebut mengatakan, “Seorang penulis novel itu harus mampu mengolah cerita agar data-data yang dihasilkan itu bervariasi. Apabila hanya mengandalkan imajinasi dan perasaan saja, maka akan lambat berkembang dan jarang mampu bertahan lama,” ujar Dosen Jurnalistik itu.

Abdullah Khusairi menjelaskan menulislah dengan sadar. “Tulislah apa yang ada disekitar kita dan kita menguasainya,” tambahnya.

Sheiful Yazan, yang juga salah seorang pemateri menjelaskan hal yang senada. “ penulis itu harus mampu menghadirkan sesuatu yang baru, maka pembaca akan tertarik untuk membaca”.

Menurut Sheiful Yazan, yang juga pemateri dalam lanucing buku ini, sebuah cerita memiliki alam khayalnya tersendiri. “Alam khayal itu ada dua tingkat, pertama alam yang harus sesuai dan akurat agar tidak ada protes dari pembaca. Ketika tidak ingin ada protes maka kita harus naik tingkat karena tingkat kedua ini merupakan alam ciptaan dari pengarang, disanalah tercipta dunianya tersendiri yang merupakan tingkatan kedua,” jelasnya.

Sebuah karya itu ide awalnya memang dari penulis, kemudian penulis menerima masukan dari pembaca. Hal tersebut merupakan metode yang sangat bagus. “Apabila kita ingin membuat karya tulis yang bagus, kita harus mendengarkan pendapat orang. Karena, mereka menilai secara subjektif. Lain halnya jika kita sendiri yang menilai, pasti kita merasa bahwa karya itu sudah hebat.” Tambah pria yang kerap dipanggil Kang Ipul ini.

Ketua Panitia, Urwatul Wusqa menjelaskan sengaja membahas novel karya Maya karena adanya unsur kedekatan. “Penulis itu dekat dengan kita,” ungkapnya. []

Comments

Popular posts from this blog

METODE TAFSIR TAHLILI

RESENSI ASMARA DI ATAS HARAM

#DIRUMAHAJA