Friday, November 30, 2018

Cebong - Kampret

Cebong - Kampret 

Banyak sekali yang menanyakan bahkan menebak sendiri, saya cebong atau kampret! Paling banyak yang menuduh saya cebong. Biar sajalah, hak dia pula untuk berpendapat. Hormati pendapat orang, walaupun salah! hahaha. 

Padahal, teman-teman saya banyak di kampret. Mereka baik-baik semua. Begitu juga di cebong, baik-baik juga. Lalu saya dimana? 

"Apa urusan anda menanyakan begitu?" kata seorang gubernur saat wawancara live streaming dari redaksi televisi. Sebuah pernyataan yang sangat menggelitik dan viral jadinya. 

Thursday, November 29, 2018

Bedah Buku Melawan Konspirasi Global di Teluk Jakarta


>> Bedah Buku Melawan Konspirasi Global di Teluk Jakarta
Berjuang Demi Daulat Ekonomi Rakyat
                                                      
Bedah Buku: (Kanan ke kiri), Ahmad Khoirul Fata, Prof. Saifullah,
Rifki Abror Ananda (moderator), Nova Sofyan Hakim, Sudarman.
Kepentingan ekonomi global untuk menguasai aset nasional terus dilancarkan pemodal besar (multinational coorporate) melalui berbagai jalan. Sementara itu, nasionalisme oknum aparatur pemerintah begitu keropos ketika diumpan dengan uang. Inilah salah satu dampak sistem pasar bebas.

ABDULLAH KHUSAIRI --- PADANG

Demikian benang merah dari 'Bedah Buku Melawan Konspirasi Global di Teluk Jakarta', yang ditulis oleh mahasiswa program doktor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Ahmad Khoirul Fata, di Aula Fakultas Adab dan Humaniora UIN Imam Bonjol Padang, Rabu (28/11).

Tuesday, November 27, 2018

Membaca Yuval Noah Harari

Membaca Yuval Noah Harari

Masa depan ummat manusia akan berakhir karena pikiran dan nafsu yang berkembang tiada henti hingga ke titik paling menghancurkan. Pada masa depan, ketika ilmu pengetahuan tidak terbendung untuk menciptakan apapun melalui temuan-temuan mutakhir, manusia akan repot sendiri menghadapi apa yang telah diciptakannya. 

Begitulah, catatan paling singkat setelah membaca Sapien yang ditulis Yuval Noah Harari. Setelah dibawa bolak-balik ke masa lalu ke masa kini, masa lalu yang teramat jauh, zaman batu, hingga jutaan tahun ke belakang, Yuval seakan-akan ingin mengaduk-aduk pikiran kecil dan ruang pengetahuan dalam kepala yang terbatas. 

Yuval hendak menggambarkan sebuah siklus zaman di muka bumi melalui data-data keilmuan di berbagai bidang, secara logis dan sistematis. Perkembangan paling purba hingga paling mutakhir digambarkan secara kontras antara satu peristiwa dengan peristiwa lain. Sulit menidakkan apa yang telah diuraikan Yuval. 

KENANGAN KEPADA SEORANG GURU

Ibu Guru Zulhanidar 



Guru pertama mengajar Mengarang bernama, Zulhanidar. Guru dari Sijunjung. Dia membuatku tersanjung. Hanya bidang Mengarang, aku bisa mengalahkan mak cik Raudhatul Husna (Husna Yuski). Selebihnya, ia libas semua. Rangking satu, setiap menerima rapor. Aku, terus merosot. Mak cik memang rajin. Kelas enam sekolah dasar, serupa bocah kebanyakan. Aku agak nakal. Dikit. ðŸ˜‚#thanksguru


tak sedikitpun sepanjang lima tahun aku hendak menjadi juara kelas. menelikung mak cik itu berat. dia telah rajin baca sejak kecil. maka tetap puas saja kalau dapat rangking, dua, tiga, empat, lima, bahkan enam. bahkan sedikit tak peduli. sing penting sepuluh besar. Dasar bocah. #thanksguru

ibu guru Zulhanidar, guru yang telaten dan sabar. Mengajar banyak hal. Suatu hari, ia ungkapkan sebuah pepatah; binatang tahan pukul, manusia tahan kias. Kami selokal terdiam! Ia tak main pukul, tapi cubitnya di perut bikin engkau meringis lama. Tulisannya di papan hitam, rapi sekali. Dia akan tandai, sebelum menghadap papan tulis, siapa yang sedang bermain. Dia akan melempar patahan kapur itu ke tengah bocah dekil ribut karena mainan. #thanksguru

Thank to 
ayah ibu yang telah melahirkan dan membesarkanku
isteri dan anak-anakku yang telah memberi rindu 
para guru-guru yang telah menumpahkan ilmu

Thursday, November 8, 2018

Kala Khairul Jasmi Rindu Baitullah

#Satu Lagi, Lahir Buku Baru 

Kala Khairul Jasmi Rindu Baitullah... 


PADANG --- Ranahminang tidak pernah berhenti menulis. Tak berhenti menerbit buku. Inilah Ranah yang subur pekerja kata-kata. Sebuah kerja intelektual yang tak boleh berhenti walaupun teknologi informasi menjauhkan kita dengan buku-buku. 

Kali ini, sastrawan cum wartawan, Khairul Jasmi merilis buku kembali. Setelah novel Lonceng Cinta Sekolah Guru (Kompas: 2012), kali ini meramu catatan perjalanan spiritualnya ke Baitullah menjadi sebuah buku. Enak dibaca dan perlu bagi mereka yang akan berangkat ke Tanah Suci dan juga bagi yang telah pulang namun memendam rindu.