Thursday, November 29, 2018

Bedah Buku Melawan Konspirasi Global di Teluk Jakarta


>> Bedah Buku Melawan Konspirasi Global di Teluk Jakarta
Berjuang Demi Daulat Ekonomi Rakyat
                                                      
Bedah Buku: (Kanan ke kiri), Ahmad Khoirul Fata, Prof. Saifullah,
Rifki Abror Ananda (moderator), Nova Sofyan Hakim, Sudarman.
Kepentingan ekonomi global untuk menguasai aset nasional terus dilancarkan pemodal besar (multinational coorporate) melalui berbagai jalan. Sementara itu, nasionalisme oknum aparatur pemerintah begitu keropos ketika diumpan dengan uang. Inilah salah satu dampak sistem pasar bebas.

ABDULLAH KHUSAIRI --- PADANG

Demikian benang merah dari 'Bedah Buku Melawan Konspirasi Global di Teluk Jakarta', yang ditulis oleh mahasiswa program doktor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Ahmad Khoirul Fata, di Aula Fakultas Adab dan Humaniora UIN Imam Bonjol Padang, Rabu (28/11).


"Ini panggilan sejarah. Sebuah buku tentang pintu gerbang sebuah negara. Sejarah nusantara bermula dari pantai, sungai, hingga ke pedalaman. Persoalannya, gerbang maritim kita sedang dikuasai orang asing. Buku ini juga memaparkan tata kelola pelabuhan-pelabuhan di Indonesia," ungkap Ahmad Khoirul Fata, di hadapan mahasiswa.

Buku ini dibedah, berkenaan dengan sejarah ekonomi dan kemaritiman di Indonesia. Serta menggambarkan persoalan-persoalan di pelabuhan Tanjung Priok sebagai gerbang ekonomi bangsa. Serta menerangkan relasi birokrasi, pemodal dan ada dalam kontestasi ekonomi politik di Tanjung Priok. Nilai kerugian yang dialami negara melebihi kasus e-KTP. Bisa mencapai Rp6 triliun lebih, sementara e-KTP hanya Rp2, triliun.

Sementara itu, Pelaku dan Ketua Federasi Pekerja Pelabuahan (FPPI), Nova Sofyan Hakim, banyak memaparkan perlawanan terhadap kekuatan asing atau pemodal.

“Kita berjuang agar jangan asing menguasai aset dan mengambil keuntungan yang besar sementara rakyat Indonesia terus jadi penonton. Ini bukan perlawanan pekerja, tetapi bangkitnya kesadaran terhadap atas aset nasional. Kita bisa tanpa asing," ungkap Nova Sofyan Hakim.

Buku ini juga memaparkan kongkalikong dalam kontrak kerja sama antara pihak asing dengan perusahaan nasional yang dinaungi PT. Pelindo, yaitu: PT. Jakarta International Container Terminal (JICT) dan Terminal Petikemas Koja. Dua perusahaan ini akan segera habis kontrak dengan Hutchison Port Holdings (HPH). Nova mengaku mendapat ancaman hebat dari perjuangan konspirasi ini, namun FPPI terus bergerak hingga ke DPR RI. Kini DPR RI telah membuat Panitia Khusus (Pansus) kasus Pelindo.

Buku Perjuangan
Pembedah buku, Guru Besar Ilmu Politik Fakultas Adab dan Humaniora, Prof. Dr. H. Saifullah, MA, menyatakan, buku ini seperti buku perjuangan. Perjuangan atas nama semangat nasionalisme agar asing tidak menguasai aset milik negara. Namun semua itu telah diatur dalam sebuah sistem di pasar bebas.

“Diksi melawan, adalah kata-kata memihak. Tetapi memihak siapa? Apakah kerja sama dengan asing tidak ada yang sukses?” kritik Saifullah.

Dekan I Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri (UIN) Imam Bonjol Padang, Dr. Sudarman, MA menyebutkan, bedah buku ini sangat penting melihat secara mendalam tentang ekonomi kemaritiman serta tata kelola sebuah pelabuhan secara modern.

“Sejarah Islam di bumi nusantara, tak lepas dari dunia maritim. Termasuk juga selat malaka, Temasek, Tanjung Priok, serta keadaan hari ini. Tentu saja, lebih menarik lagi karena menjadi persoalan politik dan ekonomi negeri ini,” ungkap Sudarman.

Kasus ini, mengingatkan perjuangan spin off PT Semen Padang oleh masyarakat Sumbar 2001. [] sumber: Harian Singgalang, 29 November 2018, halaman A-5

No comments:

Post a Comment