>>
Bedah Buku Melawan Konspirasi Global di Teluk Jakarta
Berjuang Demi Daulat Ekonomi Rakyat
Bedah Buku: (Kanan ke kiri), Ahmad Khoirul Fata, Prof. Saifullah, Rifki Abror Ananda (moderator), Nova Sofyan Hakim, Sudarman. |
Kepentingan
ekonomi global untuk menguasai aset nasional terus dilancarkan pemodal besar (multinational
coorporate) melalui berbagai jalan. Sementara itu, nasionalisme oknum aparatur
pemerintah begitu keropos ketika diumpan dengan uang. Inilah salah satu dampak
sistem pasar bebas.
ABDULLAH
KHUSAIRI --- PADANG
Demikian benang merah dari 'Bedah Buku Melawan
Konspirasi Global di Teluk Jakarta', yang ditulis oleh mahasiswa program
doktor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Ahmad Khoirul Fata,
di Aula Fakultas Adab dan Humaniora UIN Imam Bonjol
Padang, Rabu (28/11).
"Ini panggilan sejarah. Sebuah buku tentang
pintu gerbang sebuah negara. Sejarah nusantara bermula dari pantai, sungai,
hingga ke pedalaman. Persoalannya, gerbang maritim kita sedang dikuasai orang
asing. Buku ini juga memaparkan tata kelola pelabuhan-pelabuhan di Indonesia,"
ungkap Ahmad Khoirul Fata, di hadapan mahasiswa.
Buku ini dibedah, berkenaan dengan sejarah ekonomi
dan kemaritiman di Indonesia. Serta menggambarkan persoalan-persoalan di
pelabuhan Tanjung Priok sebagai gerbang ekonomi bangsa. Serta menerangkan
relasi birokrasi, pemodal dan ada dalam kontestasi ekonomi politik di Tanjung
Priok. Nilai kerugian yang dialami negara melebihi kasus e-KTP. Bisa mencapai
Rp6 triliun lebih, sementara e-KTP hanya Rp2, triliun.
Sementara itu, Pelaku dan Ketua Federasi Pekerja
Pelabuahan (FPPI), Nova Sofyan Hakim, banyak memaparkan perlawanan terhadap
kekuatan asing atau pemodal.
“Kita berjuang agar jangan asing menguasai aset dan
mengambil keuntungan yang besar sementara rakyat Indonesia terus jadi penonton.
Ini bukan perlawanan pekerja, tetapi bangkitnya kesadaran terhadap atas aset
nasional. Kita bisa tanpa asing," ungkap Nova Sofyan Hakim.
Buku ini juga memaparkan kongkalikong dalam kontrak
kerja sama antara pihak asing dengan perusahaan nasional yang dinaungi PT.
Pelindo, yaitu: PT. Jakarta International Container Terminal (JICT) dan
Terminal Petikemas Koja. Dua perusahaan ini akan segera habis kontrak dengan
Hutchison Port Holdings (HPH). Nova mengaku mendapat ancaman hebat dari
perjuangan konspirasi ini, namun FPPI terus bergerak hingga ke DPR RI. Kini DPR
RI telah membuat Panitia Khusus (Pansus) kasus Pelindo.
Buku Perjuangan
Pembedah buku, Guru Besar Ilmu Politik Fakultas Adab
dan Humaniora, Prof. Dr. H. Saifullah, MA, menyatakan, buku ini seperti buku
perjuangan. Perjuangan atas nama semangat nasionalisme agar asing tidak
menguasai aset milik negara. Namun semua itu telah diatur dalam sebuah sistem
di pasar bebas.
“Diksi melawan, adalah kata-kata memihak.
Tetapi memihak siapa? Apakah kerja sama dengan asing tidak ada yang sukses?”
kritik Saifullah.
Dekan I Fakultas Adab dan Humaniora Universitas
Islam Negeri (UIN) Imam Bonjol Padang, Dr. Sudarman, MA menyebutkan, bedah buku
ini sangat penting melihat secara mendalam tentang ekonomi kemaritiman serta
tata kelola sebuah pelabuhan secara modern.
“Sejarah Islam di bumi nusantara, tak lepas dari
dunia maritim. Termasuk juga selat malaka, Temasek, Tanjung Priok, serta
keadaan hari ini. Tentu saja, lebih menarik lagi karena menjadi persoalan
politik dan ekonomi negeri ini,” ungkap Sudarman.
Kasus ini, mengingatkan perjuangan spin off PT Semen Padang oleh masyarakat Sumbar 2001. [] sumber: Harian Singgalang, 29 November 2018, halaman A-5
No comments:
Post a Comment