NASIONAL - SOSIAL
Jum'at, 09 Oktober 2009 , 22:16:00
Wako Padang Minta Jawa Pos Group Jadi "PR"
JAKARTA - Wali Kota (Wako) Padang H Fauzi Bahar, meminta Jawa Pos Group berkenan jadi "Public Relations" terdepan dalam penanggulangan bencana gempa bumi berkekuatan 7.6 pada skala richter di Sumatera Barat, akhir September lalu. Dengan jaringan yang dimiliki Jawa Pos Grouo, diharapkan penyebarluasan informasi tentang rekonstruksi dan rehabilitasi pascabencana bisa dilakukan hingga seluruh pelosok tanah airm tempat para perantau Minang bermukim.
"Dengan jaringan koran terbesar di Indonesia, Jawa Pos Group tentu punya kapasitas untuk menyampaikan bencana dan rencana penanggulangannya kepada seluruh masyarakat di semua kabupaten/kota di Indonesia," pinta Fauzi Bahar saat menerima Direktur/penanggung jawab Jawa Pos Nani Wijaya dan rombongan di rumah dinas wali kota, di Padang, Jumat (9/10).
"Pemko Padang telah memilih perbaikan bangunan sekolah yang segera dilakukan. Dalam keadaan apapun, anak-anak harus tetap sekolah. Termasuk saat bencana ini, pendidikan tidak boleh berhenti," kata Wako Padang, kepada Nani Wijaya yang didampingi Pimpinan Umum Posmetro Padang H Wiztian Yoetri, Pimred Posmetro Sukri Umar, Pimpred Padang Today Abdullah Khusairi, Wapimpred Padang Ekspres Sulaiman Tanjung dan GM Padang TV Rita Gusveniza.
Terkait dengan kepentingan rekonstruksi pendidikan itu, media di bawah Jawa Pos Group bisa menyampaikan informasi kepada perantau Minang, bahwa di Kota Padang setidaknya sekitar 1.108 ruang kelas rusak dan tidak bisa digunakan lagi. Dimana kerusakan paling dominan terjadi di sekolah dasar dengan jumlah yang hampir mencapai 673 ruang kelas.
Dijelaskan Fauzi Bahar, untuk membangun 673 ruang kelas baru, dibutuhkan dana US$ 14 ribu. Asumsinya, satu ruang kelas dengan luas 73 meter persegi menghabiskan dana sebesar Rp144 juta. "Jumlah tersebut sesungguhnya tidak terlalu signifikan, jika partisipasi dan bantuan diarahkan untuk sektor rekonstruksi pendidikan itu. Bagi donatur, silakan pasang logo perusahaan atau nama pribadi di sekolah yang dibangunnya," ujar Fauzi.
Guna memperlihatkan kesungguhannya untuk memprioritaskan rekonstruksi ruang pendidikan tersebut, Fauzi Bahar menjelaskan bahwa saat ini sudah ada tawaran dari Westerfield Sdn BhD, Malaysia untuk pembangunan sekolah. "Perusahaan mampu membangun 1.108 ruang kelas baru dalam lima hari saja dengan bahan dan material bangunan ringan, tahan gempa," kata Fauzi Bahar.
Sementara Eksekutif Direktur Westerfield Sdn BhD, Ahmad Effendi Abdullah, yang juga hadir dalam pertemuan tersebut menjelaskan, biaya pembangunan ruang kelas baru yang akan dibangunnya lebih rendah 30 persen dibanding bahan biasa. "Kami menggunakan bahan composit sebagai material bangunan. Material ini merupakan bahan daur ulang yang berisi sabut kelapa, jerami padi dan bahan alam lainnya. Produk terbaru ini dibuat oleh insinyur Australia. Materialnya anti-rayap, gempa dan air. Kalau tsunami datang, bahan ini bisa menjadi pelampung," ujarnya.
Sedangkan Nani Wijaya pada kesempatan itu menyebutkan, bantuan Jawa Pos berbentuk makanan disalurkan ke daerah Pariaman yang menjadi daerah terparah akibat gempa. Sedang untuk Kota Padang, Jawa Pos berpartisipasi dalam bentuk tim medis yang ditempatkan di rumah sakit terapung di Pelabuhan Taluak Bayua. Sedang terkait permintaan Fauzi Bahar menjadikan media di bawah Jawa Pos Group sebagai penyampai informasi bantuan, disambut positif Nani Wijaya. (har/fas/JPNN) sumber: http://www.jpnn.com/berita.detail-51083
Monday, September 27, 2010
Friday, September 3, 2010
Mercon Atau Bom
Abdullah Khusairi, MA/Dosen Fakultas Dakwah IAIN Imam Bonjol Padang
Petasan dan mercun itu sebenarnya bukanlah budaya Islam. Tapi kenyataannya, setiap ramadhan datang, jumlah petasan yang meledak pun semakin banyak. Jelas tidak ada hubungan dengan Islam. Hanya saja, itu bagian dari hobi remaja atau anak muda kita.
Hobi semacam itu harus disalurkan. Kalau tidak, beginilah yang terjadi. Banyak yang bermain petasan atau mercun tidak pada tempatnya. Seperti contoh, pada saat jamaah sedang melaksnakan sholat tarawih. Itu jelas mengganggu. Daripada menganggu lebih baik disalurkan pada kegiatan serupa tapi tidak mengangu
Misalnya canon ball atau atau sejenis lainnya. Ini akan lebih membuat sobeX merasa lebih baik ketimbang harus menyalakan petasan tidak pada tempatnya. Jika melakukan dengan hobi lain, sobex bisa menyalurkan hobi tapi tidak menganggu orang lain.
Selain dengan hal tersebut, sobeX juga pandai memfilter diri. Petasan jelas berbahaya, apalagi polusi suara menganggu siapa saja. Lebih cerdas jika seandainya menyalakannya di tempat yang tidak akan mengganggu orang lain. Sebagai remaja, tentunya sobeX lebih tahu yang mana yang lebih berpengaruh dan yang mana yang tidak. Lebih baik dicerdasi saja. Sudah sejak lama pemerintah melarang peredaran petasan, tapi tetap juga beredar hingga sekarang, tinggal tindakan bijak dari sobeX sendiri apakah masih mau menggangu kenyamanan orangtua kita yang sedang beribadah dengan bunyi-bunyian tersebut. [fresti]sumber, padang ekspres
Petasan dan mercun itu sebenarnya bukanlah budaya Islam. Tapi kenyataannya, setiap ramadhan datang, jumlah petasan yang meledak pun semakin banyak. Jelas tidak ada hubungan dengan Islam. Hanya saja, itu bagian dari hobi remaja atau anak muda kita.
Hobi semacam itu harus disalurkan. Kalau tidak, beginilah yang terjadi. Banyak yang bermain petasan atau mercun tidak pada tempatnya. Seperti contoh, pada saat jamaah sedang melaksnakan sholat tarawih. Itu jelas mengganggu. Daripada menganggu lebih baik disalurkan pada kegiatan serupa tapi tidak mengangu
Misalnya canon ball atau atau sejenis lainnya. Ini akan lebih membuat sobeX merasa lebih baik ketimbang harus menyalakan petasan tidak pada tempatnya. Jika melakukan dengan hobi lain, sobex bisa menyalurkan hobi tapi tidak menganggu orang lain.
Selain dengan hal tersebut, sobeX juga pandai memfilter diri. Petasan jelas berbahaya, apalagi polusi suara menganggu siapa saja. Lebih cerdas jika seandainya menyalakannya di tempat yang tidak akan mengganggu orang lain. Sebagai remaja, tentunya sobeX lebih tahu yang mana yang lebih berpengaruh dan yang mana yang tidak. Lebih baik dicerdasi saja. Sudah sejak lama pemerintah melarang peredaran petasan, tapi tetap juga beredar hingga sekarang, tinggal tindakan bijak dari sobeX sendiri apakah masih mau menggangu kenyamanan orangtua kita yang sedang beribadah dengan bunyi-bunyian tersebut. [fresti]sumber, padang ekspres
Subscribe to:
Posts (Atom)