Industri Parwisata Butuh Kerja Sama



Padang, Padek—Tujuan pariwisata yang paling penting adalah mensejahterakan masyarakat. Karena itu, masyarakat mesti diajak kerja sama dalam menumbuhkembangkan industri pariwisata. Bukan saja objek wisata yang dibenahi, tetapi kesiapan masyarakatnya mesti dibenahi. Kampanye sadar wisata sangat penting dilakukan.
Hal ini dikatakan Dirjen Pemasaran Budpar RI, Thamrin B Bachri didampingi Kabag Hukum Perencanaan dan Hukum Depbudpar, Raseno Arya SE, Kadinas Budpar Sumbar, Jammes Halyward, Ketua Asita  Sumbar Asnawi Bahar dan Ketua PHRI Sumbar Aim Zein, kepada pers, Jumat (25/8). Faktor kartu liar, seperti bencana, avian flu menjadi masalah nasional industri pariwisata mesti dibenahi dengan pengembangan pasar dan destinasi. "Dalam hal ini, pemerintah berperan sebagai pembentukan citra. Memasarkan market confident yang menarik. Ini memerlukan masyarakat yang sadar akan pariwisata. Misalnya, elemen dasar pariwisata dilaksanakan dengan disiplin yang ketat. Bersih, indah, ramah. Kalau itu menjadi kenyataan, tidak terjadi over promotif," ujar Thamrin.
Thamrin menyatakan, soal kebersihan amatlah penting. "Kecil tapi setan. Kecil tapi atom. Kalau toilet tidak bersih jangan bicara pariwisata," tegas Thamrin.
Inovasi produk amat lamban karena kebijakan ke arah itu belum mendapat tempat dan perhatian yang ketat. Produk baru tidak pernah dikeluarkan. "Wisata masa depan akan bergeser pada minat khusus (special interest). Misalnya, pacu itik. Orang Jepang ke sini ingin melihatnya, ya pertahankan dan teruslah diadakan," papar urang awak ini.
Suasana kondusif amatlah penting. Hal inilah yang dikampanyekan ke Timur Tengah sebagai pasar pengembangan. "Kata kuncinya ada di daerah. Khusus Sumbar telah kita jadikan Zona A kawasan Barat. Tinggal Pemprov Sumbar mengajak Pemkab dan Pemko untuk melakukan pembenahan sistem pariwisatanya.
Depbudpar RI tidak mengalokasi dana setiap daerah provinsi. Hanya daerah unggulan dan intens  menjadikan pariwisata sebagai industri. Lima daerah unggulan yang jadi perhatian tersebut, NTB, NTT, Sulut, Sulsel dan Sumbar. Thamrin meminta agar Event dan Festival tidak parsial. Pengembangan produk dan SDM terus dilakukan.
"Soal promosi dan pencitraan, pemerintah pusat akan mengkampanyekannya keluar. Daerah benahi destinasi," jelasnya.  
Sementara itu ditambahkan Kabag Hukum Perencanaan dan Hukum Depbudpar, Raseno Arya SE, mengkampanyekan sadar wisata secara besar-besaran sampai ke tingkat masyarakat akar rumput (grassroot) perlu dilakuan.
Ada tindakan tegas atau program khusus untuk elemen yang tersentuh itu. "Misalnya, sopir taksi, pelayan hotel, kusir bendi, penjual makanan, souvenir dan sebagainya," ujar Arya.
Sulit membayangkan apa jadinya jika tidak ada sinerji antara pemerintah, pelaku dan masyarakat di sektor pariwisata ini. Potensi besar ini akan sia-sia, tidak bisa diolah menjadi "mesin uang” yang bisa dapat menggerakkan perekonomian daerah.
"Apakah kita telah khufur kepada nikmat yang diberikan Allah SWT. Ada potensi dibiarkan, padahal negara-negara yang tidak memiliki potensi wisata sebesar kita. contohnya Singapura justru optimal menggarapnyam," tutur Raseno yang juga putra minang ini.
Ia menyatakan sering kali keluhan persoalan pada dana. Sebenarnya itu, tidaklah masalah. "Tapi kemauan yang masih setengah-setengah. Uang bukan segala-segalanya. Kalau ada kemauan, pasti uang datang. Jika masyarakat, pemerintah dan pelaku usaha mau mengembangkan pariwisata, maka bersatulah," ajak Raseno.
Pesona Sumbar
Jammes Halyward,  Asnawi Bahar, Aim Zein menyatakan sepakat dan akan bersatu melakukan kampanye dan pembenahan. "Melibatkan semua pihak termasuk Pemkab dan Pemko," ujar Jammes.
Ada sedikitnya 55 objek wisata alam, 58 objek wisata budaya dan 17 untuk objek wisata minat khusus yang tersebar pada daerah-daerah kabupaten dan kota.
Misalnya Solok memiliki Danau Singkarak yang merupakan danau terbesar di Sumbar. Danau ini luasnya mencapai 129,70 km2. Jaraknya pun dekat dengan Padang sebagai ibu kota provinsi.
Danau Singkarak begitu dekat dengan Bukittinggi dan daerah lainnya. Pemkab Solok sejak awal sebenarnya telah merancang kawasan ini menjadi kawasan wisata terkemuka. "Itu yang kita tunggu," tegas Jammes.
Forum Koordinasi dan Konsolidasi Pariwisata Sumbar telah terbentuk dan segera bekerja keras untuk menerima tantangan dari Dirjen. (abdullah khusairi)

Comments

Popular posts from this blog

METODE TAFSIR TAHLILI

RESENSI ASMARA DI ATAS HARAM

#DIRUMAHAJA