Tidak Berkompeten Sama Sekali

Pernahkah engkau merasakan, ketika apa yang kita usulkan dari pikiran yang jernih tapi dianggap suatu virus? Pernahkah engkau merasakan, sikap kritis terhadap sistem tetapi dianggap sebagai bahaya? Pernakah engkau merasakan, tidak dianggap berkompeten dan cakap padahal, engkau dan teman-temanmu sudah melakukannya lebih dari seribu kali sebuah kegiatan itu?


Aku pernah merasakannya. Ketika sebuah sistem kepemimpinan yang senyatanya memang tidak siap kritik dan tidak mampu mengelola dinamika. Kita dianggap jahat, padahal maksud kita baik. Mereka menutup diri agar tidak tahu kebobrokan dan kelemahan kepemimpinan yang ia jalani.


Ini kutukan dari sebuah sistem kepentingan kelompok. Meniadakan, tempatkan seseorang pada posisi yang tepat. Bagaimana mungkin, seorang pemimpin justru jago tidur siang? Bagaimana mungkin bisa diharapkan sebuah terobosan, sedang rapat saja tertidur. Lucu sekali. Tapi orang seperti ini bisa beruntung mendapat tempat karena kegigihannya. Karena tujuannya hanya menjabat, sekali jadilah. Sebenarnya, ia jauh dari mampu. Sangat dipaksakan, karena kepentingan kelompok. Kalau sudah begini, jangan harap kemajuan bisa digapai. Bertahan pada kondisi semula saja sudah payah.


Kasihan. Lembaga yang harusnya mampu mempenetrasi keluar, justru tak mampu mengelola diri sendiri. Terlalu sibuk dengan hal-hal remeh-temeh. Pemimpinnya, sibuk hanya menyebar kabar petakut kepada orang-orang yang tak pernah takut. Mereka hanya mau fasilitas jabatan, termasuk tunjangan jabatan. Biarlah uang kembali ke negara, asal jabatan dan fasilitas tetap dapat. Orang seperti ini, harusnya dijelaskan, amanat untuk memajukan lembaga itu penuh resiko. Bukan berada di zona nyaman. Tidak mau bekerja keras. Harusnya, divonis dan diturunkan!


Tetapi kepentingan kelompok yang menang sangat kuat. Mereka yang punya mimpi lebih baik di lembaga, minggir. Cukuplah diam. Kalau kritis, pasti dianggap mengacau. Potret pemimpin kerdil dan picik, memang begitu. Hebatnya lagi, mereka pegang uang di laci. Mereka menikmati semua fasilitas dan seluruh proyek dipegang tanpa lepas. Mereka tamak sekali. Mengerikan.


Begitulah, suatu waktu, merasakan sistem kepemimpinan yang didapatkan karena tujuan paling tinggi. Bukan karena ingin mengabdi dan membuat kemajuan. Kasihan sekali.

Comments

Popular posts from this blog

METODE TAFSIR TAHLILI

RESENSI ASMARA DI ATAS HARAM

#DIRUMAHAJA