RESENSI - IBNU ARABI

Tasawuf Falsafi

Judul : Ibnu Arabi
Penulis : Muhammad Ibrahim al-Fayumi
Penerbit : Erlangga
Cetak : Mei 2008
Tebal : 143 Hal

"Aku senantiasa mengamati jejak-jejak Tuhan di hatiku, dalam gerak dan dalam diamku. Aku melakukannya dalam keseimbangan aturan-Nya yang diturunkan kepada hamba-hamba-Nya. Aku selalu memahami perintah, larangan dan kehendak-Nya secara seimbang." Ibnu Arabi 1165-1240 M

Pertemuan tasawuf dengan filsafat dalam sebuah ruang konstruksi pemikiran sudah sejak lama. Terdapat tokoh-tokoh kontroversi dalam wilayah ini. Salah satunya adalah Ibn Arabi. Selain dikafirkan juga cercaan dan hujatan terhadapnya telah melahirkan banyak buku. Bukunya Futuhat al-Makkiyah telah menjadi dasar kontruksi atas buku-buku setelah itu dari beragam aliran pemikiran. Karya yang lain, juga atelah membuatnya dibicarakan sepanjang tiga abad lebih. 

Apa yang menarik dari seorang Ibn Arabi? Ia seorang filosof yang gandrung tasawuf dan sebaliknya. Pikirannya seputar ketuhanan, alam, akal, wahyu banyak yang setuju dan banyak pula yang tidak. Ia dikenal konsep wihdatul wujud. Lahir di tengah keluarga sufi, lalu besari dan berkarya sampai 2000 buku, pemikiran tokoh kelahiran al-Andalusia Spanyol ini patut digali. 

Ia bersentuhan dengan filsafat Yunani dan langsung bertemu dengan Ibn Rusyd (Averoes), seorang filosof kalangan Islam yang lahir di Eropa. Pemikiran wihdatul wujud (keesaan tuhan) adanya yang satu adalah esensi mutlak Allah SWT. Meminjam istilah Aristoteles, causa prima atau sebab pertama. Selain itu, pemikiran tentang insanul kamil. Yaitu tentang insan yang sempurna yang mengacu kepada tingkah laku manusia. Ini dekat dengan filsafat kenabian. Dimana setiap orang bisa mengejar jadi insanul kamil dan mencapai kenabian dengan langkah-langkah yang sungguh-sungguh. 

Buku ini memaparkan sisi sufi yang ada dalam filsafat Ibn Arabi. Juga membandingkan komentar pro kontra sepanjang sejarah. Karena memang kehadiran tokoh satu ini memang mengejutkan dan menghentakkan fundamental regilis terutama mereka yang melandaskan agamanya dengan pilar syariat yang kaku dan formalistik. 

Ibn Arabi mendobraknya dengan pendapat yang jauh melintas batas logika dan dekat dengan jiwa. Membuat awam menyatakan sesat atas pemikiran yang ekstrim seperti itu. Dalam aliran pemikiran, corak pemikiran Ibn Arabi ini sangat seksi untuk dibaca, dipelajari dan diungkapkan kembali. Karena ia seorang Sufi-Filosof yang mendekatkan jiwa dan logika. Tidak sekedar satu. [abdullah khusairi] 

Comments

Popular posts from this blog

METODE TAFSIR TAHLILI

RESENSI ASMARA DI ATAS HARAM

#DIRUMAHAJA