Tuesday, April 30, 2019

Harus Tunjukkan Demokrasi Terhebat di Mata Dunia

Iwosumbar.com, Padang – Hasil Pemilu secara resmi ada di tangan KPU, itu mesti dinanti 22 Mei. Bersabarlah, agar jangan mudah terprovokasi oleh siapapun.
Menurut pengamat pemikiran komunikasi Islam dari UIN Iman Bonjol Padang  Abdullah Khusairi, Hormatilah KPU. Walau memang dianggap paling buruk kinerjanya, tetapi saya memahami ada yang lemah dalam lembaga KPU, terangnya pada media ini Selasa (30/4/2019).
Abdullah Khusairi juga mengatakan, Bagi politisi ulung, bisa memandang peristiwa suksesi punya kelemahan di sana-sini. Tetapi kelemahan itu tidaklah rusak semuanya. Ada kelebihan yang perlu diapresiasi. Ini yang tak muncul. Mungkin KPU harus berbenah soal komunikasi massa.

Media Massa vs Media Sosial

Media Sosial vs Media Sosial

Selemah-lemah usaha mendapatkan berita oleh jurnalis adalah berasal dari akun narasumber lalu ditulis menjadi versi hardnews. inilah yang membuat media sosial lebih unggul dari media massa. sebab publik sejajar dalam mendapatkan info dengan jurnalis. semestinya para jurnalis jauh di depan. #ngopipers

Ada media online tanpa jumlah jurnalis yang memadai di lapangan tetapi media onlinenya selalu mendapat berita hangat. Redaktur kerja keras copas sana sini dari media online besar, lalu olah jadi berita versi media online tersebut. Ini membuat jurnalisme "secangkir isu sagantang bumbu," memeriah media online di tengah masyarakat yang belum memiliki literasi media yang memadai. #ngopipers 

Thursday, April 25, 2019

Selangkah Lagi ...


Selangkah Lagi....

Alhamdulillah. Minggu lalu, Kamis (18/4) hari yang mendebarkan. Berhadapan dengan enam profesor. Para guru besar idola. Tokoh publik, tokoh dunia. Reputasi keilmuan mereka sudah diakui di banyak kampus. 
Di hadapan merekalah, naskah Disertasi Diskursus Islam Kontemporer di Media Cetak: Kajian Terhadap Radikalisme dalam Artikel Populer Harian Kompas dan Harian Republika 2013-2017 dihidangkan. Ujian tertutup itu dipimpin oleh Prof. Dr. Jamhari, MA. Penguji Utama, Prof. Dr. Azyumardi Azra, MA, CBE, Prof. Dr. Amsal Bachtiar MA, Prof. Dr. Iik Mansornoor, Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, Prof. Dr. Andi Faisal Bakti, MA. Nama terakhir adalah profesor yang membimbing dengan seksama perjalanan naskah disertasi, di samping itu juga memberi petuah-petuah bergizi, Prof. Dr. Komaruddin Hidayat. Keduanya teramat sibuk untuk mengurus satu disertasi, maka jadilah saya harus berjibaku agar mendengar dengan serius serta bekerja di atas ekspektasi mereka, agar mereka mau hadir dalam sidang tertutup ini. Alhamdulillah, sekali lagi, mereka datang. Menandakan, sekalipun jarang dibimbing, saya sudah dipercayakan untuk meneruskan sendiri menulis. Mereka telah mengakui akan jalan kepenulisan akademik yang saya lakukan dua tahun terakhir. Saya bahagia mendapat bimbingan mereka. Thanks My Prof, My Idol. 

Tuesday, April 16, 2019

CATATAN 42Th

Terima Kasih Emak Tercinta

Alhamdulillah. Selasa, 16 April 2019, usia saya memasuki hitungan 42 tahun. Semua berjalan penuh makna dan kenangan. Hingga hari-hari menunggu Ujian Tertutup Program Doktor Sekolah Pascasarjana (SPs) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, nikmat usia yang diberikan ini merupakan anugrah terindah dalam kehidupan. Terima kasih, ya Allah Swt. 

Perjalanan tetaplah perjalanan yang menapak pendakian tempat dimana impian berada. Harus ada perjuangan dan pengorbanan. Sendiri dan sepi di sini, orang-orang tercinta yang jauh, adalah pahit yang harus dijalani. Sudah menjadi sunatullah, ingin sesuatu yang manis mesti menjalani yang pahit. Semanis apapun impian itu, harus melewati sepahit perjuangan. 

Adakah orang hidup yang manis-manis saja? Mungkin saja, tergantung perspektif. Tetapi jika kembali ke perspektif watak seorang insan, ia akan merasakan yang manis-manis itu sesuatu yang pahit bila terus menerus. Ada banyak orang yang sudah hidup terasa enak bagi yang lain tetapi baginya belum. Maka jangan heran, ada saja tingkah orang kaya, yang travelling tanpa bawa uang. Ada orang tenar ingin jadi orang biasa, lalu menyamar di tengah kerumunan. 

Monday, April 15, 2019

DR. H. RAFI'I NAZARI

Kakek (1991) - Cucu (2019) 

Bersanding Riang ... 


DR. H. Rafi'i Nazari adalah kakek saya dari garis ibu. Dia adalah paman dari emak saya. Adik nenek saya. Anak seorang ulama yang sangat masyhur di daerah Sarolangun dan sekitarnya, Ki. Ja'far Hasan. 

Dr. Rafi'i Nazari tercatat sebagai staf pengajar di Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Thaha Syaifuddin (STS) Jambi, yang sebelumnya bernama IAIN STS Jambi. Lahir di Sarolangun, berkiprah di Jambi (181 Km). Menjadi santri di Pondok Pesantren Sya'adattuddarrain, Jambi Seberang, bersama teman seiringnya, Dr. H. Khatib Quzwain. Mereka adalah duo sahabat yang menjadi orang hebat di masanya. Kini keduanya telah tiada. Saya menemukan disertasi kakek saya ini, setelah bolak-balik di lemari disertasi pada Perpustakaan Sekolah Pascasarjana (SPs) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Ciputat saat berhari-hari sedang menulis disertasi saya agar bisa segera bisa meraih gelar doktoral. Lalu saya pinjam dan pergi ke tempat fotocopy. Disertasi yang ditulis Tahun Ajaran 1990/1991, tahun ia promosi sebagai doktor.