Tuesday, May 5, 2020

#DIRUMAHAJA

Ketika Seorang Teman Berbaju Azmat

ABDULLAH KHUSAIRI 

"Selamat berjuang, kawan. Salam hormat atas segala pengorbanan. Insya Allah berkah. Selamat ulang tahun juga untuk anak dan isteri tercinta. Doa mereka membuatmu kuat dan selamat dari arena pertempuran dengan kemenangan. Amin ya rabb. Ya Allah, beri kekuatan kepada sahabatku ini." 

Tulisan ini hendak menebus rasa bersalah, ketika sebuah foto seorang teman yang memakai baju azmat Alat Pelindung Diri (APD) menjadi ide awal tulisan yang ditayangkan prokabar.com, dengan judul "Tetap di Rumah Niatkan Ibadah." Kalimat awal tulisan ini, juga pembuka dari tulisan tersebut, sebagai support terhadap teman yang sedang berjuang melaksanakan tugas negara. Siapa dia? 


Firmansyah Amd. Kep., demikian namanya. Seorang tenaga keperawatan di Rumah Sakit Umum daerah (RSUD) dr. Rasidin Padang. Kini ia hampir sulit pulang sebelum semua benar-benar bersih dari wabah Covid-19. Atas nama keluarga, negara, bangsa, agama, tentunya ia harus melaksanakan dengan segenap kekuatan, tak boleh mengeluh, tak boleh berhenti, tak boleh lengah. Protokol selalu dijalankan tanpa ampun, agar Covid-19 tidak hinggap dan masuk tubuh. 

Firman, demikian ia akrab disapa, satu dari sekian banyak petugas kesehatan yang berada di garda terdepan. Mengorbankan seluruh pertemuan dengan orang-orang tercinta, karena telah memilih profesi tenaga kesehatan. Adalah kerinduan, kelelahan, ketakutan, harus ditanggung, dilawan, dihadapi, oleh orang-orang seperti Firman. Sungguh saya salut dan hormat atas pekerjaan para petugas medis pada saat ini. 

Ada Firman-Firman yang lain, menjalani tugas serupa. Mereka berjibaku, ingin segera mengakhiri kengerian atas wabah ini. Atas semua itulah, mengikuti Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) harusnya bagian dari penghormatan kepada mereka yang sedang bekerja keras melawan wabah Covid-19. Anjuran pakai masker, membersih tangan sesering mungkin, jaga jarak, adalah protokol ketat yang tak boleh diabaikan. Jika tak perlu, janganlah keluar rumah. Bersabarlah sedikit, jangan egois! Hargailah mereka yang berjuang itu dengan cara mematuhi protokol kesehatan ini.  

Sudah begitu banyak kisah perih selama Covid-19 melanda negeri ini, harusnya menjadi pelajaran penting. Jangan sok dan sombong, mungkin saja masih muda, kuat, imun, tetapi semua itu tidak bisa jaminan penularan kepada yang tidak muda, tidak imun, terhadap Covid-19. Janganlah sampai terjadi ledakan jumlah positif Covid-19 ini, kita tak cukup banyak orang-orang seperti Firman. Bisa-bisa pasien tidak tertangani dengan maksimal, jika masih juga tengkar, bebal. Please! 

"Terima kasih, ketua. Support seperti ini menguatkan kami menjalani pekerjaan. Rasa rindu sama keluarga kadang-kadang memang membuat semangat lemah dalam menjalankan tugas. Artikel yang dituliskan itu telah memberi kekuatan dalam bekerja, semoga perjuangan dan pengorbanan ini bernilai ibadah, hendaknya. Amin. Juga artikel itu sebagai ibadah. Amin. 😭😭"

Dua emoticon menangis mengiringi komentar Firman subuh ini, mendorong saya menulis tulisan ini, khusus untuknya. Sebagai penghormatan atas sahabat dan orang-orang seprofesi dengannya. Kawan, inilah sejarah penting dalam hidupmu, hidup kita, yang bakal dikenang-kenang di masa depan. Ini adalah ladang amal, tetap kuat, tetap semangat! Kita segera ngopi, setelah wabah ini berakhir. Amin. []

No comments:

Post a Comment