Friday, September 27, 2024

LAPORAN DARI SYDNEY III

Belajar Jadi Minoritas 

di Komunitas Muslim Sydney


BANKSTOWN, SYDNEY
— Komunitas-komunitas Islam di Sydney tumbuh dan eksis menyelaraskan diri dengan dinamika sosial budaya global. Potret muslim ini mewakili wajah Islam yang moderat (washatiyah) sehingga dipandang positif bagi lingkungan mereka.

“Hal ini tumbuh sebagai counter opini buruk pasca peristiwa 9/11 terhadap unmat Islam. Komunitas Islam dengan wajah damai, perilaku sebagaimana ajaran yang ada di dalam al Quran, dikabarkan dan ditawarkan dalam bentuk perilaku sehari-hari,” ujar Prof Mehmet Ozalp, Guru Besar Islamic Studies dari Charles Sturt University dalam sesi Short Course di hadapan Peserta Student of Imam Bonjol Academic Community – Smart Internship Program (SIBac-sip) 2024.

Menurut Mehmet, muslim di Australia mewakili wajah Islam yang damai dan menghormati perbedaan. Tentu saja menjauhi konflik dan ikut membangun negara.

Sebagai kaum minoritas, yang kini terus tumbuh dan meningkat dari segi jumlah, muslim Australia menawarkan corak tersendiri. Penyelarasan sikap hidup dengan lingkungan bersama komunitas lain. Jumlah muslim yang sedikit, sekitar 813.392 atau sekitar 3,2% dari jumlah penduduk Australia, telah menumbuhkan lembaga pendidikan, rumah ibadah dan industri halal sebagai life style.

Hal ini selaras dengan pendapat Lukman Hakim dari CIDE, lembaga nirlaba komunitas Muslim Sydney. Menurutnya, dimana peran ummat Islam Australia telah berjalan dan berkembang pesat akhir-akhir ini.

“Sebagai masyarakat minoritas sudah diakui akui masyarakat Australia. Banyak lembaga pendidikan Islam yang hadir, terus bertambah peserta didiknya,” ujar Lukman Hakim ketika memberikan materi kepada peserta SIBac-sip di Surau Sydney Australia (SSA).

Peserta SIBac-sip mendapatkan banyak pelajaran tentang komunitas muslim sebagai masyarakat komunitas minoritas. ISRA, CIDE, SSA, adalah tiga dari sekian banyak yang tumbuh dan eksis menjalankan misi dan visinya.

Staf Pengajar dari ISRA, Ahmet Ozturk dalam paparannya tentang Dialog Antar Agama dan Antar Budaya menyebutkan peran agama untuk perdamaian dunia.

“Dialog sangat penting untuk saling memahami antar sesama atas nama kemanusiaan,” tegas Ahmet di ruang Theological Library Room, Chatollic School Parramatta, Rabu (18/9).

Hadir memberikan pemikiran harmonisasi dan dialog antaragama, Peter Walker Ph.D, Prof. Sathi Clark, Dr. Sef Carroll dan Dr. Mashiid Ansari. 


Anggota SIBac-sip berkunjung ke komunitas katolik, berdikusi tentang pemahaman perdamaian dunia dan diperlukannya komunikasi dan keramahtamahan ummat antar agama. Di situlah perdamaian bisa ditemukan. Islam Australia bergerak menjalankan misi tersebut dalam kehidupan mereka. [] Abdullah Khusairi

@uinimambonjolpadang @sibac-sip2024 #sibac_sip2024 #literasi #narasi #aksi #aussie




No comments:

Post a Comment