HBA: Dari Sarolangun Memimpin Jambi
Ditulis oleh Alpadli Monas/Roz, Jambi
Akhiri Masa Jabatan, Proyek ZN Disorot Mahasiswa
JAMBI - Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi berharap partai politik (parpol) tidak mengintervensi Hasan Basri Agus-Fachrori Umar (HBA-FU) selama memimpin Jambi. Pernyataan itu digaungkan Gamawan dalam sambutannya saat melantik HBA-FU sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Jambi 2010-2015 di DPRD Provinsi Jambi, kemarin (3/8). Sejak dilantik sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Jambi, kata Gamawan, HBA dan FU bukan lagi milik siapa-siapa, termasuk partai politik. HBA-FU, tegasnya, kini resmi menjadi milik rakyat Jambi. Karena itu, dia berharap setiap kebijakan HBA-FU nantinya tidak diintervensi parpol pengusung. “Pembangunan daerah harus benar-benar tanpa campur tangan parpol,” tegas mantan Gubernur Sumbar dan Bupati Solok ini.
HBA sendiri dalam sambutannya menerangkan visi-misi dalam membangun Jambi ke depan. Dia berharap, program-programnya mendapat dukungan masyarakat. “Mudah-mudahan, Jambi Emas bisa terwujud,” ujarnya, disambut tepuk tangan undangan yang hadir.
Jambi Emas adalah kependekan dari Ekonomi Maju, Aman, Adil dan Sejahtera, slogan visi dan misi HBA-FU. “Saya tidak bisa bekerja sendiri, sama-sama kita membangun Jambi,” begitu HBA menutup pidatonya.
Prosesi pelantikan dimulai sekitar pukul 10.20, dihadiri Ketua DPRD Provinsi Jambi Effendi Hatta sebagai pemimpin sidang istimewa di ruang rapat utama DPRD. Zulkifli Nurdin, Gubernur Jambi periode 2005-2010, ikut menghadiri acara tersebut untuk menyerahkan jabatannya kepada HBA.
Selama acara berlangsung, di deretan kursi pimpinan sidang, ZN terlihat banyak termenung. Matanya sesekali menerawang. Meski begitu, gubernur yang telah memimpin Jambi selama 10 tahun itu berusaha tampak santai.
Sesekali, dia meladeni bisik-bisik Gamawan Fauzi yang duduk di sebelahnya, sambil memiringkan tubuh. Sementara, HBA-FU tak banyak senyum. Kedua tokoh itu hanya bersender di kursi masing-masing sambil memperhatikan jalannya acara sesi per sesi.
Pelantikan HBA-FU ditandai pengambilan sumpah jabatan lalu diikuti penandatanganan serahterima jabatan (sertijab) dari Gubernur Jambi periode 2005-2010 Zulkifli Nurdin kepada Gubernur Jambi periode 2010-2015 Hasan Basri Agus. Gamawan Fauzi bertindak sebagai saksi.
Usai sertijab, ZN memeluk HBA. HBA menyambut tak kalah hangat. Untuk beberapa saat, kedua orang penting di Jambi itu tampak berbisik-bisik sambil tertawa kecil. Selanjutnya giliran FU mendapat pelukan ZN, tapi hanya sepintas tak selama ZN memeluk HBA.
Pelantikan berlangsung meriah. Masyarakat dan pendukung HBA-FU, tumpah ruah memenuhi gedung DPRD Provinsi Jambi mulai pelataran parkir sampai ruang sidang utama.
Bahkan, ketika akan memasuki ruang sidang, wartawan pun kesulitan. Petugas Satpol PP yang berjaga berusaha menutup pintu. Alasannya, undangan yang memenuhi ruang sidang utama sudah melampau kapasitas. “Nanti, nanti...,” tegas petugas Satpol PP sambil mendorong massa yang bergerak masuk.
Di dalam, para tamu memenuhi hampir di setiap sudut ruangan. Kebanyakan berdiri di jalan utama dan di belakang ruang itu. Kursi yang sudah disediakan panitia, rata-rata sudah ditempati. Tak ada lagi sisa.
Sementara di jalan, puluhan mahasiswa IAIN Sultan Thaha Syarifudin dan Universitas Jambi yang tergabung Aliansi Tombak (Tonggak Melawan Birokrasi Anti Kerakyatan) berunjuk rasa menuju Kantor Gubernur, dimulai sekitar pukul 10.00. Mereka menyorot beberapa proyek di masa pemerintahan ZN.
Di antaranya, mega proyek pembangunan Jembatan Batanghari II yang menghabiskan dana sebesar Rp 161, 3 miliar. Sedangkan nilai kontraknya, menurut mereka, hanya Rp 94 miliar dan harusnya selesai dalam tiga tahun.
“Dananya dari uang rakyat, pembangunannya memakan waktu tujuh tahun, tapi sampai saat ini belum ada kejelasan terkait mega proyek tersebut,” ujar salah seorang orator.
Proyek patin jambal dan peremajaan (replanting) karet yang tidak terealisasi dengan baik juga menjadi sorotan mereka. Mereka menilai, dua proyek tersebut telah menyebabkan pemborosan APBD.
Tarik ulur relokasi Pasar Angsoduo antara Wali Kota Jambi dan DPRD Provinsi yang perencanaan relokasinya akan menghabiskan dana Rp 119 miliar juga menjadi perhatian. Mereka meminta ini diselesaikan untuk ekonomi rakyat.
Kepada HBA, mahasiswa menuntut agar memperbaiki infrastruktur penunjang perekonomian rakyat, menolak konversi minyak tanah ke gas, menolak kenaikan tarif dasar listrik, dan menjaga stabilitas harga sembako.
Ramadan dan Lebaran Jadi Perhatian
Begitu resmi menjabat Gubernur Jambi periode 2010-2015, HBA tak banyak menyiapkan gebrakan. Dalam pidato pelantikan kemarin (3/8), mantan Bupati Sarolangun ini mengatakan bahwa pada tahun pertama, dia akan memprioritaskan peningkatan kualitas jalan dan jembatan.
Menurutnya, tidak bisa tercapai ekonomi kerakyatan tanpa dukungan infrastruktur yang memadai. Nah, dengan baiknya kondisi jalan, maka pengangkutan hasil-hasil pertanian dari sentra pertanian, perkebunan dan perikanan, bisa berjalan lancar. “Ini harus tuntas dalam lima tahun ke depan,” jelasnya.
Di luar ruangan usai pelantikan, HBA menjelaskan bahwa dia tidak akan menyiapkan program 100 hari. Sebab, dalam undang-undang tidak ada aturan soal program tersebut.
Ditemui di kediamannya pada Senin (2/8) lalu, HBA mengatakan bahwa semua program yang dirintis oleh gubernur yang lama, Zulkifli Nurdin, untuk tahun anggaran 2010 akan diinventarisir dan dievaluasi. “Saya juga akan mengamati dan mengevaluasi seluruh SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) yang ada,” katanya.
“Nanti akan kita bentuk tim untuk mengevaluasi itu, dan mengkaji permasalahan yang ada. Mana yang bisa kita selesaikan, termasuk ranah hukum yang ada, tahun 2011 baru kita mulai program yang baru,” terangnya.
HBA menggarisbawahi, karena ia dilantik menjelang Ramadan dan Idul Fitri, maka dua momentum besar itu menjadi perhatiannya dalam waktu dekat ini. Menurutnya, memasuki Ramadan dan jelang Idul Fitri, akan muncul gejolak harga sembako.
Yang mengkhawatirkan, kata dia, bila terjadi kenaikan drastis. “Tentu ini perlu antisipasi, akan kita kaji agar masyarakat tidak repot,” sebutnya. Arus mudik lebaran, lanjutnya, juga memerlukan perhatian khusus, terutama terkait masalah kondisi jalan.
“Kita berharap, jangan sampai pemudik berlebaran di jalan. Itulah program dalam menghabisi tahun anggaran 2010. Dan itu bukanlah program 100 hari,” terangnya.
Secara tegas, HBA mengatakan tidak menyukai pejabat yang cenderung memberikan laporan “Asal Bapak Senang” atau ABS. Dia berharap para pejabat melaporkan apa adanya. Dia pun akan bekerja apa adanya. “Jika lima tahun ini saya tidak mampu, masyarakat jangan memilih saya (lagi),” sambungnya.(*/roz) sumber, www.jambi-independen.co.id
apa yang ada di postingan ini benar adanya, saya setuju dengan anda.
ReplyDelete