Biografi Prof. Dr. H. Amirsyah, MA

Pendidikan Modern Tak Membangun Teladan

HARI JADI: Dr. Hj. Ulfatmi, M.Ag membacakan ayat suci al-Quran dalam acara Hari Jadi 75 Th dan Perkawinan Emas Prof. Dr. Amirsyah, di kediaman Komp. Palimo Indah, Minggu (1/7). Tampak Buya Amirsyah dan isterinya, Syarifah Thahar mendengar khidmat lantunan ayat suci dari anak tertuanya yang pernah menjadi qori'ah tingkat nasional. (Foto. AK)
Dr. Hj. Ulfatmi, M.Ag membacakan ayat suci al-Quran di hadapan Buya Amirsyah dan isterinya, Syarifah Thahar. Keduanya khidmat lantunan ayat suci dari anak tertuanya yang pernah menjadi qori'ah tingkat nasional. (Foto. AK)
PADANG --- Pendidikan modern telah membuktikan tidak membangun teladan. Pendidikan modern hanya mengisi wilayah kognitif, yang mengenyampingkan wilayah apektif dan psikomotorik. Pengaruh kapitalisme dan kebebasan informasi membuat peran pendidikan dalam membangun ummat melemah. Malahan, lebih berbahaya lagi, para pendidiknya juga ada yang hanyut dalam pengaruh zaman. Misalnya, kapitalisme yang menciptakan hasrat korupsi.

"Beda dengan zaman dulu dan zaman klasik masa nabi. Dimana, suri tauladan dari guru, baik di hadapan anak didik dan ummat. Guru berjalan, bersikap, lurus pada prinsip. Ada keluhuran akal budi dan kejujuran atas dasar ilahiyah," ungkap Prof. Dr. H. Amirsyah, MA di sela-sela perayaan hari jadinya ke 75 tahun dan perkawinan emasnya dengan Syarifah Thahar.


Mantan Guru Besar Ilmu Tafsir IAIN Imam Bonjol Padang ini menyatakan, diperlukan suri tauladan dalam memberi pendidikan. Para pendidik mesti melakukan apa yang dikatakannya.

"Pesan moral paling tepat, kesuksesan seorang pendidik ditandai dengan kesuksesan di tengah keluarga. Ini lebih aplikatif, tidak sekedar teori di kelas," tegas Buya Amirsyah, demikian ia akrab disapa.

Hari Jadi 73 Tahun
Pada sambutan hari jadinya, Buya menyebutkan, pendidikan keluarga menjadi komitmen hidup yang ia jalani. Komitmen itu memperlihatkan nikmat yang ia rasakan. Dimana, anak menantunya kini juga cinta ilmu pengetahuan. Ia menyatakan rasa syukur yang tak terhingga atas kesuksesan dalam menerapkan komitmen kepada keluarganya. Buktinya, semua mampu meraih gelar akademik, minimal tingkat magister. Ia menanamkan sikap cinta ilmu dan meningkatkan kualitas ibadah sebagai kebutuhan spiritual dalam kehidupan.

"Kami yang awalnya hanya berdua, lalu ada enam putra-putri. Lalu ada enam menantu. Kini sudah 13 cucu. Dua cicit. Totalnya 29 termasuk kami berdua," ungkap Buya, sembari membaca beberapa dalil syukur dalam al-quran.

Pada acara syukuran hari jadi 75 tahun dan perkawinan emas yang digelar di rumah anak tertua Buya Amirsyah, Dr. Hj. Ulfatmi, M.Ag di Palimo Indah Pauh Padang tersebut, Buya berpesan sebagai orang tua untuk siapa saja, khususnya kepada anak cucu cicit, ilmu pengetahuan membuat hidup akan mudah, dengan agama hidup akan terarah.

Dr. Hj. Ulfatmi, M.Ag mewakili saudaranya menyatakan, Buya Amirsyah adalah idola keluarga. Dekat dengan anak-anak dan enak diajak diskusi.

“Disiplin dan tegas. Tapi sangat mengayomi,” ungkap Ulfatmi.

Hari jadi ini juga ditandai dengan peluncuran buku biografi yang judul, Dakwah dan Pendidikan Buya Amirsyah, ditandai dengan penyerahan kepada para tamu. Tampak hadir tamu, kolega dan teman sejawat Buya.

Raichul Amar, M.Pd, dalam sambutannya mewakili para tamu menyatakan, Buya Amirsyah inspirasi. Seorang buya yang disegani. Dakwahnya di mimbar kadang-kadang keras. Sikapnya juga begitu dalam memegang prinsip.

“Malahan pernah melepas jabatannya ketika jadi Pembantu Dekan. Ia sangat tidak mau persoalan akademis bercampur baur dengan politik. Ia menjauhi itu. Sikap itu hendaknya menjadi tauladan kita,” ujar mantan Purek II IAIN Imam Bonjol Padang ini.

Tampak hadir tokoh-tokoh akademisi dan praktisi dari berbagai kampus, Zulkarnain Agus, Firwan Tan, Hasrier Saoes, Dasman Lanin, Anwar Fuadi, Azhar Muhammad, dll. (abdullah khusairi) ... dimuat di Singgalang

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

METODE TAFSIR TAHLILI

RESENSI ASMARA DI ATAS HARAM

#DIRUMAHAJA