Thursday, September 5, 2013

In Memoriam Hj. Elwis Nazar, Isteri Rektor IAIN Imam Bonjol Padang

Mantan Queen Itu Pergi Selamanya...


ELWIS NAZARKota Padang sedari pagi mendung. Hujan pun turun di tengah hari. Jerit sirene ambulance memasuki gerbang kampus IAIN Imam Bonjol Padang, Kampus Lubuk Lintah. Suasana duka makin terasa.

Abdullah Khusairi --- Padang 


Kabar tersebar sejak dini hari. Isteri tercinta, Rektor IAIN Imam Bonjol Padang, Dra. Hj. Elwis Nazar berpulang ke rahmatulllah, pukul 02.30 WIB di RSUP M. Djamil Padang, Rabu (4/9). Ibu Elwis --- demikian ia akrab disapa --- telah pergi untuk selamanya. Ia memang telah berjuang melawan sakit yang di deritanya beberapa tahun terakhir.


"Kali ini, musibah datang kepada saya. Orang yang sehari-hari mendampingi hidup saya, telah meninggalkan saya. Ini sungguh berat. Ayah dan ibu saya juga sudah tiada," ungkap Prof. Dr. H. Makmur Syarif di hadapan keluarga besar Civitas Akademika, yang telah berkumpul beberapa jam sebelumnya.


Makmur Syarif tampak tak dapat menahan air mata. Hadirin juga ikut dalam keharuan yang dalam. Guru Besar Fakultas Syariah itu mengutip beberapa ayat. Tapi senggukan suaranya membuat hadirin ikut menangis.


"Ini cobaan berat bagi saya. Setelah 33 tahun bersama, kami hidup dalam suka duka. Hari ini, kami berpisah. Kita punya keinginan. Tuhan juga berkeinginan," ujar Makmur. Suasana makin sedih. Banyak yang ikut menangis. Terutama kaum ibu.


Elwis Nazar adalah dosen Fakultas Tarbiyah. Dua periode menjadi Ketua Pusat Studi Wanita (PSW) IAIN Imam Bonjol Padang, semasa Rektor Prof. Dr. H. Aziz Dahlan, MA. Ia juga tercatat sebagai kandidat doktor di Program Pasca Sarjana IAIN Imam Bonjol Padang.


"Rencananya, kami akan menunaikan ibadah haji tahun ini, jika almarhumah agak sedikit sehat. Kami berangkat bertiga, bersama anak saya," ujar Makmur.


Makmur Syarif - Elwis Nazar memiliki seorang putri, Allevia Syarif, SE, Akt., ketika dibacakan biodata almarhumah oleh Dekan Fakultas Tarbiyah, Prof. Dr. H. Duski Samad, diketahui, sang putri sedang menempuh pendidikan di Pasca Sarjana Universitas Indonesia (UI).


"Saya katakan kepada anak saya, kita akan masuk surga bersama ibu, nak," ujar Makmur semakin menangis. Suasana harus benar-benar tak terbendung.


Semasa hidupnya, almarhumah menempuh pendidikan Sekolah Dasar Negeri di Bukittinggi 1968. Kemudian meneruskan ke Thawalib Parabek Bukittinggi, 1972. Kulliyatul Diyanah 1975. Sarjana muda Fakultas Tarbiyah IAIN Imam Bonjol Padang, 1979. Sarjana lengkap di fakultas yang sama, 1983. Program Pascasarjana ditamatkan tahun 1997.


Sedari pagi, rumah duka, di Jalan Air Sirah, rumah dinas dipadati pelayat. Hingga ke Masjid Baitul Hikmah Kampus IAIN Imam Bonjol Padang, menjelang melepaskan almarhumah terakhir ke pemakaman di Mandiangin Bukittinggi, handai taulan datang ikut berduka. Tampak hadir, Wali Kota Padang, H. Fauzi Bahar, Ketua Alumni IAIN Imam Bonjol Padang, Irdinansyah Tarmizi. Anggota DPD RI, Hj. Emma Yohana. Tokoh masyarakat Kota Padang, Darmadi, mantan dosen IAIN, Guspardi Gaus, dll.


Wakil Rektor I, Dr. H. Syafruddin M,Ag dalam sambutannya, menyatakan, keluarga besar IAIN Imam Bonjol Padang amat berduka. Kehilangan seorang dosen yang memiliki kekhasan dalam mengajar.


"Selain isteri rektor, ia juga pengajar yang telah mengabdi di Fakultas Tarbiyah. Kita berharap, bapak rektor bersama keluarga, tetap tabah dengan cobaan ini. Ananda Allevia agar tabah bersama ayahanda. IAIN kehilangan orang terbaik yang mendampingi Rektor untuk menjalankan tugas besar di kampus ini," ungkap Syafruddin yang tak kuasa menahan air mata.


Wali Kota Padang, Fauzi Bahar menyatakan, almarhumah sangat dicintai orang-orang yang dikenalnya. Ini ditunjukkan dari pelayat yang hadir. Ini menunjukkan, betapa bermasyarakatnya almarhumah semasa hidupnya. Atas nama Pemko Padang, ikut berduka.


"Kita kehilangan orang tercinta. Surgalah hendaknya tempat almarhumah. Amin," ujar Fauzi Bahar.


Mantan Queen


Ketua Alumni IAIN Imam Bonjol Padang, Irdinansyah Tarmizi mengungkapkan, ia dan almarhumah satu angkatan. Akrab dan malahan terpilih sebagai pasangan King dan Queen, ketika akhir dari masa orientasi mahasiswa sebelum kuliah oleh para senior yang menjadi panitia waktu itu. Kenangan yang tak terlupakan semasa kuliah.


"Kami satu angkatan waktu kuliah. Almarhumah dikenal baik dan ramah. Kita sangat kehilangan beliau," ungkap Da Ir, demikian ia akrab disapa.


Hujan turun deras ketika tandu jenazah memasuki ambulance kembali. Orang-orang menghapus air mata. Sirene kembali melengking. Rombongan mulai beranjak ke Mandiangin Bukittinggi, meninggal sisa tangis civitas akademika yang ditinggalkan. Selamat jalan ibu Elwis. Sungguh, kami berduka atas kepergianmu. Selamat jalan... [] Dimuat di Singgalang, Kamis 5 September 2013 

No comments:

Post a Comment