Wednesday, January 1, 2020

#SERIJEJAKULAMA


Ki Ja'far Hasan
Jejak Ulama Sarolangun


Buku Jaringan Ulama Nusantara Awal Abad XVII dan XVIII, magnum opus Profesor Azyumardi Azra telah diterbitkan berulang kali untuk memenuhi kebutuhan keilmuan sepanjang masa. Buku ini mengurai secara detail dengan fakta-fakta yang kuat tentang kiprah para ulama di Nusantara. Sayangnya, sejak diterbitkan pertama 1994 hingga edisi revisi berulang kali, belum ada penelitian yang menonjol dan diterbitkan untuk melengkapi jaringan ulama itu ke pelosok-pelosok. Padahal, peran ulama-ulama yang belum tertulis tersebut begitu besar melahirkan generasi baru, para akademisi yang hadir hari ini.

Catatan di atas lahir begitu saja ketika beberapa waktu lalu mendapat kabar dilantiknya Dr. Rafidah, SE, ME sebagai Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kelembagaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) Universitas Islam Negeri (UIN) Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

Siapa Dr. Rafidah, SE, ME ini? Dia seorang dosen, doktor bidang ekonomi jebolan Universitas Tri Sakti. Putri Sulung Dr. Rafi'i Nazari (alm.). Siapakah Rafi'i Nazari? Dia jebolan Fakultas Pascasarjana IAIN Syarif Hidayatullah tahun 1990/1991. Lahir di Sarolangun, Desember 1942. Wafat Agustus 1990. Rafi'i Nazari pernah pula menjabat Wakil Dekan Fakultas Ushuluddin IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi tahun 1978 dan  menjadi anggota DPRD Provinsi Jambi tahun 1979-1982.

Rafi'i Nazari teman sepermainan Khatib Quzwain, yang namanya disematkan ke RSUD di Kabupaten Sarolangun. Nama Rafi'i Nazari juga layak disematkan ke sebuah tempat, gedung, untuk pembangunan di Kabupaten Sarolangun. Atas kiprah semasa hidupnya. Pada Curiculum Vitae di lembaran karya akhir doktornya yang berjudul Illat dan Dinamika Hukum Islam (Disertasi UIN Syarif Hidayatullah: 1990/1991), pernah menjabat berbagai jabatan strategis pembangunan di Provinsi Jambi.

Jejak Ulama Itu
Siapa ayah Rafi'i Nazari, kakek dari Dr. Rafidah, SE, ME itu? Dialah yang penulis maksud dalam tulisan ini merupakan jejak para ulama yang perlu dituliskan secara lengkap oleh sejarawan setempat. Ayah Rafi'i Nazari adalah Ki Ja'far Hasan (w.1983). Dia adalah ulama yang sangat disegani pada masa hidupnya. Seingat penulis, Sarolangun berduka pada tahun kepergiannya karena kehilangan ulama kharismatik, tempat bertanya tentang agama bagi masyarakat.

Ki Ja’far Hasan dikenal sebagai guru mengaji agama dengan kitab-kitab kuning yang tebal di rumahnya, Kampung Masjid Kelurahan Dusun Sarolangun. Namanya masih melekat dalam memori kolektif masyarakat setempat. Anak cucu keturunannya mudah dikenal karena garis keturunan ini memiliki kemiripan yang bisa menjadi penanda, walaupun sedikit. Ki Ja'far Hasan merupakan guru dari Khatib Quzwain, sebelum kedua teman sepermainan itu pergi mengaji hilir ke Jambi Seberang melalui Sungai Tembesi dan Sungai Batanghari. Itulah jalur transportasi pada masa itu.

Rafi'i Nazari tidak sendirian. Ada kakak-kakaknya yang juga sangat disegani, karena keturunan dan ilmu yang diberikan Ki Ja'far Hasan. Kakak Raf'i Nazari adalah Zaharuddin (alm.), pernah menjabat Kepala Sekolah MAN Filial Sarolangun, M. Zaki (alm.), pernah menjabat Kepala Sekolah MTsN Sarolangun, Anwar (alm.), pernah menjabat sebagai Kepala Pondok Pesantren al-Hidayah Sarolangun. Pada perkawinan kedua, setelah isteri pertama meninggal dunia, Ki Ja'far Hasan memiliki dua putra, Faizan dan Suhaili Safiq, keduanya kini adalah guru di MTsN dan MAN Sarolangun.

Keulamaan Ki Ja'far Hasan belum dilacak sedemikian rupa, namun dari ingatan kolektif masyarakat dapat dijelaskan, sebelum Rafi'i Nazari dan Khatib Quzwain mengaji ke Madrasyah Sya'adatudarrain, Jambi Seberang, Ki Ja'far Hasan sudah lebih dahulu mengaji ke sana. Jebolan Madrasyah ini umumnya menjadi ulama di daerah masing-masing di sepanjang jalur Sungai Tembesi.

Perlu ada penelitian lebih lanjut agar Ki. Ja'far Hasan dapat dipetakan dalam jejaring ulama yang berkiprah di Sarolangun, Jambi. Kemudian ditarik lagi geonologi keilmuannya hingga ke guru-guru mereka di Madrasyah Syaadatuddarrain. Madrasyah ini bersentuhan langsung pula dengan Abdus Samad al-Palimbani (1704-1789 M), dimana tokoh terakhir ini dituliskan oleh Profesor Azyumardi Azra di dalam buku Jaringan Ulama Nusantara Awal Abad XVII dan XVIII.

Satu bukti nyata di tengah jamaah dan keluarganya tentang kiprah Ki Ja'far Hasan adalah tempat bertanya perihal agama dan meminta nama-nama bayi yang lahir pada masa itu. Nama-nama itu diambil dari tokoh-tokoh dalam kitab kuning bacaannya. Sekadar menyebutkan, nama-nama seperti Ibnu Jauzi (Tokoh Hadits), Ibnu Rif'ah (Tokoh Hadits), Salahuddin Al Ayyubi (Jenderal Perang Islam), Ibnu Tastari (Tokoh Sufi), Salman Al Farisi (Sahabat Nabi dari Persia), Ummi Kalsum (Bintang Penyanyi Qasidah), Abdullah Khusairi (Tokoh Sufi), Siti Khalila, Rhaudatul Husna, Haitamy, Zakaria Anshory, dll. Banyak keluarga dengan bangga menyatakan, nama anaknya diberikan oleh Ki Ja'far Hasan.

KI JA'FAR HASAN
Sekali lagi, sejarah khazanah intelektual Islam di daerah-daerah kabupaten ini sejauh ini masih sedikit yang ingin menyentuhnya. Perlu ada gerakan dari para pemimpin-pemimpin daerah, tokoh-tokoh ulama yang eksis hari ini, untuk menggalinya lebih lanjut agar tidak hilang dan tenggelam dibawa arus waktu. Sejarah itu penting untuk mengingatkan akar geonologi pemahaman agama. Penting ketika begitu banyak ideologi dan paham-paham keagamaan yang baru, masuk dan merasuki generasi baru hari ini karena tidak mendapatkan akar sejarah yang kuat. Mereka hanya ikut-ikutan agar dianggap shaleh dan shalehah. Kabupaten Sarolangun memiliki banyak ulama dalam sejarahnya, yang paling kuat, yang meninggal sekira 14 tahun lalu, KH Muhammad Salek. Dikenal nama dengan Buya Salek, kalau di Pariaman dikenal dengan Buya Saliah, sedangkan di Sarolangun dialeknya menjadi Buya Salek.

Semoga tulisan ini membuka mata para ilmuwan dan sejarawan untuk menggali jejak ulama di daerah masing-masing dengan pendekatan-pendekatan teori sejarah yang memungkinkan dapat menggalinya. Salam. []
Penulis adalah Dosen Pemikiran Islam - Kajian Media Massa
di Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI)
Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FDIK)
Universitas Islam Negeri (UIN) Imam Bonjol Padang.

Dimuat di Halaman Opini Harian Pagi Jambi Ekspres
Minggu, 29 Desember 2019

No comments:

Post a Comment