Monday, April 6, 2020

#DIRUMAHAJA

Books PDF Version 

 "Tahu Betapa Sakitnya Emak Banting Tulang


ABDULLAH KHUSAIRI

Alhamdulillah. Kumpulan tulisan versi PDF berjudul "Tahu Betapa Sakitnya Emak Banting Tulang," terkirim ke tujuh WhatsAppGroups (WAG). Setelah secara marathon disunting kalimat demi kalimat, sejak pukul 11.00 WIB, Minggu 5 April 2020, hingga jam yang sama pada hari ini, Senin 6 April 2020. 

"Keren pak," Hengki Natha, salah seorang dari mereka. Hengki Natha menyumbang tulisan berjudul, "Gaji Garin Kesepian yang Sempurna." 

Berderet-deretlah ucapan terima kasih dan pujian sejak pukul 11.00 WIB. hingga kini. Ada yang slow respon, ada pula yang menyatakan, tulisan saya tak dimuat. Hahaha. Maaf, yang terlambat, yang melampau garis mati (deadline), yang tak memungkinkan dimuat, harus tertinggal kereta. Kami tak bisa menunggu, sebab ada yang harus segera berangkat! 

Naskah buku ini sengaja dibuat, setelah muncul ide menantang mahasiswa untuk melepaskan semua boring, bosan, melaporkan keadaan sekelilingnya, ke dalam kata-kata. Data, fakta, opini, yang mereka ungkapkan ini akan dijadikan tulisan khusus untuk jurnal ilmiah, bila ada waktu senggan nanti. 

Saya senang, mereka bahagia. Sebab saya merasakan betapa bosan #DirumahAja. Alangkah baiknya mampu menuliskan tiga empat alinea. Alhamdulillah, ada yang panjang, menarik, hingga tak perlu banyak disunting. Ada juga yang parah, sangat parah sekali. Begitulah dinamikanya. 


Saya harus berjuang untuk membuat tulisan itu menjadi baik, benar, enak dibaca. Sembari berdoa, penulisnya ingin, hendak, ambisi, belajar menulis dengan baik. Tahu Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI), ini masalah mendasar yang saya temui, selain sistem berpikir yang masih tersendat-sendat karena tidak terlatih sejak dini. Salah siapa? Entah. 

Apakah buku ini akan dicetak? Entah. Biarlah ia viral dari dari WA ke WA. Syukur alhamdulillah, bisa dibaca banyak orang. Ada 86 orang penulis, saya menambahkan beberapa judul saja, juga memberi kata pengantar. Sebagai teman mahasiswa di depan kelas, saya bahagia telah menggiring ke dunia intelektualitas ini. Sungguhpun masih begitu panjang perjalanan seorang mahasiswa hingga sampai pada titik yang disebut sukses. Paling tidak, kini mereka belajar bagaimana susahnya menyulam kata-kata menjadi kalimat, kalimat menjadi alinia, alinia sambung menyambung, enak dibaca dan mencerahkan. 

Apa perasaan setelah membaca keseluruhan naskah yang masuk? Ada sedih, perih, pilu, iba, juga kadang-kadang marah karena kalimat-kalimat panjang yang tak beraturan. Dampak dari sistem berpikir kreatif yang belum terlatih. Sedih karena keadaan #DirumahAja, ditulis dengan jujur dan ironik. Ada ayah-ibu ke kebun, ada yang sudah ditinggal ibu, ada yang berdoa agar dagangan ayah laku di tengah suasana sepi, ada pula yang memanjat pohon, jendela, agar bisa dapat jaringan untuk kuliah online. Semuanya menarik, apalagi kalau ditulis dengan baik dan benar. Dramatik dan Filmik! 

Nan romantis? Ada. Mahasiswi membuat kopi untuk ayah. Wahai, ini keren. Walau tak diceritakan bagaimana mereka membuat kopi, peristiwa membuat kopi itu saja sudah sangat romantis. Ada ragam kopi, ayah suka kopi yang mana, takaran gula, warna gelas, model gelas, takaran air, dsb. Saya menulis ini, juga sedang ngopi. Ehem. Dibuat bini. Baru sekali anak saya bikin, belum mau. Malu. Hahaha. 

Umumnya mengeluh soal kuliah online, jaringan buruk di kampung halaman. Semoga itu bukan modus aja, hehehe. Semoga itu lahir dari pengakuan jujur karena keadaan. Soal tugas banyak, hahaha, saya tak satupun memberi tugas yang berat. Saya tak pernah menyodorkan tugas, baik offline maupun online, sebab saya tahu keadaan sangat susah. Tetapi saya selalu menganjurkan baca dan tulis. Dua itu saja dulu. Walaupun juga tak dilakukan. Ada yang mengaku, memang malas membaca, malas menulis tetapi ingin kuliah. Hahaha. Aneh. Padahal, kuliah itu kerjanya memang itu. Baca dan tulis. Bukan duduk main cacing-cacing, main PUBG-MOBILE LEGEND. Ah, sudahlah, itu hiburan. Sesekali sajalah, jangan mabuk game saja. Itu buruk! 

Di masa-masa #DirumahAja, kerja paling produktif adalah menulis dan membaca. Saya sudah dua novel. Novel lama yang belum sempat dibaca. Kini sudah banjir bacaan, mau atau tidak, itulah masalahnya. Persoalan lain, apa yang hendak ditulis? Itulah masalah yang sering dikemukakan, karena jarang ada kemampuan mengungkapkan masalah, padahal ada masalah di setiap kehidupan ini. Ketika ditantang, justru bisa. Nah, manusia perlu tantangan. 

Selamat, teman-teman mahasiswa yang tercantum namanya dalam Book PDF version ini. Semoga lebih produktif. Viralkan kepada teman-teman, semoga jadi sejarah penting di masa depan, amin. Salam #DirumahAja. []

No comments:

Post a Comment