#DIRUMAHAJA

Jum'at Keempat 

ABDULLAH KHUSAIRI


Maka telah hilang sedihku, pada jumat keempat ini. Terang benderang di pikiran, bersebab tiada berjumat punya sandaran yang kuat adanya. Minggu lalu, tiada berjumat ketiga kali, rasa bersalah begitu besar terasa di dada kami yang inhern dengan shalat jumat. Tulisan ini memberi sitawa sidingin bagi kami yang masuk kategori ketiga pada tulisan ini. Wabil khusus, ini karya kandidat doktor @Abrar Dt. Gampo dan petinggi di Thawalib Padangpanjang. Demonstrans '98 ini, sering mengaku malas hendak menulis, lebih suka orasi di kelas dan di jalanan. Senang saya, akhirnya, berkat dorongan orang-orang di sekitarnya dan banyak waktu #DirumahAja karena wabah Covid-19 membuatnya mau menulis. Demikian apresiasi saya atas artikel populernya di inioke.com ini. Salam hormat senior...

Saya mengapresiasi Abrar Dt. Gampo yang telah menulis Shalat Jumat Tidak Wajib Saat Wabah Covid-19. Materi yang ditulisnya, to the point menjawab keresahan ummat yang belum mendapat dalil sehingga bisa merasa berdosa, marah-marah kepada pemerintah karena mengganggap pemerintah sekuler, prasangka buruk demi menjaga marwah dan keimanan. Macam-macamlah alasannya. Kini semua itu terang benderang. 


Ternyata menulis membutuhkan momentum bagi seseorang, seperti momentum untuk berlari. Kita, walau mampu berlari tetapi malas berlari kecuali ada perlu, misal tergesa-gesa, dikejar anjing, dll. Semua orang bisa menulis! Menulis secara profesional perlu latihan. Semua orang bisa bersepeda motor, untuk jadi pembalap perlu latihan. Kira-kira begitu. 

Kemalasan sering menjadi alasan. Semua dosen dipastikan cakap menulis, sebab ia harus menguasai bahan ajar. Catat itu. Jangan salahkan dosen tidak menulis di media massa selama ini, mereka ada yang sibuk menulis di jurnal. Menulis di media massa cuma mendapatkan popularitas, honor tak seberapa dan kadang-kadang memang tidak ada. Kecuali media massa di Jakarta, besar honornya. Bersebab itu, jangan salahkan para dosen tidak menulis. Eh, disertasi saya menyatakan, begitu sedikitnya para cendekiawan menulis di media. Hehehe. Itu memang bila merujuk pendapat Ali Shari'ati dalam sebuah buku berjudul Tanggung Jawab Seorang Cendekiawan

Sebenarnya seorang cendekiawan tidak hanya perlu menulis, juga membaca, juga mengamati, juga memberi pelatihan, melakukan pergerakan di tengah masyarakat, sekecil apapun itu. Cendekiawan bukanlah orang yang egois berada di menara gading, angkuh dan tidak pernah mau tau dengan keadaan sekitarnya. Kira-kira begitulah. 

Eh, baru ingat, jangan nulis panjang-panjang. Sudah dulu... []




Comments

Popular posts from this blog

METODE TAFSIR TAHLILI

RESENSI ASMARA DI ATAS HARAM

#DIRUMAHAJA