Monday, January 31, 2011

M. Fadlan Arafiqi Bin M. Zaki Jafar

Talenta Politiknya Dididik Alam



Ia memulainya dari jalanan. Ternyata benar, pergaulan, tekad, talenta, menyatu mengalahkan segalanya. Dan kini, ia duduk di DPRD Kabupaten Sarolangun.

Abdullah Khusairi - Sarolangun

Lahir di Sarolangun, 23 Maret 1975. Kini jadi tokoh muda yang melesat. Itulah M Fadlan Arafiqi, Anggota DPRD Kabupaten Sarolangun Periode 2009-2014. Pendidikan dihabiskan di Sarolangun hingga Sekolah Menengah Tingkat Atas (SLTA). Setelah itu, ia melanglang buana. Jambi. Padang. Pekanbaru. Batam. Tanjung Pinang. Daerah terakhir ia mendapatkan isteri yang kini memberikannya dua putri.

Sosok muda yang memiliki pergaulan luas di Kabupaten Sarolangun ini, kini menjabat Ketua Gerakan Pemuda (GP) Anshor. Sebuah sayap organisasi dari Nahdatul Ulama (NU). Lewat itu pula ia masuk ke lingkaran Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Kini telah pula menyelesaikan gelar sarjana, yang kabarnya segera melanjutkan ke jenjang magister.

"Ternyata hidup mestilah dimulai dari pikiran besar. Visioner. Tidak bisa hanya berpikir kecil," begitu ia memaparkan rahasia sikapnya. Dan itu ada benarnya.

Kisah Si Pemotong Rumput
Beragam pekerjaan pernah ia lakoni di perantauan. Mencari peruntungan nasib. Tetapi suatu hari, ada panggilan dari hati untuk pulang ke kampung halaman, membawa isteri tercinta. Tetapi ia pulang dengan kekosongan. Memulai hidup baru di Sarolangun.

"Sebuah tekad ditanam. Kesuksesan ada dalam kepala. Dalam pikiran. Dan laksanakan," tegasnya bersemangat, dalam obrolan lepas di sebuah warung tenda Pecel Lele di tepi jalan Lintas Sumatera Kota Sarolangun.

Begitulah, orang muda bernama lengkap Muhammad Fadlan Arafiqi, sehari-hari dikenal dengan panggilan Rafiq.

Terpilih dengan suara terbanyak 1.800.000 lebih suara ia kantongi. Ia merebutnya tidak dengan dana yang banyak.

"Hanya dengan tekad, untuk memenangkan hati rakyat," ujarnya tersenyum.

Ia menerawang. Mengenang masa kampanye. Dimana ia terjun face to face dengan masyarakat. Mulai dari ikut acara tradisi manubo ikan, pacu perahu, gotong royong untuk masjid, hingga pengajian, telah ia lakoni. Ia bergerak dengan tim yang solid. Jaringan keluarga, jaringan pertemanan, performance yang meyakinkan, ia mampu mengalahkan politisi kaum mapan. Ia menang strategi. Menang simpati.

"Saya tak akan melupakan konstituen. Rumah selalu terbuka untuk bertemu," begitu janjinya.

Talenta politiknya terlatih bukanlah dari pendidikan formal. Buktinya, ia baru menamatkan Srata 1 jauh sesudah ia menamatkan SLTA. Nyaris 14 tahun lebih. Dan ia menamatkan 2009 ini.

"Semua terasah di jalanan. Alam. Pergaulan. Tetapi, tekad dalam jiwa haruslah kuat untuk meraih sukses. Ada target yang mesti dicapai dalam hidup ini," ia kembali memberi filosofi hidupnya.

Malang melintang sebelum masuk jadi anggota DPRD Kabupaten Sarolangun yang dilantik bulan lalu, tidaklah segera ia lupakan. Pilihan untuk meninggalkan pekerjaan di perusahaan perminyakan adalah berat. Tetapi ia meyakini, bahwa perubahan akan tetap terjadi.

"Tidak boleh sekali-kali menyatakan puas dan berhenti. Itu berarti mati bagi kehidupan dan perubahan," begitulah mantan pemotong rumput sebuah perusahaan swasta perminyakan kota ini mengenang diri.

Kini, banyak teman-teman sepermainannya salut. Selain ia dekat dengan orang nomor satu di Kabupaten Sarolangun, ternyata, diam-diam punya obsesi tersendiri dalam hidup ini.

"Ya. banyak yang merasa tak percaya. Tapi apa boleh buat. Perubahan itu berawal dari diri sendiri. Nah, inilah yang mesti ditanam pada generasi penerus. Tak ada yang abadi, kecuali perubahan," tuturnya semangat.

Sebagai bagian dari keluarga besar, anak nomor lima dari terakhir M Zaki Jafar ini tak menyia-nyiakan jejaring keluarga. Tetapi tak kan pernah melupakan tim sukses yang solid di berbagai dusun dan desa. Apalagi konstituen pemilihnya.

"Hidup ditempa pengalaman. Susah haruslah dilalui untuk senang. Pahit haruslah dikecap sebelum mendapat manis. Persoalannya, maukah kita merubah diri?" Petuah ini selalu ia tularkan kepada orang-orang yang ada di sekelilingnya. Baik muda maupun tua. Dan ia memang dididik dalam keluarga yang agamis dan keras dalam bidang pendidikan. Ditempa atas nama kemajuan.

Masuk peta politik, tokoh muda satu ini tak pernah memiliki target muluk-muluk. Menjadi politisi yang dikenang adalah impiannya.

"Menjadi politisi menurut saya adalah pejuang rakyat. Tetapi jika sedikit saja rakyat kecewa, maka alamat tidak bisa dipercayakanlah seumur hidup. Sekali langsung ke ujian. Begitulah pepatahnya," ujar Ketua Gapeknas Kabupaten Sarolangun ini.

Berbagai organisasi kini dipikulnya. Kepercayaan yang menurutnya sangat berat harus dibawa, tetapi tekadnya kuat menjalankan amanah. Selain ketua Gapeknas, GP Anshor, juga Ketua Persatuan Sepak Takraw Indonesia (PSTI) Kabupaten Sarolangun.

Sarolangun di Matanya
Kabupaten Sarolangun sejak kelahirannya 2001 lalu, kini telah berkembang pesat. Sebagai daerah pemekaran, ia melesat. Pendapatan Asli Daerah (PAD) meningkat. Pembangunan jalan. Pokoknya ada perubahan ke arah yang lebih baik.

"Cuma memang perlu digenjot Sumber Daya Manusia (SDM). Masih lemah. Sumber Daya Alam (SDA) luar biasa dahsyat. Sarolangun bisa berlari, namun hanya mampu berjalan. Jalan pembangunannya masih termasuk santai," ujar pria gagah yang murah senyum ini.

Siapa yang patut memimpin Kabupaten Sarolangun setelah Hasan Basri Agus (HBA)?

"Ada beberapa nama. Namun pada dasarnya, putra-putri terbaik Kabupaten Sarolangun yang muncul, semuanya baik. Persoalannya, mampukah rakyat memilih yang terbaik dari yang baik? Kita berharap rakyat tidak tertipu hal itu," jelasnya.

Dari 30 Anggota DPRD Kabupaten Sarolangun, Rafiq adalah salah satu dari orang muda yang beruntung. Tokoh yang masih memiliki karier panjang untuk menuntaskan perjuangan kerakyatannya di jalur politik. Ia memiliki komitmen besar untuk maju bersama dalam kebersamaan.

"Talenta, tekad, semuanya membutuhkan keberanian. Keberanian butuh keyakinan. Setelah sebuah perjuangan dilakukan, yang Maha Bijaksana tentu akan memutuskan garis nasib manusia," tutup Rafiq mantap. Selamat berjuang! [Abdullah Khusairi]

No comments:

Post a Comment