SAROLANGUN ---- Peristiwa berdarah penembakan oleh aparat terhadap warga masyarakat tidak boleh lagi terjadi. Cukup satu kali ini saja. Pelajaran bagi kita, bahwa tidak ada urusan yang bisa selesai dengan emosional. Semua urusan bisa selesai dengan baik di meja perundingan.
“Kita menyelesali peristiwa ini. Kini, kita serahkan kepada aparat hukum untuk membuktikan. Siapa yang bertanggung jawab atas peristiwa ini. Yang paling penting, jangan sampai terjadi lagi,” ungkap Calon Bupati Kabupaten Sarolangun, Drs. As’ad Isma, M,Ag ketika diminta komentarnya, seputar penembakan oleh aparat terhadap petani di Mandiangin beberapa waktu lalu.
As’ad menyatakan, peristiwa ini merupakan puncak konflik dari investor dengan rakyat. Ini membuktikan, lemahnya posisi masyarakat dalam perjanjian dan kesewenang-wenangan terjadi. Pada posisi ini, boleh jadi investor lalai dalam melihat persoalan.
“Kuncinya, komunikasi dari kedua belah pihak harus tetap dilanjutkan. Bukan hanya pada masa perundingan penanaman sawit saja. Hari-hari selanjutnya, adalah komunikasi intens atas itikad baik untuk kesejahteraan dan kebersamaan. Bukan hanya mengeruk untung sepihak semata,” tegas As’ad.
Soal aparat yang menjaga lahan oleh perusahaan, bagi As’ad tidaklah masalah selagi untuk keamanan, bukan untuk diadu kepada masyarakat. “Senjata itu dibeli oleh rakyat bukan untuk ditembakkan kepada rakyat. Persoalannya, kenapa sampai terjadi suasana seperti itu. Harusnya, jauh-jauh hari sudah diantisipasi. Bukan pembiaran,” sesal As’ad.
As’ad menyatakan kepedulian yang dalam atas kasus seperti ini. Bila ia diberi kesempatan untuk dapat menyelesaikannya, atau boleh jadi ada kasus seperti ini di tempat lain di Kabupaten Sarolangun, siap menyarankan win-win solution kedua belah pihak.
“Sebelum terjadi, agaknya, masyarakat lebih baik meminta keadilan ke wilayah hukum. Tidak dengan emosional menghadap aparat. Bagaimana pun juga, jika emosi massa sudah terbendung, nyawalah taruhannya. Hal demikian, tidak cerdas kita menyelesaikan persoalan,” papar kandidat doctor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Ciputat Jakarta ini.
Peristiwa naas di Desa Karang Mendapo, Kecamatan Mandiangin, Kabupaten Sarolangun, Sabtu (15/1), merupakan sengketa antara perusahaan kebun sawit dan masyarakat setempat. Konflik yang berkepanjangan, tertutupnya komunikasi, dan tak terkendalinya emosi massa. Hal ini dipicu pula, arogansi.
“Ini tak boleh terjadi lagi,” tutup As’ad. [Abdullah Khusairi]
No comments:
Post a Comment