Saturday, July 16, 2011

Asosiasi Persma Sumbar Dideklarasikan

Senin, 28 Maret 2011 03:00


Aktivis Pers Mahasiswa (Persma), Jumat (25/3) di Kampus IAIN Imam Bonjol Padang, men­deklarasikan Asosiasi Persma Sumatera Ba­rat. Asosiasi ini gabungan sembilan Persma yang ada di kampus-kampus perguruan ting­gi di Sumatera Barat. Kehadirannya diha­rapkan menjadi media alternatif di tengah tumbuh kembangnya media mainstreem.


“Ini memungkinkan, Persma pernah melakukannya,” kata Syofiardi Bachyul JB, mantan pengelola Wawasan Proklamator UBH, kini bekerja di The Jakarta Post.


Pers mahasiswa adalah entitas pener­bitan mahasiswa yang ada di kampus perguruan tinggi yang dikelola oleh mahasiswa. Pers mahasiswa di Indonesia sangat penting peranannya dalam gerakan sosial dan gerakan demokrasi.


Ada beberapa terminologi terkait pers mahasiswa ini. Pers kampus dan pers mahasiswa. Namun termi­nologi yang banyak dipakai adalah pers mahasiswa. Pers mahasiswa adalah penerbitan pers (dalam bentuk majalah, tabloid, newsletter, atau media online) yang benar-benar dikelola oleh mahasiswa.


Seluruh proses mulai dari menca­ri berita (informasi), penulisan, tata letak, pra-cetak dan distribusi dilakukan oleh mahasiswa. Selama ini pers mahasiswa di Indonesia identik dengan pemantik perubahan sosial politik yang bekerja di balik layar.


Pers Mahasiswa di Indonesia ada sejak sebelum kemerdekaan, bahkan sebelum sejarah kampus perguruan tinggi ada. Menurut Syofiardi, dalam seja­rah­nya, Persma lebih dulu hadir dari kampus itu sendiri. Ia meru­pakan media perjuangan. Pada dekade 1950-an, puncak kejayaan Persma, ada Persma yang terbit menjadi media umum, sebab pembacanya sangat luas.


“Ada dua alasan. Pertama Persma tidak bisa dilepaskan dari upaya perjuangan bangsa. Kedua, kehadiran Persma berbarengan dengan orga­nisasi perjuangan,” ujar Syofiardi. Latar belakang itu, kepercayaan masyarakat kepada Persma tumbuh.


Namun, kehadiran pers industri, menyebabkan Persma hanya menjadi pers kampus. Persma hanya tersebar di kampus, dengan isu juga di kampus, yang menyebabkan Persma tak berkembang, dan tak diketahui masyarakat.


Ketua Panitia Heri Faisal menye­butkan, ada banyak alasan kalau ingin menyebut kemunduran Persma. Mulai dari dana, regenerasi, juga persoalan internal. “Saya kira, berkumpulnya Persma membentuk sebuah assosiasi karena sadar, tanpa kebersamaan, kami hanya akan jalan sendiri-sendiri,” katanya.


Kesembilan Persma yang mem­bentuk assosiasi tersebut antara lain, Suara Kampus (IAIN Imam Bonjol), Wawasan Proklamator (Universitas Bung Hatta), Ganto (Universitas Negeri Padang), Genta Andalas (Universitas Andalas), Gema Justisia (Fakultas Hukum Unand), Gelegar (Universitas Putra Indonesia YPTK), Medika (STKIP PGRI), Idealita (STAIN Batusangkar), dan Al It Qan (STAIN Bukittinggi).


Pers Alternatif


Dalam UU Pers, Persma tak dicantumkan sebagai sebuah pers. “Tapi ini tidak menjadi soal, ada pasal 28 UUD 45 yang menyatakan kebebasan berpendapat,” kata Hendra Makmur, mantan pengelola Gema Justisia Unand, kini bekerja di Media Indonesia.


Ketua Aliansi Jurnalis Indepen­den (AJI) Padang ini getol ingin Persma dapat hadir di tengah persaingan media yang hanya ber­orien­tasi bisnis. “Ada kecenderungan, sejak pers menjadi industri, kepen­tingan pers yang seharusnya berpihak kepada masyarakat tak dijalankan dengan baik,” ujarnya.


Kode Etik Jurnalistik (KEJ) sering dilanggar, wartawan yang berorientasi uang, sedikit persoalan yang terus dipertanyakan, untuk siapa pers bekerja? Lalu, muncul masalah integritas dan pers yang tidak beretika.


“Di tengah sengkarutnya, Persma harus bisa menjadi pers alternatif,” ujarnya. Hendra menyebut dua alasan kenapa harus Persma. Pertama, Persma dikelola orang muda, punya idealisme yang tinggi. Kedua, berintegritas, tidak berorientasi kepada bisnis.


Dua alasan itu cukup untuk Persma menegakkan marwah jurna­lisitik. “Persoalannya, Persma kita masih berorientasi cetak. Persma semestinya beralih ke media online,” katanya.


Senada dengan Hendra, Abdullah Khusairi setuju assosiasi yang dibentuk ini beralih ke media online. Abdullah Khusairi (mantan Pim­pinan Redaksi portal padang-today.com) menyebutkan, media online lebih murah, dan perkem­bangan zaman sangat jelas mendu­kung untuk itu.


“Anggota sudah cukup, tinggal membentuk manajemennya,” kata Abdul. Menurut Abdul, manajemen terbaik Persma adalah latihan dan latihan. Ia percaya, bila dikelola serius, Persma akan tumbuh menjadi media alternatif.


Assosiasi Persma yang berkumpul di Aula Fakultas Dakwah IAIN ini menghasilkan Dekralasi Lubuk Lintah, ditandatangani 12 aktivis Persma perwakilan sembilan pener­bitan kampus. (h/adk) sumber: www.harianhaluan.com


No comments:

Post a Comment