Tuesday, February 27, 2018

KOMENTAR



Pilwako Padang,
Tawarkanlah Gagasan Baru

ABDULLAH KHUSAIRI

Pelajaran berharga dari head to head dalam Pilpres 2014 dan Pilgub DKI 2017 adalah, begitu banyak kerusakan sistem kehidupan sosial akibat dari hanya ada dua pilihan. Luka kekalahan dan luka sosial dari caci maki di media sosial, hanya memerlihatkan, betapa buruk wajah suksesi head to head. Dampak ini akan menyumbangkan kualitas demokratisasi dan juga batu sandungan bagi mereka yang terpilih dalam menjalankan amanat nanti.

Para pasangan calon harus memahami, betapa rawan head to head konflik di tengah masyarakat membawa perpecahan. Dan harus disadari, betapa sulit merajut kembali menjadi kebersamaan menjadi sebuah modal sosial nantinya. Padahal modal sosial kebersamaan adalah kekuatan kunci sukses tidaknya pembangunan yang akan dijalankan.


Oleh karenanya, harus ada pola baru tanpa harus menjatuhkan lawan ketika menarik simpati rakyat. Sebab, menyerang berlebihan justru bukannya mendapatkan simpati, justru juga membuka peluang antipati. Tidak selamanya menyerang dan kesombongan atas keberhasilan bisa membuat luluh hati.

Pasangan calon dan tim sukses harus terus terjaga hingga bulan Juni nanti, jangan ada yang menyerang berlebihan kepada pihak seberang. Atau yang lebih buruk, jangan sampai seakan-akan pihak seberang diserang oleh pihak lain tetapi yang berdampak kepada citra pasangan yang sedang diusung. Pada politik, memang semua bisa terjadi. Pada level-level tertentu, selalu ada militansi yang kadang-kadang membutakan nurani. Semua itu, kuncinya ada pada diri pasangan calon yang tampil untuk mengelola tim suksesnya.

Padang Rasional
Kota Padang juga melaksanakan Pilwako dengan pasangan head to head. Pasangan petahana pada periode sebelumnya, mengambil jalan bersimpang. Pasangan Mahyeldi-Emzalmi tinggal kenangan. Tetapi hasil kerja mereka kini, di media sosial, diklaim kedua pihak; Mahyeldi-Hendri Septa dan Emzalmi-Desri Ayunda. Padahal, itu hasil kerja pasangan Mahyeldi-Emzalmi.

Mahyeldi-Emzalmi telah bekerja dengan baik, Kota Padang bisa disebut tacelak untuk beberapa bagian, seperti Pasar Raya dan Pantai Padang. Sementara itu, begitu banyak yang lain masih terbengkalai. Semoga itu juga menjadi ukuran bagi pemilih nanti, bagi keduanya, bukan satu orang saja. Hal itu harus dimulai oleh Mahyeldi-Emzalmi juga. Keduanya harus membangun kenangan itu dalam sebuah pola kebersamaan bukan perbedaan.

"Kapan perlu mereka saling memuji. Karena mereka pasangan dulunya. Indah juga terasa Pilwako Padang dibaca dalam sejarah suatu hari nanti," kata aktivis kelautan, yang juga Humas UBH, Indrawadi, ketika ngopi bersama penulis beberapa hari lalu.  

Kota Padang dengan pemilih yang rasional, masih memiliki pemilih yang solid dan militan untuk salah satu pasangan calon. Ini dapat dimaklumi. Kekuatan pasangan calon kini, bisa direka dan diukur. Tetapi jika hanya dengan kekuatan demikian, berarti tidak ada kampanye, Pilwako telah usai. Padahal, ada waktu tiga bulan ini untuk meraih simpati melalui kampanye yang cerdas dan elegan. Mestinya segeralah mengelak menyerang dengan segala keburukan di seberang.

Perang Gagasan
Salah satu kampanye yang cerdas dan elegan itu, menawarkan gagasan-gagasan baru yang dapat membuat warga mau menjatuhkan pilihan politiknya. Gagasan tersebut memberi harapan baru bagi warga kota, paling tidak dapat membanggakan. Atau yang paling tinggi, mampu meningkatkan pendapatan per kapita warga.

Jadi, bukan hanya klaim kekuatan dan keberhasilan yang sudah ada. Sebab, semua pasangan calon memang memiliki basis kekuatan masing-masing. Keberhasilan yang sudah dicapai kota juga keberhasilan pasangan Mahyeldi-Emzalmi yang tinggal kenangan, bukan atau belum keberhasilan pasangan Mahyeldi-Hendri Septa dan keberhasilan pasangan Emzalmi-Desri Ayunda.

Kampanye dengan kekuatan dan keberhasilan, hanya melemahkan “jembatan pembangunan” dari periode ke periode. Juga sangat buruk dan akan berdampak konflik berkepanjangan. Sepanjang kepemimpinan periode ke depan di Kota Padang, jika dibangun dengan kebencian, caci maki, saling klaim keberhasilan, maka siapa pun terpilih akan menanggung akibatnya. Anies-Sandi, Jokowi-JK, merasakan itu hari ini. Ketika hasil head to head menghadirkan mereka untuk memimpin. Haters-Lovers yang sulit diredam. Padahal, pembangunan sosial, baik fisik maupun jiwa, harus dimulai dari ketenangan dukungan penuh seluruh rakyat, bukan hanya kelompok semata.

Bisa jadi, bagi pasangan calon dan tim yang sedang akan berlaga, yang penting menang dulu segala dampak di baliknya nanti saja dipikirkan! Cara berpikir begini dibangun karena betapa pentingnya menang walau semuanya hancur. Bagi Kota Padang, ini merugikan masa depan.

Pesan ini bukan saja bagi kedua pasangan calon, tetapi juga tim sukses, pengamat dan seluruh warga Kota Padang. Kecerdasan politik itu mudah diasah, agar tidak cepat terpengaruh hanya karena caci maki dan saling serang tidak produktif. Alangkah baiknya jika saling memahami, suksesi ini untuk Padang Kota Tercinta, bukan hanya untuk kelompok pada pasangan calon yang berlaga semata. Semoga tulisan ini tidak menggurui demi menjaga kita semua agar tetap waras dalam memilih dan menemukan pemimpin yang mengembirakan Padang Kota Tercinta di masa lima tahun mendatang. Amin. [] SINGGALANG, Senin, 26 Februari 2018

No comments:

Post a Comment