Jalan Tari Ery Mefri
Khatam. Sebuah buku yang telah membuat air mata jatuh ke dalam. Cerita sebuah perjuangan seseorang yang keras kepala, meneroka jalan dengan seni olah gerak tubuh bernama tari. Jalan itu akhirnya membawanya sampai ke seluruh benua. Panggung ke panggung teater tertutup yang ditunggu penonton telah dijejak melalui karyanya. Sebuah capaian yang tidak mudah tentunya.
Pelajaran penting dari setiap buku tentang tokoh adalah daya juang dalam mencapai puncak dari pilihan hidupnya. Begitu juga buku tentang perjalanan kekaryaan seorang Maestro Tari, Ery Mefri ini.
Salam Tubuh Pada Bumi (STPB) ditulis oleh jurnalis senior, mantan Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Padang, Hendra Makmur, mengurai kisah 40 tahun Ery Mefri berkarya. Tidak hanya sosok koreografer saja, tetapi juga diajak berwisata tentang masa lalu kehidupan para seniman, media cetak, kampus, juga panggung ke panggung. Wacana yang sedang aktual pada masa itu juga dikupas.
Saya jadi ingat satu buku biografi lagi,
40 Th Karni Ilyas; Lahir Untuk Berita, ditulis oleh Fenty Effendy (Kompas, 2012). Saya tambah satu lagi, S
ekali di Daerah Tetap di Daerah; Autobiografi Basril Djabar (Genta Singgalang Press, Padang: 2009).
Ery Mefri, Karni Ilyas, Basril Djabar, memang tiga tokoh yang layak dibukukan. Mereka masuk dalam Ensiklopedia 1001 Tokoh Minang (UMSB Press, Padang: 2023). Tentulah bukan cita-cita sang tokoh ini, untuk dibukukan atau masuk ensiklopedia namun jejak sejarah hidup mereka, daya juang, patut menjadi pelajaran bagi generasi selanjutnya. Tidak mudah mencapai puncak cita-cita. Siapapun itu, pengecualian mungkin terjadi pada anak raja dan anak orang kaya.
Membaca Ery Mefri melalui tulisan Hendra Makmur, mengungkapkan betapa perih harus dilalui agar bisa bertahan dan tetap berkarya, dihargai dengan tepuk tangan di bangku penonton. Bertahan hidup dengan seni, di negeri ini, masih terasa aneh bagi sebagian orang.
Ery Mefri sudah 40 tahun berkarya, dengan Magnum Opus "Rantau Berbisik" tidak hanya penghargaan kementerian yang baru saja diterima namun saya usul perguruan tinggi patut memberi gelar yang layak entah apa itu. Jejak keilmuan praksis yang dicapai melalui eksperimen dan kreativitasnya, telah membuktikannya sebagai salah seorang kreografer kelas dunia. Sungguhpun Ery Mefri tidak akan pernah mengharapkan itu, namun sekali lagi, "kerjanya menari ke menari saja," kata Sastrawan Khairul Jasmi, patut diapresiasi lebih atas capaiannya.
Onak dan duri bersama bendera seni Nan Jombang Dance Company, telah membuat Ery Mefri mengungkapkan beberapa filosofi hidup tentang gerak dan bunyi. Sehingga harus menyampaikan salam kepada bumi, sebagaimana judul buku ini.
Menikmati Ery Mefri menari, tuan puan akan tahu betapa menyatunya antara bunyi dan gerak di tubuhnya. Saya amat terkesan, ketika pertama menonton sosok ini membawa Tan Bentan (Tari Adok). Jika ada pendapat, sebelum lahir Ery Mefri telah menari, mungkin ada benarnya. Darah seni tradisi dari abaknya, Manti Menuik dan amaknya, Nurjannah. Sejak kecil sudah akrab dengan paduan bunyi dan gerak.
Terakhir, secara umum STPB perlu dibaca oleh siapapun namun secara khusus mesti dibaca oleh seniman, sastrawan, mahasiswa seni tari dan penikmat seni. Bacalah, agar memahami kreativitas tiada henti akan berujung pada hasil yang tak pernah mendustai proses. Bersabar dan belajar itu pahit namun dijanjikan dengan buah yang manis.
[Abdullah Khusairi]