Dakwah Sudah Jadi Entertainment
Abdullah Khusairi --- Padang
PADANG --- Kegiatan Dakwah sudah menjadi kegiatan entertainment. Masuk ke ranah industri media. Sudah ada gejala, kegiatan dakwah sekedar memenuhi kebutuhan hiburan semata, bukan lagi merujuk peran dakwah; mengajak untuk kebaikan dan menegah keburukan.
Inilah yang berkembang dalam Seminar Internasional Dakwah Serumpun yang digelar Fakultas Dakwah IAIN Imam Bonjol Padang, di Pangeran Beach Hotel, Sabtu (26/11).
"Di tengah arus informasi yang kian hebat ini. Kita melihat kecenderungan kegiatan dakwah tak lagi memperlihatkan taji. Ketika dakwah sudah tak lagi sakral, sekedar hiburan, harapan terjadinya perubahan atas dasar dakwah sulit terjadi,” ungkap Direktur Pendidikan Tinggi Islam Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kemenag RI, Prof. Dr. Dede Rosyada, MA ketika menjadi keynote speaker dalam seminar yang dihadiri dari empat negara tersebut.
Menurut Dede, dakwah yang makin intens berbanding lurus dengan maksiat yang jalan terus. Oleh karenanya, diperlukan pola baru. Dakwah tidak sekedar mengaji akidah, syariah semata. Tetapi juga mendorong daya produktif ummat.
"Mendorong masyarakat untuk hidup lebih baik. Bekerja, tidak menjadi pengangguran," ujar Dede.
Di samping itu, da'i mesti menguasai Information and Communications Technology (ICT). Lebih dari itu, mestilah harus memiliki soft skill.
"Yaitu: Kesungguhan. Ketulusan. Percaya diri. Ketenangan Diri. Keramahan. Kesederhanaan. Inilah dasar mubaligh kita masa lalu. Sekarang, kita mungkin bisa meragukannya. Karena, perjalan dakwah islamiyah tidak memiliki greget. Integritas ini sesuatu penting," papar Dede.
Sebuah perubahan bisa terjadi masyarakat, jika da'i melakukan apa yang dikatakannya di tengah ummat. Tidak mungkin terjadi, jika da'i memaknai hidupnya sekedar tugas untuk naik panggung. Apalagi bersentuhan pula dengan industri. Sehingga da’i sudah tak lagi dipandang sebagai panutan. Da’i sudah nyaris tak bisa dibedakan lagi dengan pelawak, selebritis, bintang iklan dan seterusnya.
“Kalau sudah demikian, apa boleh buat. Kita perlu menggagas bentuk baru dalam dakwah Islamiyah. Penguatan dari segi content dan juga metode. Tentu saja tanpa mengatakan yang sudah berjalan ini seluruhnya tak layak,” tegas Dede.
Strategi Dakwah
Pemakalah dari Kolej University Insyaniyah Kedah, Mohd. Akif Emir memaparkan Strategi Dakwah Multimedia di Malaysia. Teknologi berkembang dan berlari. Sebentar muncul, sebentar uzur.
“Da’i yang baik, harus mengikuti perkembangan tersebut. Sebentar lagi, teknologi komputer akan uzur, ipad uzur. Segera muncul bernama hologram. Tentu saja lebih canggih lagi,” ujar Akif.
Fenomena sosial seperti yang terjadi di Indonesia juga terjadi di Malaysia. Perlu penananaman ideologi melalui dakwah yang intens. “Karena teknologi itu seperti pisau bermata dua. Bisa digunakan untuk yang baik dan bisa yang buruk. Maka user teknologi harus diberi pemahaman ideologi agama yang mantap, ” jelas Akif.
Sementara itu, Pensyarah pada Jabatan dakwah dan Kepemimpinan Univeristi Kebangsaan Malaysia (UKM), Ust. Muhammad Faisal Azhari memaparkan Perkembangan Dakwah di Malaysia.
“Malaysia juga punya persoalan, seperti aborsi dan pembuangan bayi. Data kasus, meningkat setiap saat. Zina, aborsi, salah satu penyebabnya tidak melaksanakan ajaran agama,” jelas Faisal.
Di samping itu, peran kerajaan dan politik yang berkembang telah mempengaruhi pola perkembangan dakwah. Salah satu yang positif dapat dilihat secara nyata, dimana Darul Arqam, yang telah dilarang telah membuat system ekonomi bagi ummat.
Sementara itu, Direktur Pasca IAIN IB Padang Prof. Dr. Awiskarni, M.Ag yang menurunkan Perkembangan Dakwah di Indonesia, yang menguraikan irama perkembangan dakwah pasca reformasi. Kebebasan berekspresi juga membawa dampak bebasnya berdakwah.
“Ini berhubungan pula bentuk perkembangan politik yang terjadi. Dimana, ada yang menguntungkan serta ada pula yang merugikan. Politik pragmatis sering memporanda norma-norma yang ada,” jelas Awis.
Pemakalah terakhir, Drs. Sarwan, MA dan Prof. Madya Kamaruzzaman Yusoff dari Institut Kajian Asia Barat (IKRAB), memaparkan sejarah dakwah jalinan serumpun.
“Sudah ada sejak dulu. Ada media al-Imam dan al-Munir. Agaknya, perlu ada lanjutan. Seminar ini hendaknya memiliki lanjutan, banyak informasi baru. Mulai dari persoalan politik, ekonomi, teknologi, membuat strategi dakwah mesti dinamis,” tegas Sarwan.
Seminar Internasional Dakwah Serumpun ini melahirkan rekomendasi pertemuan lanjutan Dakwah Serumpun. Mengingat pentingnya membaca secara bersama fenomena dakwah dan kehidupan masyarakat serumpun, guna untuk mendapatkan polarisasi dan strategi dakwah yang paling mutakhir.
“Dakwah Serumpun juga diharapkan untuk melaksanakan berbagai kegiatan dalam bingkai Keilmuan Dakwah. Baik bersifat akademis maupun bersifat sosial kemasyarakatan,” ungkap Ketua Panitia Pelaksana Seminar, Drs. Welhendri Azwar pada akhir acara. [Abdullah Khusairi]
No comments:
Post a Comment