Thursday, May 27, 2010

Bantuan Gempa Tahap II Segera Tiba

PADANG --- Proses Rehab Rekon Sumbar Pasca Gempa 30 September 2009 memasuki pencairan dana bantuan untuk tahap II. Sementara, tahap I sudah memasuki progres 17,83 Persen dari dana yang disiapkan Rp313,9 Miliar. Hasil Evaluasi Tahap I, menghasilkan mekanisme baru, yang lebih simpel dan cepat.

Demikian terungkap dalam Rapat Koordinasi Pelaksanaan Rehab Rekon, Kamis (27/5), yang dihadiri Direktur Penilaian Kerusakan, Deputi Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi BNPB, Ir. Adhy Duriat Soemono, Dipl. HE beserta Tim Pendukung Teknis (TPT) BNPB Rehab Rekon Sumbar, Sekdaprov Sumbar, Mahmuda Rivai.

"Mekanisme bantuan akan sedikit bergeser. Setelah mengevaluasi tahap I, kita pilih yang paling cepat, langsung ke Kelompok Masyarakat (Pokmas) dari BNPB," ungkap Administrasi Keuangan Roy Rahendra.
Roy Rahendra, AK. M.Com, di hadapan pejabat perwakilan 12 Kota dan Kabupaten yang mendapat bantuan dana gempa 2009.

Sebanyak Rp2 Triliun akan dikucurkan dari BNPB untuk Sumbar. Alokasi paling banyak untuk bantuan perumahan rakyat, disusul pembangunan kantor dan infrastruktur. Artinya, dana untuk ekonomi produktif, kesehatan, tahap II tidak ada lagi. Bantuan perumahan ini melingkupi 12 kabupaten kota, Padang, Mentawai, Pesisir Selatan, Agam, Pasaman Barat, Padangpanjang, Kabupaten Solok, Kota Solok, Tanahdatar, Kota Pariaman, Padangpariaman. Total rumah yang dibantu, 143,273 unit, dengan 5.732 Pokmas.

Jika tahap I, mekanisme pencairan dana mengikuti mekanisme APBD dengan Peraturan Gubernur, maka tahap II langsung dari rekening Menteri Keuangan ke BNPB, dan dari BNPB langsung ke Pokmas, lewat sebuah kerja sama dengan bank milik pemerintah. Total nilai bantuan untuk rumah, Rp1,9 Triliun, ditambah dengan dana pendampingan masyarakat dan institusi.

Menunggu penyelesaian tahap I, tahap II akan dimulai prosesnya, September dan berakhir November nanti. Namun demikian, proses administrasi dari sekarang sudah dibicarakan. Sedangkan tahap I, kini dalam proses pencairan dan Pokmas yang telah ditunjuk mendapatkan bantuan, segera menyelesaikan administrasi.

Koordinator TPT BNPB Sumbar, Dr. Sugimin Pranoto, M.Eng, menyebutkan tahap I merupakan kunci untuk tahap II nanti. "Tetapi dari progres kerja, walau terasa pada awalnya agak lambat, sekarang sangat lancar. Semoga tak tersendat-sendat lagi. Awalnya, memang mekanisme dari peraturan gubernur, sangat menganjal," papar Sugimin.

Kepala Dinas Kimpraswil Prasarana Jalan Sumbar, Ir. Dody Ruswandi, MSc, mengakui kelambatan dan keresahan di tengah masyarakat. Namun demikian, semuanya memang dilaksanakan secara hati-hati dan masih on schedule.

Progres secara rinci, dari sektor yang ada dalam rencana aksi rehab rekon, Perumahan yang mendapat anggaran tahap I, Rp114,5 Miliar, telah merealisasi 9,13 persen. Infrastruktur dan Lintas Sektor, 80 persen, Irigasi 20 persen, Air Minum dan Sanitasi 20 persen, Gedung Pemerintah 20 persen.

Sektor Kesehatan, yang memiliki anggaran tahap I Rp22.767.223.000, telah merealisasi 12 persen. Sedangkan Ekonomi Produktif, Pertanian 46 persen, Perkebunan 66 persen, Perikanan 5,9 persen. Perdagangan dan industri kecil 34 persen. Dana pendampingan telah dihabiskan 38 persen. [] Abdullah Khusairi www.rehabrekon-sumbar.org

Monday, May 24, 2010

Rumah Kita Belum Aman Gempa

Oleh:
Abdullah Khusairi, MA
Kolomnis

Kampanye rumah aman gempa kalah meriah dengan kampanye Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada). Papan reklame kampanye rumah aman gempa terpasang tidak sebanyak papan reklame para kontestan yang ikut dalam perhelatan pesta demokrasi. Dan yang lebih menyedihkan, tak ada kandidat yang berani mengedepankan wacana penanggulangan bencana dalam memenangkan hati rakyat. Sepertinya wacana kebencanaan tidak begitu penting dibandingkan dengan jargon-jargon yang "melangit" menjauhkan realitas di tengah-tengah masyarakat saat ini, khususnya di daerah korban bencana gempa.
Padahal, bila dibaca UU No. 24 2007 Tentang Penanggulangan Bencana, manajemen kebencanaan sangat penting, baik sebelum, sedang maupun sesudah terjadinya bencana. Sebab bencana selalu datang, baik secara langsung karena manusia, maupun tidak langsung.
UU Tentang Penanggulangan Bencana selain mengamanatkan pembentukan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), juga memberikan kewenangan agar pemerintah daerah membentuk Badan Daerah Penanggulangan Bencana (BPBD). Selain itu, pemerintah juga menyiapkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 21 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana dan PP No. 22 Tentang Pendanaan Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana. Artinya, secara peraturan, dalam penanggulangan bencana, republik ini sudah tak perlu risau. Aturannya sudah ada. Namun demikian, soal kepedulian dan pemahaman, tunggu dulu. Kita bisa melihat realitas hari ini; kampanye rumah aman gempa, sebagai bagian dari penanggulangan bencana, kalah hebat dengan kampanye para calon dalam Pilkada. Indikasinya sangat jelas, baliho, poster, reklame, para calon berserakan. Sementara, kampanye rumah aman gempa sangatlah minim. Hal ini pula, dilihat di lapangan, masyarakat membangun, masih jauh dari harapan aman terhadap guncangan. Mereka membangun sesuai dengan pengetahuan yang telah mereka miliki. Tak peduli, aman atau tidak, sebab membangun harus segera dan mendesak. Sudah tak kuat lagi hidup di tenda darurat.

Merujuk Abraham Maslow, rasa aman menempati urutan kedua dalam kebutuhan dasar manusia. Kebutuhan terhadap Keamanan dan Keselamatan menjadi sangat azasi dalam kehidupan. Hal ini diatur pula dalam peraturan di negeri ini, namun kenyataan di lapangan, mitigasi kebencanaan kepada masyarakat atas hal-hal demikian tidak pernah maksimal. Jangankan mitigasi, bantuan saja sangat terlambat. Kalah cepat dengan masyarakat yang sudah membangun lebih dahulu.
Ranahminang, ditakdirkan menjadi supermarket bencana. Ancaman longsor, banjir, gempa, selalu ada setiap saat. Namun belum ada gerakan hebat agar masyarakat selalu waspada, atau setiap Kepala Keluarga (KK) disiapkan tenda satu persatu. Yang ada, justru berusaha melupakan bahwa tak ada lagi bencana. Padahal, bencana selalu ada, hanya waktu yang menjawabnya.
Kampanye rumah aman gempa adalah salah satu bukti nyata. Sebuah kampanye yang meredup, seiring dengan kampanye Pilkada di Kabupaten, Kota dan Provinsi. Setelah tujuh bulan, memasuki delapan bulan berlalu, masyarakat kini telah bangkit dengan sendirinya. Bangkit dengan tingkat apatis yang tinggi terhadap peran pemerintah dalam memberi mitigasi dan bantuan untuk mereka.
Setelah tanggap darurat berlalu dan masa rehabilitasi dan rekonstruksi yang kini sudah dalam pencairan dana kepada korban gempa, sepertinya semua serba terlambat. Kampanye rumah aman gempa seperti sia-sia belaka. Mitigasi dan kampanye rumah aman gempa yang digelar secara gegap gempita awalnya, hanya bisa menjadi harapan, yang belum membangun, baik korban gempa maupun bukan, bisa mengikuti teknik membangun rumah aman gempa. Yang sudah membangun, apa boleh buat, mereka telah berbuat lebih dahulu.
Membangun rumah aman gempa, dengan bantuan Rp15 Juta untuk Rusak Berat (RB), Rp10 Juta Rusak Sedang (RS), serta Rp1 Juta untuk Rusak Ringan (RR), sepertinya tak banyak membantu. Masyarakat sudah membangun lebih dahulu, dan itu tidak sesuai dengan standar yang telah ditentukan. Apa boleh buat, hidup harus tetap dilanjutkan. Tak bisa menanti, apalagi hanya karena birokrasi.

Malahan yang terjadi, cemoohan kepada pemerintah makin menjadi-jadi. Apalagi kepada pemimpin yang kini juga nota bene, ikut meramaikan pesta demokrasi. Beginilah, jika Penanggulangan Bencana dan Manajemen Kebencanaan tidak lagi penting dalam wacana politik para pemimpin. Masyarakat diajak untuk lupa atas ancaman di atas negeri yang memiliki sejuta kemungkinan datangnya bencana.
Kepedulian secara politik dan kebijakan sangatlah penting agar mendorong suksesnya rehabilitasi dan rekonstruksi korban gempa sesuai dengan teknik standar yang ditentukan. Kampanye rumah aman gempa tidaklah terlambat, sebab tetap dibutuhkan oleh siapa saja. Namun hingga hari ini, masyarakat tetap membangun di luar kontrol yang diharapkan. Jadinya, rumah mereka belum tentu aman dari gempa secara teknis. Itu banyak terjadi, seperti tak ada yang peduli. Pengawasan sangat lemah. Ini mendorong penulis untuk menambah, tage line kampanye ini, Bukan Bencananya, Tapi Kepemimpinnya. Atau begini, Bukan Gempanya, Tapi Manajemennya. Terserah, yang jelas, kampanye ini masih butuh dorongan dari pemimpin, tak hanya menyerah kepada lembaga swadaya masyarakat yang nota bene sangat terbatas kekuatannya. Salam. [] Sumber, Singgalang, Sabtu (8/5)

Friday, May 14, 2010

Fasilitator Rehab Rekon Ikuti Pelatihan

BUKITTINGGI----Sebanyak 308 Fasilitator Rehab Rekon Sumbar Pasca Gempa mengikuti pelatihan di Parai Holidays Bukittinggi Resort. Pelatihan ini sebagai lanjutan bekal lapangan dalam mendampingi masyarakat korban gempa. Pelatihan juga dilaksanakan dua angkatan. Angkatan I digelar 9-12 Mei 2010, sedangkan Angkatan II digelar 13-16 Mei 2010.

"Fasilitator tahap pertama ini, sudah ke lapangan, dengan pembekalan yang sebelumnya. Kita masih merasakan perlul pembekalan lanjutan dan manfaat lain yang terasa, setelah mereka ke lapangan selama dua bulan lebih, mereka kembali berdiskusi masalah yang ditemui," ungkap Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK), Ir. Nasral di sela-sela kesibukan Pelatihan.

Kegiatan ini diserahkan kepada instruktur dari Pusat Diklat Regional Kementerian Dalam Negeri II Bukittinggi. Menurut Nasral, agar ada rasa kebersamaan antar fasilitator, disiplin, juga mempelajari dinamika kelompok masyarakat.

"Fasilitator kita umumnya adalah sarjana yang baru tamat, jadi memang perlu pembekalan lebih soal kepemimpinan dan komunikasi kelompok," jelas Nasral.

Sementara itu, Kuasa Penggunaan Anggaran (KPA) Perumahan dan Pemukiman Dinas Prasjal Tarkim Sumbar, Ir. Fachruddin menyebutkan, pemecahan masalah di tingkat kelompok masyarakat, peran fasilitator, juga keberadaan Tim Pendamping Masyarakat (TPM) adalah kesatuan dan kekuatan yang perlu dibangun segera.

"Sebagai basis kebersamaan. Jadi, pada intinya, bantuan yang diberikan yang diberikan, selain benar-benar termanfaat, inilah salah satu hikmah agar masyarakat bersatu dalam kebersamaan," ujar Fachruddin.

Materi Pelatihan
Selama tiga hari di lokasi pelatihan, pembekalan yang diberikan oleh Widyaiswara adalah, Dinamika Kelompok, Kebijakan Pemerintah dalam Pelaksanaan Rehab Rekon Pasca Gempa Sumbar, Sistem Pelaporan dan Sistem Informasi Manajemen, Community Base Development, Pengawasan Keuangan Negara, Monitoring dan Evaluasi, Pengelolaan Pengadeuan Masyarakat, Rekonstruksi Ramah Lingkungan, Perencanaan Teknis, Tatacara Perbaikan Rumah Rusak Akibat Gempa (Retrofiting), Pemeriksaan Sedarhana Pembangunan Rumah, Pemberdayaan Masyarakat, Dasar-Dasar Pengelolaan Keuangan Daerah, Proses Administrasi Penyerapan Dana Stimulus, Kriteria Verifikasi dan Validasi Rumah Rusak Akibat Gempa dan Persyaratan Pokok Membangun Rumah Lebih Aman.
Tampil memberi materi, selain dari Pusat Diklat Regional Kementerian Dalam Negeri II Bukittinggi, Koordinator Tim Pendukung Teknis (TPT) BNPB Rehab Rekon Sumbar, Dr. Sugimin Pranoto, Ir. Sugeng Sentosa, Ir. Febrin Anas Ismail, MS, Ir. Fachruddin.

Terima Fasilitator
Kegiatan Rehab Rekon Sumbar memasuki tahap II. Sementara tahap I sedang berjalan. Pada tahap II, setidak kurang dari 900 orang fasilitator akan diterima. Sudah dibuka lowongan dan lamaran yang masuk hingga ditutup 10 Mei lalu, sebanyak 1.100 lebih. Fasilitator yang lolos juga akan mengikuti pelatihan seperti ini nantinya. []Abdullah Khusairi

Tuesday, May 11, 2010

Iyut Fitra Wakili Indonesia pada Festival Penulis di Australia

padangmedia.com - PADANG - Penyair Sumatera Barat Iyut Fitra, bersama tiga penulis Indonesia lainnya mewakili Indonesia dalam The Festival Of Australian Writing WordStorm 2010. Festival yang bakal mempertemukan para penulis dari Negara Asia Pasifik dan Australia itu akan berlangsung di Darwin, Australia pada 13 sampai 16 Mei 2010.

Penyair yang beberapa waktu lalu meluncurkan kumpulan puisinya ‘Dongeng-Dongeng Tua’ itu telah berangkat ke Australia, Minggu (9/5). Pada malam sebelumnya, Sabtu (8/8), Kuyut, kerap penyair itu disapa, menyempatkan diri bersilaturahmi dengan beberapa penulis Sumatera Barat di Sekretariat Magistra Indonesia Sumatera Barat, seperti Zelfeni Wimra, M.Nasir, Jamaludin Rahmat, Dedi Arsya, Alee Kitonanma serta Abdullah Khusairi.

Lewat kesempatan tersebut, Iyut bercerita bahwa dengan mengikuti festival tersebut ia berharap bisa membangkitkan semangat menulisnya. Iyut juga berharap agar para penulis muda tetap semangat dalam berkarya dan ikut serta dalam beragam festival penulis, sebagai salah satu wadah saling bertukar pikiran sesama penulis.

Dalam festival itu, Iyut Fitra akan hadir bersama tiga penulis Indonesia. Yaitu, Andrea Hirata (penulis novel tetralogi Laskar Pelangi), Mohammad Guntur Romli (Program Manager dan Editor Jurnal Perempuan, kolumnis) serta Lily Yulianti Farid (jurnalis dan cerpenis).

The Festival Of Australian Writing WordStorm 2010 ialah salah satu festival penulis internasional yang akan mempertemukan penulis dari negara Asia Pasifik dan Australia. Seperti dilansir dari website WordStorm 2010, tahun ini festival ini menghadirkan lebih dari 75 penulis dari berbagai negara di Asia Pasifik serta Australia.

Beberapa acara akan digelar dalam kegiatan ini seperti pemutaran film, konferensi penulis, pertunjukan musik, juga festival baca puisi. Yang paling istimewa tahun ini workshop dan diskusi panel akan dilakukan di Kebun Raya. Diskusi tersebut nantinya membahas karya sastra dari berbagai jenis dengan sejumlah topik antara lain perubahan iklim, tanah air, komedia, hukum dan kriminal, penculikan anak, juga tak kalah menarik membahas feminisme dan Islam. (dodo) Sumber: www.padangmedia.com, Selasa, 11/05/2010 12:08 WIB

Thursday, May 6, 2010

Sumbar Supermarket Bencana

Oleh:
Medi Herlianto
Kasubdit Inventarisasi
BNPB

Bencana tiada berhenti hampir setiap hari terjadi di bumi Indonesia ini karena negeri ini terletak diarea “supermarket bencana” yang rawan dan dapat menimbulkan risiko tinggi akibat bencana karena kerentanannya (vulnerability) dan keterbatasan kemampuan (capacity) .

Dampak risiko bencana, sudah terbukti gempa bumi Sumatera Barat 30 September tahun lalu adalah bencana besar ketiga dilihat dari total kerusakan dan kerugian yang ditimbulkannya mencapai Rp.21,5 T dan kerusakan terbesar adalah sektor Perumahan (82 Persen)dan jumlah korban 1.117 jiwa setelah bencana gempa dan tsunami di Aceh tahun 2004 dan di Jogjakarta tahun 2006.

Pada saat ini Sumatera Barat dalam phase pemulihan dimulai sejak Nopember 2009 dan aktivitasnya yang masih lamban,tersendat,hampir semua sektor yang terkena dampak belum bangkit dan untuk mencapai pada tatanan sebagaimana kondisi sebelum bencana. Aktivitas yang mulai membaik masih hanyalah terbatas pada pengembalian kondisi kehidupan yang masih sementara, baik itu dilakukan pemerintah ,swasta dan masyarakat Pemulihan awal masih aktivitas sementara,seperti perumahan ataupun sektor infrastruktur, sosial ekonomi, semuanya masih temporari seperti shelter dan darurat dan masih banyak ang belum bisa beraktivitas seperti semula.

Membangun Kembali Lebih Baik
Banyak hikmah yang bisa kita ambil dalam pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana gempa bumi 30 September 2009 yang lalu, dimana proses pemulihannya paling kompleks karena berbagai terjadi hambatan, seperti rehab rekon perumahan dengan konsep pemberdayaan,masih banyak permasalahan; akurasi data dsb.

Walaupun dalam realitas penanggulangan bencana pada phase rehab rekon ini masih terhambat berbagi hal mendasar dalam penyelenggarannya, pada tataran level pemerintah pusat, BNPB telah memberikan dengan cukup baik, baik dukungan pendanaan dan kelembagaan seperti dalam Pemulihan Dini (Early Recovery) maupun dukungan organisasi/kelembagaan TPT (Tim Pendukung Teknis) perlu kiranya pemerintah dan masyarakat intervensi dimasa rehabilitasi dan rekonstruksi ini memikirkan ketahanan terhadap bencana masa datang dengan pemulihan berbasiskan pengurangan resiko bencana .

Rehabilitasi dan Rekonstruksi sebenarnya tidak hanya untuk mengembalikan kondisi daerah wilayah terkena bencana kembali kepada tatanan/tempat semula tetapi menjadi lebih baik dan berketahanan untuk masa depan Sumatera Barat sebagai daerah risiko bencan tinggi ,pada pasca bencana ini harus dibangun kembali dengan lebih baik (Build West Sumatera Back Better).

Membangun kembali lebih baik tidak hanya terfokus atau ditafsirkan kepada kontek fisik saja seperti perumahan dan prasarana dan sarana saja misalnya dengan struktur aman gempa dan sejenisnya tetapi lebih luas kepada seluruh sektor termasuk tatanan sosial- ekonomi dibangun dengan lebih kuat dan lebih baik berikut para pelakunya dan prosesnya harus disiapkan dengan baik.Semua program dalam kerangka pemulihan awal dirancang untuk bisa tahan/aman bencana ,misalnya terhadap kemungkinan adanya bencana gempa dan krisis baru dimasa depan

Sedikit kita perlu mengingatkan bahwa kegiatan pemulihan akibat gempa seperti perbaikan atau rekonstruksi bangunan perumahan mencapai 114 000 unit tersebar di 12 kabupaten/kota, diperkirakan 10 persen sudah dibangun kembali dan bangunan milik swasta yang telah dilakukan perbaikan oleh individu, apakah sudah melaksanakan prinsip membangun kembali lebih baik? apakah rumah yang diperbaiki tersebut sudah aman gempa dan sangat penting perhatian khususnya terhadap fasilitas publik seperti jalan/jembatan pasar/mall dan rumah sakit karena ,apakah pemulihan sudah memenuhi persyaratan aman gempa?

Pemikiran ini untuk mengingatkan,para pihak terkait dalam bidang penanggulangan bencana, bukan saja pemerintahan daerah; Satkorlak/Satlak/BPBD atau SKPD tertentu saja, tetapi juga semua elemen dalam masyarakat semestinya diberikan pencerahan ketahana masa depan ataupun apa namanya yang penting pelaku rehabilitasi dan rekonstruksi punya kesadaran ini.

Ketahanan masa depan antara lain dilakukan dengan Kebutuhan risiko bencana menjadi bagian perencanaan pembangunan, Pengembangan Institusi Kelembagaan Penanggulangan Bencana sebagai fungsi koordinasi, finansial dan tanggap teknologi rancang bangun dan pendekatan partisipasi kemasyarakatan; modal sosial, dalam proses perencanaan atau nilai tambah eksisting lainya.

Pertanyaan yang masih mengganjal di tengah hiruk pikuk Pemilihan Kepala Daerah, sudahkah ada pemimpin yang patut dipilih dengan konsep dan paham atas masalah daerah seputar kebencanaan? Sebab, percuma bicara ekonomi, pembangunan paling mutakhir sekalipun, jika hal dasar seputar kebencanaan tidak dimiliki. [] Jakarta-Swiss, 8 April 2010-Terbit di Posmetro Padang, 26 April 2010

Wednesday, May 5, 2010

Analisis Cerpen

ANALISIS PERWUJUDAN TEMA KEMANUSIAAN
CERPEN-CERPEN DI JAWA POS DENGAN PENDEKATAN ANALITIS
(Edisi Januari-Maret 2007)
Oleh :
Neneng Era Wati
( 03340008 )
TESIS


Keyword :
ANALISIS PERWUJUDAN TEMA KEMANUSIAAN


ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa karya sastra merupakan ciptaan pengarang yang mengungkapkan buah pikiran, sikap dan perasaan pengarang tentang kehidupan.. Sastra sebagai salah satu seni pada umumnya ditampilkan dalam bentuk prosa novel, puisi dan drama. Ketiganya tersebut merupakan tulisan yang memberikan hiburan, kesenangan, keharuan serta memberikan nilai-nilai tertentu pada pembaca. Cerpen sebagai salah satu sastra dapat dikaji melalui unsur-unsur intrinsik meliputi tema kemanusiaan melalui cerita yang ditawarkan pengarang.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan perwujudan tema kema-nusiaan dalam bentuk pengakuhan ketingihan martabat manusia yang diperlakukan secara adil dan manusiawi dalam cerpen-cerpen di Jawa Pos Edisi Januari-Maret 2007. serta mendeskripsikan perwujudan tema kemanusiaan dalam bentuk pengakuan ketinggian martabat manusia yang harus dihargai dalam cerpen-cerpen di Jawa Pos Edisi Januari-Maret 2007.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Dalam penelitian yang bersifat deskriptif kualitatif, data yang dianalisis atau yang akan dihasilkan berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang diamati, sehingga data yang terkumpul berupa kutipan cerita yang terdapat dalam cerpen-cerpen di Jawa Pos. Langkah-langkah yang ditempuh oleh peneliti ini yaitu menganalisis cerpen-cerpen di Jawa Pos Edisi Januari-Maret 2007 untuk mendapatkan data mengenai tema kemanusiaan dalam bentuk pengakuan ketinggian martabat manusia yang diperlakukan secara adil dan manusiawi dalam cerpen-cerpen di Jawa Pos edisi Januari-Maret 2007, dan tema kemanusiaan yang dalam bentuk ketinggian manusia harus dihargai. Penelitian ini mengunakan pendekatan analitis, pendekatan analitis dalam penelitian ini digunakan sebagai salah satu tolak dalam mengkaji karya sastra yang berkaitan dengan masalah-masalah tema kemanusiaan.
Dari hasil analisis data diperoleh semula dua belas cerpen dan sekarang memperoleh gambaran (1) tema kemanusiaan dalam bentuk manusia yang diperlakukan secara adil dan manusiawi dalam cerpen: Orang Meru karya Abdullah Khusairi, Cerpen Banjur Karya Putu Wijaya, Cerpen Kutukan Mekele Saroja Karya Sunaryono Basuki KS, (2) mengambarkan tema kemanusiaan dalam batas pengakuhan ketinggihan manusia yang harus dihargai dalam cerpen Surat-Surat Putri Karya Ratna Indraswari, Cerpen Cimpling Jadi Laki-Laki Karya Bonar Nabonenar, Cerpen Kisah Bambu Karya Yetti A KA, Cerpen Wajah Bulan Kaeya Hudan Hidayat.
Dari hasil analisis di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian ini berusaha memahami pokok persoalan tema kemanusian yang ada dalam cerpen di Jawa pos. tema tersebut berkaitan dengan pengakuan ketingian manusia ketika harus diperlakukan secara adil dan manusiawi dan ketika manusia harus dihargai.[] DARI DIGITAL LIBRARY UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

Monday, May 3, 2010

Nonton Duo Band Sumbar di X Mild Noize Nge-Jam Bareng Idola Global TV

Tampil Prima dengan Alat Band Seadanya


Lovana Band dan Cheerie Plus Band tampil memukau dengan band idola mereka, /rif dan Kerispatih. Duo band dari Sumatera Barat ini dua di antara puluhan band yang punya impian dapat satu panggung dengan band idola. Lovana Band dan Cheerie Plus Band beruntung, bisa mendapat kesempatan ini.

ABDULLAH KHUSAIRI 

Lovana Band, dengan personil Rory (Vokal), Jo'e (Keyboard), Andre (Guitar), Baim (Bass) dan Erig (Drum) kepada koran ini mengaku puas dengan penampilan mereka.

Hal yang sama juga dikatakan Cheerie Plus Band, dengan personil Alex (Vokal), Erie (Keyboar), Dafie (Guitar), Batmon (Bass) dan Arif (Drum).

"Walau masih terasa belum maksimal, karena alatnya sangat standar. Kami sudah biasa dengan alat bagus. Ini masukan buat kru studio agar jangan ada perbedaan alat musik antara idola dengan band lokal," ungkap Erig yang sedikit kecewa dengan drum Studio Guest Global TV di Jalan Perdatam Pancoran Jakarta Selatan itu.