Oleh: Abdullah Khusairi
Pesta Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pemilukada) telah usai. Sebuah perhelatan dengan menghabiskan dana miliaran rupiah dari pasangan calon yang ikut dalam suksesi dan dana negara. Rakyat diberi suguhan sebentuk pesta. Namanya, pesta demokrasi. Beberapa minggu terakhir saja, kita tak lagi melihat baliho-baliho kampanye di setiap sudut kota.
Pesta telah usai. Gubernur terpilih telah ditetapkan, menunggu pelantikan dan menyimak hasil gugatan di Mahmah Konstitusi (MK). Pasangan terpilih bak sepasang pengantin yang baru saja akad nikah, menunggu pesta perkawinan saja. Dan tentu, menunggu malam pertama dengan getar yang tak tertahan.
Pasangan Irwan Prayitno-Muslim Kasim terpilih sekali putaran saja (32,63 persen). Inilah pilihan rakyat. Hasil pesta demokrasi yang harus dihormati, walau dengan tingkat partisipasi yang masih dipertanyakan. Namun demikian, kerja keras pelaksanaan Pemilukada di tengah penanggulangan bencana dan sepenungguan bantuan bencana, adalah hal yang patut diapresiasikan.
Harapan masyarakat, begitu besar atas terpilihnya pemimpin baru. Harapan itu, kadang terasa naif, kadang terasa realistis. Lebih-lebih ketika dihubungkaitkan dengan masalah kebencanaan, kesejahteraan, kemakmuran, dan kepastian-kepastian peningkatan kapasitas pelayanan birokrasi kepada masyarakat.
Perubahan untuk Sumbar Lebih Baik. Inilah jargon yang diusung oleh pasangan Nomor 3 Irwan-MK. Sebuah jargon yang di dalamnya berisi janji. Janji untuk lebih baik. Janji adalah utang. Harus dibayar. Apakah bisa lebih baik, atau tidak? Tentu di ujung waktu dari pasangan ini dapat dilihat. Lima tahun lagi.
Sumatera Barat, dari dulu, begitu-begitu saja. Ratusan kali pejabat menyatakan, kemajuan di sana-sini, tetapi secara substansi, dapat dilihat dengan kasat mata. Masih banyak kantong-kantong kemiskinan, masih begitu banyak pembangunan yang timpang. Baik antar kabupaten dan kota, maupun antar bidang kehidupan.
Oleh karenanya, janji dalam visi dan misi pasangan calon gubernur terpilih, adalah harapan besar kita semua. Lebih-lebih mengingat jargon yang telah disuarakan kemana-mana, terbaca di setiap sudut kota. Pertanyaannya? Apakah mampu atau tidak? Harapan kita tentu saja bisa direalisasi, dengan catatan, bisa didukung seluruh elemen. Menghormati seluruh kebijakan dari pemimpin baru kita dan memberi dorongan agar kerja keras dan cerdas di seluruh lini aparat pemerintah daerah.
Retorika politik bisa saja berubah-ubah. Namun janji tetaplah janji. Harus ditepati. Dan tidaklah arif, jika nanti mencari dalih, bahwa tugas gubernur dan wakil gubernur hanya termaktub dalam surat keputusan dan perundang-undangan, berlindung di balik angka-angka nisbi, kegagalan dilapis dengan pencitraan.
Pemimpin yang berhasil dan diakui, dikenang sepanjang hayatnya, adalah pemimpin yang bekerja keras dan cerdas. Di hati masyarakat punya monumen kepemimpinan yang selalu diingat. Hati rakyat sudah terbiasa luka, berdarah, kecewa, tapi mereka tak kan pernah bisa didustai dua kali. Kita tunggu kiprah pemimpin baru.
Apa yang paling penting bagi rakyat masyarakat Sumatera Barat? Salah satu yang paling krusial adalah rasa aman. Dalam Teori Hierarki Kebutuhan Abraham Maslow. Rasa aman ini, menduduki peringkat kedua, setelah sandang pangan.
Menjawab kebutuhan rasa aman itu, pemerintah dan legislatif membuat UU No. 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana. Undang-Undang ini, juga mengamanatkan agar setiap daerah membuat badan penanggulangan bencana beserta perangkatnya.
Sumbar sudah memiliki itu, namun masih baru. Baru dibuat setelah bencana gempa mengguncang beberapa kali. Kita butuh manajemen kebencanaan yang profesional. Ini harus menjadi prioritas di atas yang lain. Sebab, negeri ini sangat rawan bencana. Seperti rawannya kebakaran, oleh karenanya, manajemen kebencanaan dengan segala persiapannya, tidak bisa lagi diremehkan. Kehadiran sebuah badan penanggulangan bencana seharusnya adalah menjawab dari rasa takut dan melahirkan rasa aman.
Jika sudah dengan persiapan yang matang, paling tidak, kerugian dari bencana alam, baik banjir, galodo, gempa, badai, dapat diminimalisir. Bencana memang tidak diduga, tapi alam akan tidak bersahabat jika manusia lupa.
Pola kepemimpinan daerah yang memiliki isu selama ini soal penghargaan dari pemerintahan pusat agaknya mesti dirubah, bahwa pemimpin yang berhasil itu haruslah diberi penghargaan oleh rakyat sendiri.
Kiprah gubernur baru merupakan harapan besar, apalagi mengingat jargon, Perubahan Untuk Sumbar Lebih Baik. Semoga janji itu ditepati dan nyata. Tidak semu dan bisu. Kita tunggu! [] Sumber www.hariansinggalang.co.id
Monday, July 26, 2010
Thursday, July 22, 2010
Pilkada Usai, Bola Selesai
Malam itu, dunia terjaga. Kesebelasan Spanyol Vs Belanda berlaga final dalam ajang bergengsi, Piala Dunia. Hiruk pikuk perhelatan si kulit bundar ini, menyita dunia. Begitu juga kita di sini, di Ranahminang. Melupakan sejenak tentang bencana, menyimak prediksi si Paul, si gurita hebat di Jerman sana. Dan kita terpesona gemerlap benua hitam, Afrika.
Dan masih dalam bulan yang sama, kita melupakan sejenak bencana karena Pemilukada 2010 untuk 14 Kota Kabupaten plus Provinsi. Hasilnya, kita punya pemimpin baru terpilih. Siapa pun dia, kita harap punya kepedulian yang dahsyat dalam penanggulangan bencana.
Tugas kemanusiaan, penanggulangan bencana tidak bisa dilupakan begitu saja. Sebab bencana selalu mengintai, masyarakat harus tetap diberi mitigasi dan pemahaman yang matang atas geografi yang disebut supermarket bencana ini.
Begitulah, setiap edisi, bulletin ini hadir melaporkan kepada pembaca, seluruh bentuk kegiatan penanggulangan bencana dan rehab rekon yang dicanangkan. Edisi kali ini, hadir dengan segenap "menu", mulai dari rapat koordinasi, perkembangan terbaru pencairan dana, kehadiran Kepala BNPB Dr. Syamsul Maarif dan pelatihan fasilitator.
Bencana datang tak diduga, tak bisa diprediksi si Paul, gurita terkenal itu. Hanya kewaspadaan dan pengetahuanlah, kita bisa selamat. Selamat membaca! [] DAPUR REDAKSI R&R EDISI V JULI 2010
Dan masih dalam bulan yang sama, kita melupakan sejenak bencana karena Pemilukada 2010 untuk 14 Kota Kabupaten plus Provinsi. Hasilnya, kita punya pemimpin baru terpilih. Siapa pun dia, kita harap punya kepedulian yang dahsyat dalam penanggulangan bencana.
Tugas kemanusiaan, penanggulangan bencana tidak bisa dilupakan begitu saja. Sebab bencana selalu mengintai, masyarakat harus tetap diberi mitigasi dan pemahaman yang matang atas geografi yang disebut supermarket bencana ini.
Begitulah, setiap edisi, bulletin ini hadir melaporkan kepada pembaca, seluruh bentuk kegiatan penanggulangan bencana dan rehab rekon yang dicanangkan. Edisi kali ini, hadir dengan segenap "menu", mulai dari rapat koordinasi, perkembangan terbaru pencairan dana, kehadiran Kepala BNPB Dr. Syamsul Maarif dan pelatihan fasilitator.
Bencana datang tak diduga, tak bisa diprediksi si Paul, gurita terkenal itu. Hanya kewaspadaan dan pengetahuanlah, kita bisa selamat. Selamat membaca! [] DAPUR REDAKSI R&R EDISI V JULI 2010
Saturday, July 10, 2010
Mencari Bakat, Menggali Minat
Mendapat kepercayaan dari Plant Indonesia menjadi "guru" dalam Workshop Menulis untuk anak-anak korban bencana, meninggalkan kesan mendalam bagi saya. Ternyata, bakat dan minat kadang tak perlu hadir bersamaan. Kalau tak berbakat, tapi punya minat besar, maka kemahiran sebuah keterampilan segera bisa diraih. Apalagi bila berbakat sejak awal. Sebaliknya, jika punya bakat tapi tak berminat, maka yang terjadi adalah kesia-siaan!
Di negeri ini, masalah "menulis", bagi banyak orang adalah "masalah besar". Hal ini berawal dari masalah "membaca". Dimana budaya "baca" memang tidak begitu besar. Meminjam istilah Seno Gumira Adjidarma, "membaca" bagi masyarakat kita adalah, hanyalah membaca seberapa besar discount di pusat belanja. Tidak banyak yang lebih dari itu.
Tetapi sebenarnya, bakat selalu terpendam. Jauh dari pusat keramaian dan glamour kehidupan di kota-kota besar, di sebuah daerah yang baru saja dihantam bencana, terdapat talenta-talenta menulis yang luar biasa hebatnya. Kedengarannya memang berlebihan. Tetapi, saya tidak sekali ini menjadi tutor penulisan singkat. Banyak tempat dan kesempatan, bahkan di kampus. Hasilnya, tidaklah sedemikian rupa apresiasi saya terhadap 'anak didik' yang cepat mendapatkan keterampilan khusus menulis ini diberikan. Persoalan klasiknya adalah; banyak orang, sudah ketakutan lebih dahulu sebelum mencoba!
Saya membaca setiap karya dari sekitar 30 orang anak-anak terpilih, dari siswa sekolah dasar, hingga sekolah menengah ke atas. Mereka umumnya, mengaku awalnya tidak menyukai dunia tulis menulis. Namun setelah diperkenalkan, mereka mencoba, dan ternyata bisa. Setelah "dipapah" selama lima kali pertemuan, hasilnya, dua news letter dan satu buku kumpulan tulisan bisa dilahirkan. Tak terbayangkan, bila gerakan Plan ini bisa diikuti oleh NGO lain, akan banyak talenta-talenta terpilih bidang menulis bisa muncul di permukaan. Pada titik ini, guru bahasa Indonesia mereka di sekolah patut memberi apresiasi lebih kepada siswanya.
Menulis memang persoalan sepele bagi yang berbakat dan yang berminat. Seperti keterampilan lain, jika dijalani terus menerus segera mahir. Namun, ada perbedaan mendasar dalam menulis. Dimana, bahan-bahan kalimat yang dibangun seperti batu bata merupakan hasil pencernaan dari pikiran. Bahan-bahan ini masuk ke ruang nalar melalui panca indera yang diasah sedemikian rupa. Dari sinilah, ide-ide yang pada awalnya tidak begitu penting ditangkap menjadi bahan-bahan tulisan.
Peserta workshop ini telah diberikan materi-materi teknis penulisan yang paling mutakhir. Diperkenalkan pada dunia yang berbeda dari sebelumnya. Mereka belum mengenal bacaan-bacaan yang paling baru. Mereka menggeleng kepala ketika ditanya tentang Novel Laskar Pelangi, Ayat-Ayat Cinta, apalagi Harry Potter, Dan Brown, dst.
"Cuma nonton filmnya," begitu jawab mereka.
Padahal, film dan novel adalah hal yang jauh berbeda. Tetapi, bagaimana bila digelitik untuk menulis tentang pengalaman yang mereka rasakan saat bencana 30 September 2010 lalu. Semuanya lancar menulis. Runtut dan menarik. Dari hal-hal kecil sampai hal besar, bisa mereka tangkap. Inilah menariknya, ada daya dorong mereka untuk bercerita. Sebab, cerita mereka masih terpendam dalam kepala masing-masing.
Agaknya, Program Plant Indonesia untuk anak-anak seperti ini harus dilanjutkan di masa-masa mendatang. Tidak hanya satu tempat, satu kecamatan saja. Sebaiknya merata. Sebab, berharap pada dunia pendidikan yang mengutamakan kelulusan Ujian Nasional (UN) dari pada menggali talenta adalah pengharapan yang cuma-cuma. [Abdullah Khusairi] Sandereh, Tahun I Edisi Juli 2010
Di negeri ini, masalah "menulis", bagi banyak orang adalah "masalah besar". Hal ini berawal dari masalah "membaca". Dimana budaya "baca" memang tidak begitu besar. Meminjam istilah Seno Gumira Adjidarma, "membaca" bagi masyarakat kita adalah, hanyalah membaca seberapa besar discount di pusat belanja. Tidak banyak yang lebih dari itu.
Tetapi sebenarnya, bakat selalu terpendam. Jauh dari pusat keramaian dan glamour kehidupan di kota-kota besar, di sebuah daerah yang baru saja dihantam bencana, terdapat talenta-talenta menulis yang luar biasa hebatnya. Kedengarannya memang berlebihan. Tetapi, saya tidak sekali ini menjadi tutor penulisan singkat. Banyak tempat dan kesempatan, bahkan di kampus. Hasilnya, tidaklah sedemikian rupa apresiasi saya terhadap 'anak didik' yang cepat mendapatkan keterampilan khusus menulis ini diberikan. Persoalan klasiknya adalah; banyak orang, sudah ketakutan lebih dahulu sebelum mencoba!
Saya membaca setiap karya dari sekitar 30 orang anak-anak terpilih, dari siswa sekolah dasar, hingga sekolah menengah ke atas. Mereka umumnya, mengaku awalnya tidak menyukai dunia tulis menulis. Namun setelah diperkenalkan, mereka mencoba, dan ternyata bisa. Setelah "dipapah" selama lima kali pertemuan, hasilnya, dua news letter dan satu buku kumpulan tulisan bisa dilahirkan. Tak terbayangkan, bila gerakan Plan ini bisa diikuti oleh NGO lain, akan banyak talenta-talenta terpilih bidang menulis bisa muncul di permukaan. Pada titik ini, guru bahasa Indonesia mereka di sekolah patut memberi apresiasi lebih kepada siswanya.
Menulis memang persoalan sepele bagi yang berbakat dan yang berminat. Seperti keterampilan lain, jika dijalani terus menerus segera mahir. Namun, ada perbedaan mendasar dalam menulis. Dimana, bahan-bahan kalimat yang dibangun seperti batu bata merupakan hasil pencernaan dari pikiran. Bahan-bahan ini masuk ke ruang nalar melalui panca indera yang diasah sedemikian rupa. Dari sinilah, ide-ide yang pada awalnya tidak begitu penting ditangkap menjadi bahan-bahan tulisan.
Peserta workshop ini telah diberikan materi-materi teknis penulisan yang paling mutakhir. Diperkenalkan pada dunia yang berbeda dari sebelumnya. Mereka belum mengenal bacaan-bacaan yang paling baru. Mereka menggeleng kepala ketika ditanya tentang Novel Laskar Pelangi, Ayat-Ayat Cinta, apalagi Harry Potter, Dan Brown, dst.
"Cuma nonton filmnya," begitu jawab mereka.
Padahal, film dan novel adalah hal yang jauh berbeda. Tetapi, bagaimana bila digelitik untuk menulis tentang pengalaman yang mereka rasakan saat bencana 30 September 2010 lalu. Semuanya lancar menulis. Runtut dan menarik. Dari hal-hal kecil sampai hal besar, bisa mereka tangkap. Inilah menariknya, ada daya dorong mereka untuk bercerita. Sebab, cerita mereka masih terpendam dalam kepala masing-masing.
Agaknya, Program Plant Indonesia untuk anak-anak seperti ini harus dilanjutkan di masa-masa mendatang. Tidak hanya satu tempat, satu kecamatan saja. Sebaiknya merata. Sebab, berharap pada dunia pendidikan yang mengutamakan kelulusan Ujian Nasional (UN) dari pada menggali talenta adalah pengharapan yang cuma-cuma. [Abdullah Khusairi] Sandereh, Tahun I Edisi Juli 2010
Friday, July 9, 2010
Sumbar Butuh Prodi Manajemen Penanggulangan Bencana
Deputi Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Bakri Beck, menyarakan Perguruan Tinggi (PT) di Sumatera Barat perlu membuka program studi (prodi) manajemen penanggulangan bencanaan.
Bakri menjelaskan, prodi manajemen penanggulangan bencana di Universitas Tarumanegara Jakarta sudah mulai digagas, di ITB juga ada yang fokus pada mitigasi bencana dan di Universitas Gajah Mada (UGM) fokus ke Geologi.
Jadi, di wilayah Sumatra belum ada PT yang membuka prodi tentang manajemen kebencanaan sehingga ahli-ahli dalam penanganan bencana alam masih kurang. Selain itu ujarnya, Sumbar sudah disebut-sebut sebagai daerah supermarket bencana, artinya semua potensi bencana alam ada di wilayah ini, termasuk lintasan patahan, lempengan tektonik dan vulkanik, serta banjir dan longsor perbukitan terdapat di Sumbar.
"Makanya kesempatan untuk belajar dan mencetak banyak lehirkan ahli-ahli,"tegas Bakri kepada wartawan, di sela-sela Workshop dan Pameran yang digelar TPT Rehab Rekon bersama Shelter Working Groups, di kantor gubernur Sumbar, Kamis (8/7).
Jadi, kalau sudah banyak lahir sarjana, bahkan doktor ahli-ahli dalam penanganan bencana sehingga bisa menjadi keunggulan untuk diekspor pengalamannya ke luar negeri.
"Pikiran membuka jurusan manajemen kebencanaan sederhana saja, Indonesia kalau ingin bersaing tentang produk manufaktur sudah ratusan tahun ketinggalan dari China. Kalau bidang pertanian sudah kalah dengan Thailand," katanya.
Selain itu, kalau bersaing dengan teknologi tidak usah jauh-juah bersaing dengan Amerika Serikata, tapi sama India saja Indonesia sudah kalah 60-70 tahun.
"Ke depan Indonesia bisa menjual orang-orang ahli ke luar negeri yang ahli menangani bencana. Makanya perlu dipersiapkan orang yang terampil," katanya.[]
Bakri menjelaskan, prodi manajemen penanggulangan bencana di Universitas Tarumanegara Jakarta sudah mulai digagas, di ITB juga ada yang fokus pada mitigasi bencana dan di Universitas Gajah Mada (UGM) fokus ke Geologi.
Jadi, di wilayah Sumatra belum ada PT yang membuka prodi tentang manajemen kebencanaan sehingga ahli-ahli dalam penanganan bencana alam masih kurang. Selain itu ujarnya, Sumbar sudah disebut-sebut sebagai daerah supermarket bencana, artinya semua potensi bencana alam ada di wilayah ini, termasuk lintasan patahan, lempengan tektonik dan vulkanik, serta banjir dan longsor perbukitan terdapat di Sumbar.
"Makanya kesempatan untuk belajar dan mencetak banyak lehirkan ahli-ahli,"tegas Bakri kepada wartawan, di sela-sela Workshop dan Pameran yang digelar TPT Rehab Rekon bersama Shelter Working Groups, di kantor gubernur Sumbar, Kamis (8/7).
Jadi, kalau sudah banyak lahir sarjana, bahkan doktor ahli-ahli dalam penanganan bencana sehingga bisa menjadi keunggulan untuk diekspor pengalamannya ke luar negeri.
"Pikiran membuka jurusan manajemen kebencanaan sederhana saja, Indonesia kalau ingin bersaing tentang produk manufaktur sudah ratusan tahun ketinggalan dari China. Kalau bidang pertanian sudah kalah dengan Thailand," katanya.
Selain itu, kalau bersaing dengan teknologi tidak usah jauh-juah bersaing dengan Amerika Serikata, tapi sama India saja Indonesia sudah kalah 60-70 tahun.
"Ke depan Indonesia bisa menjual orang-orang ahli ke luar negeri yang ahli menangani bencana. Makanya perlu dipersiapkan orang yang terampil," katanya.[]
Tuesday, July 6, 2010
900 Fasilitator Tahap II Ikut Pelatihan
Padang---Sebanyak 900 fasilitator untuk menyukseskan pencairan dana tahap II, besok, Rabu (7/7) akan mengikuti Pelatihan Teknis. Sebelum turun ke lapangan, segala persiapan teknis dan soft skill diberikan oleh pemerintah.
Fasilitator terbagi atas, fasilitator teknis dan fasilitator pemberdayaan. Mereka akan bertugas di Kota Padang, Kabupaten Padangpariaman, Kota Pariaman, Kabupaten Pesisir Selatan, Kabupaten Solok, Kabupaten Agam, Kabupaten Pasaman, Kabupaten Pasaman Barat, Kota Padangpanjang, Kabupaten Tanahdatar.
Tugas fasilitator ini adalah, mendampingi Kelompok Masyarakat (Pokmas) dalam mengelola dana bantuan Rp15 Juta untuk Korban Rusak Berat (BR), Rp10 Juta (Rusak Sedang), dan Rp1 Juta (Rusak Ringan). Tugas pendampingan juga termasuk, kampanye rumah aman gempa.
Pada tahap I, pencairan dana Rp144 Miliar sebagai pilot project, sebanyak 301 orang fasilitator yang disebarkan di daerah, Kota Padang, Pesisir Selatan, Kabupaten Solok, Kabupaten Padangpariaman, Kota Pariaman dan Kabupaten Agam. Ini daerah percontohan.
Fasilitator tahap II akan sangat merata, karena dana yang diturunkan Rp1,9 Triliun, khusus untuk perumahan saja. Korban yang dibantu tahap II ini, 143 ribu rumah. [] Abdullah Khusairi
Fasilitator terbagi atas, fasilitator teknis dan fasilitator pemberdayaan. Mereka akan bertugas di Kota Padang, Kabupaten Padangpariaman, Kota Pariaman, Kabupaten Pesisir Selatan, Kabupaten Solok, Kabupaten Agam, Kabupaten Pasaman, Kabupaten Pasaman Barat, Kota Padangpanjang, Kabupaten Tanahdatar.
Tugas fasilitator ini adalah, mendampingi Kelompok Masyarakat (Pokmas) dalam mengelola dana bantuan Rp15 Juta untuk Korban Rusak Berat (BR), Rp10 Juta (Rusak Sedang), dan Rp1 Juta (Rusak Ringan). Tugas pendampingan juga termasuk, kampanye rumah aman gempa.
Pada tahap I, pencairan dana Rp144 Miliar sebagai pilot project, sebanyak 301 orang fasilitator yang disebarkan di daerah, Kota Padang, Pesisir Selatan, Kabupaten Solok, Kabupaten Padangpariaman, Kota Pariaman dan Kabupaten Agam. Ini daerah percontohan.
Fasilitator tahap II akan sangat merata, karena dana yang diturunkan Rp1,9 Triliun, khusus untuk perumahan saja. Korban yang dibantu tahap II ini, 143 ribu rumah. [] Abdullah Khusairi
Monday, July 5, 2010
Dinas Kimpraswil Prasjal - BRI Tandatangani MoU
Padang--- Menyukseskan Bantuan Perumahan Tahap II Rehab Rekon Sumbar Pasca Gempa, Dinas Permukiman Prasarana Jalan Wilayah - Bank Rakyat Indonesia (BRI) menandatangani Memorandum of Understanding (MoU).
"Ini amanah yang harus diselesaikan dengan baik," ungkap Pimpinan Wilayah BRI Padang, Ano Kurniadi, ketika memberi sambutan dalam acara Penandatanganan MoU, Jumat pagi ini (2/7) di ruang Kepala Dinas Kimpraswil Pemprov Sumbar, di Jl. Taman Siswa No. 1 Padang.
Ano Kurniadi menyebutkan, bantuan langsung perumahan untuk masyarakat melalui BRI kepercayaan dari BNPB. BRI akan bekerja maksimal dengan perangkat yang memang telah siap sebelumnya. Online hingga ke pelosok daerah.
Kepala Dinas Kimpraswil Sumbar, Ir. Dodi Ruswandi menyatakan, MoU ini merupakan perangkat untuk menyukseskan bantuan senilai Rp1,907 Triliun Sektor Perumahan. Bantuan tahap II ini melanjutkan tahap I yang sudah bergulir, untuk Sektor Perumahan Rp114 Miliar dari dana Rehab Rekon Rp313 Miliar yang ditetapkan.
"Sistem yang dibuat sudah sangat jelas, walau terasa agak lambat, tetapi ini lebih baik dari pada tahun 2007 yang tidak punya petunjuk teknis," ungkap Dodi.
Pola bantuan yang sebelumnya melalui bank daerah, langsung ke masyarakat, kali ini langsung dari BRI pusat. Sementara di daerah, langsung menyalurkannya.
Koordinator Tim Pendukung Teknis (TPT) BNPB Rehab Rekon Sumbar, Dr. Sugimin Pranoto, M.Eng, dalam sambutannya, BRI sebagai mitra untuk menyukseskan rehab rekon Sumbar ikut dipercayakan setelah mengikuti seleksi ketat di Kemenkeu dan BNPB. Fasilitas BRI memungkinkan kelompok masyarakat (Pokmas) bisa cepat menerima langsung ke rekening dari pusat pemerintah. [] Abdullah Khusairi Lihat juga di www.rehabrekon-sumbar.org
"Ini amanah yang harus diselesaikan dengan baik," ungkap Pimpinan Wilayah BRI Padang, Ano Kurniadi, ketika memberi sambutan dalam acara Penandatanganan MoU, Jumat pagi ini (2/7) di ruang Kepala Dinas Kimpraswil Pemprov Sumbar, di Jl. Taman Siswa No. 1 Padang.
Ano Kurniadi menyebutkan, bantuan langsung perumahan untuk masyarakat melalui BRI kepercayaan dari BNPB. BRI akan bekerja maksimal dengan perangkat yang memang telah siap sebelumnya. Online hingga ke pelosok daerah.
Kepala Dinas Kimpraswil Sumbar, Ir. Dodi Ruswandi menyatakan, MoU ini merupakan perangkat untuk menyukseskan bantuan senilai Rp1,907 Triliun Sektor Perumahan. Bantuan tahap II ini melanjutkan tahap I yang sudah bergulir, untuk Sektor Perumahan Rp114 Miliar dari dana Rehab Rekon Rp313 Miliar yang ditetapkan.
"Sistem yang dibuat sudah sangat jelas, walau terasa agak lambat, tetapi ini lebih baik dari pada tahun 2007 yang tidak punya petunjuk teknis," ungkap Dodi.
Pola bantuan yang sebelumnya melalui bank daerah, langsung ke masyarakat, kali ini langsung dari BRI pusat. Sementara di daerah, langsung menyalurkannya.
Koordinator Tim Pendukung Teknis (TPT) BNPB Rehab Rekon Sumbar, Dr. Sugimin Pranoto, M.Eng, dalam sambutannya, BRI sebagai mitra untuk menyukseskan rehab rekon Sumbar ikut dipercayakan setelah mengikuti seleksi ketat di Kemenkeu dan BNPB. Fasilitas BRI memungkinkan kelompok masyarakat (Pokmas) bisa cepat menerima langsung ke rekening dari pusat pemerintah. [] Abdullah Khusairi Lihat juga di www.rehabrekon-sumbar.org
Thursday, July 1, 2010
TPT Rehab Rekon Akan Gelar Workshop dan Pameran
Padang --- Tim Pendukung Teknis (TPT) Rehab Rekon Sumbar Pasca Gempa bersama Shelter Working Groups akan menggelar Workshop dan Pameran Rehabilitasi dan Rekonstruksi Sumbar, 8 Juli 2010 di Gubernuran Sumbar.
Hal ini dilaksanakan, berdasarkan Rencana Aksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi pasca Gempa Sumatra Barat 30 September 2009, banyak hal yang telah dilakukan oleh Pemerintah bersama Lembaga Non Pemerintah untuk membantu masyarakat kembali bangkit dan pulih dari musibah.
"Berbagai program sudah dilaksanakan dalam waktu delapan bulan terakhir, perbaikan dan pembangunan rumah, pembangunan dan perbaikan sarana pendidikan, sarana kesehatan, livelihood dan mata pencaharian, perbaikan sarana dan prasarana dan lain sebagainya," ungkap Koordinator TPT RR Sumbar, Dr. Sugimin Pranoto, M.Eng.
Program pemerintah dan Non Pemerintah (lokal dan internasional) di bidang perbaikan atau pembangunan rumah dan pembangunan hunian sementara pun sudah banyak dilakukan, hanya saja kegiatan tersebut selama ini kurang mendapat banyak publikasi sehingga masyarakat tidak mengetahui perkembangan dan tantangan yang terjadi selama proses rehab–rekon.
Ketidaktahuan ini menyebabkan masyarakat dan media mempersepsikan dengan belum atau bahkan tidak adanya kemajuan yang terjadi.
"Tujuan acaranya, menyebarluaskan informasi kegiatan perbaikan rumah masyarakat yang telah dan akan dilaksanakan oleh pemerintah dan lembaga non pemerintah yang beroperasi di Sumatra Barat," jelas Sugimin.
Selain itu, memaparkan berbagai hasil Rehabilitasi dan Rekonstruksi baik keberhasilanya maupun kendalanya.
"Juga memformulasikan strategi bersama antara lembaga pemerintah (TPT?BNPB), BPBD, SKPD terkait dan lembaga?lembaga non pemerintah lokal dan asing untuk menjalankan program perbaikan perumahan yang lebih baik berdasarkan hasil pembelajaran dan praktek program yang telah dilakukan oleh semua pihak," tambah Anggota TPT, Sugeng Sentosa.
Acara satu hari penuh ini memilih tema, "Dengan kordinasi dan kolaborasi kita tingkatkan percepatan pemulihan perumahan rakyat di Sumatera Barat”
Acara ini setidaknya akan diikuti oleh UN Habitat, Aceh People Forum, Caritas Switzerland, Habitat For Humanity, Cipta Fondasi Komunitas, Build Change, IFRC?PMI, Swiss Labour Asistance, Caritas Carina, GenAssist/CWRWC, dll. [] Abdullah Khusairi
Hal ini dilaksanakan, berdasarkan Rencana Aksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi pasca Gempa Sumatra Barat 30 September 2009, banyak hal yang telah dilakukan oleh Pemerintah bersama Lembaga Non Pemerintah untuk membantu masyarakat kembali bangkit dan pulih dari musibah.
"Berbagai program sudah dilaksanakan dalam waktu delapan bulan terakhir, perbaikan dan pembangunan rumah, pembangunan dan perbaikan sarana pendidikan, sarana kesehatan, livelihood dan mata pencaharian, perbaikan sarana dan prasarana dan lain sebagainya," ungkap Koordinator TPT RR Sumbar, Dr. Sugimin Pranoto, M.Eng.
Program pemerintah dan Non Pemerintah (lokal dan internasional) di bidang perbaikan atau pembangunan rumah dan pembangunan hunian sementara pun sudah banyak dilakukan, hanya saja kegiatan tersebut selama ini kurang mendapat banyak publikasi sehingga masyarakat tidak mengetahui perkembangan dan tantangan yang terjadi selama proses rehab–rekon.
Ketidaktahuan ini menyebabkan masyarakat dan media mempersepsikan dengan belum atau bahkan tidak adanya kemajuan yang terjadi.
"Tujuan acaranya, menyebarluaskan informasi kegiatan perbaikan rumah masyarakat yang telah dan akan dilaksanakan oleh pemerintah dan lembaga non pemerintah yang beroperasi di Sumatra Barat," jelas Sugimin.
Selain itu, memaparkan berbagai hasil Rehabilitasi dan Rekonstruksi baik keberhasilanya maupun kendalanya.
"Juga memformulasikan strategi bersama antara lembaga pemerintah (TPT?BNPB), BPBD, SKPD terkait dan lembaga?lembaga non pemerintah lokal dan asing untuk menjalankan program perbaikan perumahan yang lebih baik berdasarkan hasil pembelajaran dan praktek program yang telah dilakukan oleh semua pihak," tambah Anggota TPT, Sugeng Sentosa.
Acara satu hari penuh ini memilih tema, "Dengan kordinasi dan kolaborasi kita tingkatkan percepatan pemulihan perumahan rakyat di Sumatera Barat”
Acara ini setidaknya akan diikuti oleh UN Habitat, Aceh People Forum, Caritas Switzerland, Habitat For Humanity, Cipta Fondasi Komunitas, Build Change, IFRC?PMI, Swiss Labour Asistance, Caritas Carina, GenAssist/CWRWC, dll. [] Abdullah Khusairi
Subscribe to:
Posts (Atom)