Singapore Education FAM Itinerary For Indonesian Media Pendidikan Singapura batu loncatan untuk masa depan yang lebih cerah. Singapura menawarkan penggabungan pelayanan pendidikan secara khusus dan bervariasi di lingkungan internasional dan di lingkungan yang nyaman.
LAPORAN---ABDULLAH KHUSAIRI---SINGAPURAPENDIDIKAN di singapura menawarkan kurikulum global dan aktual untuk membekali para siswa dengan kualifikasi dan pelatihan terkait yang menyiapkan batu loncatan untuk masa depan yang lebih baik.
"Di singapura, pendidikan adalah salah satu hal yang sangat penting yang membantu kaum muda untuk menyadari potensi yang mereka miliki. Kami menawarkan pendidikan dasar yang terkait dengan kebutuhan pada setiap generasi. Membekali institusi pendidikan kami dengan teknologi dan perlengkapan pendidikan yang mutakhir dan terbaik," ungkap Manager Student Services Departement Susan Leen Foong Leng di ruang pertemuan Singapore Education Services Center (SECS) di 1 Orchard Road # 01-01 Singapura, Senin (24/5).
Didampingi Manajer Basic Education & Higher Learning Department Education Service Division Singapura Toursm Board (STB), Selene NG Lin Ying dan Guide (STB) Fern Wong Siu Huang koran ini bersama delapan jurnalis lain dari Indonesia diundang melihat dari dekat pola pembangunan sistem pendidikan yang dilakukan Singapura.
SECS merupakan lembaga pelayanan pendidikan bagi masyarakat internasional yang ingin melaksanakan pendidikan di Singapore. Secara detail lembaga ini akan siap membantu agar pelajar luar Singapura menguasai sistem pendidikan, kehidupan dan juga biaya hidup di Singapura, hingga persoalan lain yang ditemukan.
"Kami juga percaya bahwa belajar bersifat kekal, maka kami menawarkan tempat pelatihan yang terdiri dari banyak program pengayaan dan pelatihan bagi para eksekutif, professional dan ibu rumah tangga. Pada dasarnya siapapun akan menentukan nilai atas pembekalan pada diri sendiri untuk meraih cita-cita mereka," tambah Susan Leen Foong.
Banyak yang telah memilih untuk datang ke singapura untuk melakukan pendidikan mereka karena yakin Singapura menyediakan lingkungan yang ideal untuk hal tersebut.
Seorang siswa internasional di Singapura menghabiskan paling tidak sekitar S$750-S$2,000---Rp4.500.000-Rp12.000.000, jika nilai rupiah Rp6000/S$1---perbulan untuk biaya hidup. Jumlah ini tentu saja bervariasi tergantung pada gaya hidup individual dan tempat pelatihan anda. Dengan rincian, S$200 - S$1,500 untuk penyewaan yang bervariasi dengan lingkungan geografis, jenis akomodasi, permintaan, fasilitas yang disediakan dan jumlah orang.
Biaya makan sehari-hari, S$300 - S$450 (berdasarkan S$10 - S$15, 3 kali sehari) dan Biaya lain-lain S$50 - S$80. Sekedar catatan, ini tidak untuk asrama sekolah, sekolah asrama biasanya menyediakan makanan 2 kali sehari. Tidak termasuk kedalam harga kamar, ruangan tinggal yang secara normal menawarkan makanan dengan harga tambahan.
Informasi seperti ini sangat detail dimiliki SECS sebagai lembaga inisiatif yang didirikan oleh Pemerintah Singapura di tahun 2003 untuk mengembangkan Singapura sebagai pusat pendidikan utama, juga membantu siswa internasional mengambil keputusan dalam belajar di Singapura. Inisiatif ini dipimpin oleh Singapore Economic Development Board dan didukung oleh Singapore Tourism Board, SPRING Singapore, International Enterprise Singapore dan Departemen Pendidikan. Lembaga ini dibuka 27 Oktober 2005.
Sebagai lembaga pendukung Singapore Education, STB menjalankan berbagai aktivitas promosi, yang termasuk Organisasi Pameran Pendidikan, Konseling pendidikan, Pelatihan bagi konselor pendidikan, Publisitas dan promosi.
Selain ke SECS, rombongan jurnalis Indonesia juga diperkenalkan ke National Library di 100 Victoria Street #14-01 Singapore 188064, Singapore Polytechnic di 500 Dover Road dan Singapore Institute of Management (SIM) di 461 Clementi Road.
Dua lembaga pendidikan dan satu pustaka merupakan representasi lembaga pendidikan yang cukup canggih dan terukur. Selain dengan teknologi canggih juga memiliki komitmen untuk pelayanan terhadap konsumen.
Tidak itu saja, STB dan SECS juga memberikan keterangan rinci terhadap tempat-tempat yang memungkinkan untuk pelajar mendapatkan rumah (flat). Beberapa condominium seperti di Rio Vista Condo menyiapkan orang tua pendamping untuk pelajar dari luar Singapur.
Di National Library, gedung baru yang dibuka 12 November 2005 merupakan pustaka yang menyiapkan literatur terlengkap. Sistem pelayanan digital dengan ruang yang nyaman, 16 Tingkat, 3 tingkat ke dalam tanah.
"Buku-buku penulis Indonesia juga ada di sini," ungkap Reference Librarian, Juffri bin Supaat didampingi Senior Manager Singapore & Southeast Asia Collection, Noryati Abdul Samad dan Senior Executive Corporate Communications, Patricia Tay.
Kunjungan koran ini di setiap tingkat, buku dipinjam dengan kartu anggota pustaka. Buku-buku diberi chip yang tidak bisa dibawa keluar begitu saja. Seperti barang supermarket dan sirkulasinya tidak memakan waktu dan tidak dilayani oleh tenaga kerja. Pengembalian pun dilakukan di tempat-tempat umum yang menyediakan kotak pengembalian buku. Canggih dan efisien.
Buku, majalah, jurnal disiapkan dari segala umur secara total dengan jumlah buku 630.000. Pada tingkat 9, ruangan ini menyiapkan buku bahasa ibu di Singapura, seperti bahasa Melayu, Mandarin dan Tamil. "Konsepnya adalah kemesraan alam dan membuka semua diskusi keilmuan di lantai teratas," tambah Juffri. Gedung pustaka yang menghabiskan S$203.000.000 ini dikunjungi oleh insan ilmu lebih kurang satu juta orang.
Sementara itu di Singapore Polytechnic, koran ini disambut Student Development Officer, Michelle Neo. Ia mengungkapkan seputar Singapore Polytechnic kampus sangat representatif sebagai tempat belajar. Jurusan favorit selama ini, elektro dan Kelautan. Beberapa kursus juga diminati. Kalau kuliah di sini, rekomendasi untuk bekerja di Singapur cukup besar. Di sini disiapkan 1400 staf pengajar. Saat ini jumlah pelajar tak kurang dari 13.000 orang. 10 persen adalah mahasiswa luar Singapura termasuk Indonesia. Polytechnic adalah perguruan tinggi milik pemerintah yang tertua dan sangat ternama.
Sedangkan di Singapore Institute of Management (SIM), sebuah institut terkemuka swasta di Singapura, koran ini disambut Director Corporate Communications, Kennet Tan, Officer Media Corporate Image, Tan Wendy, Executive Events & Community Relations, Lavina Chua dan Manager Media and Corporate Image Yvonne Low.
Kennet Tan memaparkan kesiapan SIM menerima pelajar indonesia. "Sekarang sudah banyak pelajar Indonesia yang belajar di sini," ungkap Kennet.
Sistem belajar dan ujian yang menggunakan technologi sangat membantu pelajar akan cepat mengerti. Keramahan tenaga pelajar dan lingkungan belajar yang didukung sarana lengkap membuat pelajar tidak mau pulang cepat.
Hal ini diakui oleh pelajar dari Indonesia, Sandri, Jassica (Medan), Leonardo (Bandung), Claudia (Batam) dan Alpin (Jakarta). Lingkungan belajar SIM yang efektif dan kerja sama dengan universitas terkemuka di dunia seperti University of London, The George Washington University, The State University of New York at Buffalo, The University of Sydney, The University of Melbourne. Satu semester hanya tiga mata kuliah dan satu semester hanya tiga bulan. "Pemeriksaan ujian secara elektronik sehingga sangat objektif, kalau tidak lulus ya karena kita sendiri, begitu juga kalau sukses. Dosen hanya membimbing saja," ungkap Claudia.
Dengan 50 lebih program akademik mulai dari diploma, sarjana hingga kursus kemahiran sampai program magister SIM cukup layak tempat tujuan belajar di Singapore.
Satu catatan untuk sekolah dan kuliah di Singapore, disiplin, mandiri sangat perlu agar bisa menyamakan posisi dengan pelajar lokal. Soal mendaftar maupun mencari tempat tinggal, semuanya diatur secara online.
Sedangkan fasilitas belajar dan fasilitas hidup semuanya tergantung uang yang disiapkan, semuanya tersedia. ***
Publicing in Harian Pagi Padang Ekspres, Minggu (30/4)
Uniquely SingapuraTawarkan Kebanggaan dan Kelangkaan Singapura. Kemajuan dan percepatan pembangunan terus menggeliat menapaki zaman lebih dahulu dari negara lain. Pemerintah dan masyarakatnya telah memikir dan berbuat apa yang belum tersentuh oleh yang lain. Maka perubahan begitu cepatnya di negara kecil ini.
LAPORAN---ABDULLAH KHUSAIRI---SINGAPURA
Koran ini bersama delapan jurnalis dari Indonesia, diundang untuk melakukan perjalanan jurnalistik yang bertajuk, Singapure Education FAM Itinerary For Indonesian Media, digelar 22 – 25 April 2006.
Media yang mendapat kesempatan kali ini selain Harian Pagi Padang Ekspres, Seputar Indonesia (Chaerunnisa), Pikiran Rakyat (Anwar Effendi), Kedaulatan Rakyat (Ronny Sugiantoro), Suara Merdeka (Sugiarto), Jawa Pos (Ratih Pramita Aisyah), Sumatra Ekspres (Santi Virgianti), Jambi Independen (Kristian Edi Candra) dan Riau Pos (Henny Elyati).
Selain menggelar mengunjungi lembaga pendidikan terkemuka milik Singapura, jurnalistik dari Indonesia juga mendapat kesempatan ke beberapa tempat wisata. Seperti Sentosa Island, sebuah pulau yang "disulap" menjadi tempat libur yang nyaman dengan fasilitas terlengkap. Secara umum tak ada yang baru memang, tetapi pembenahan terus dilakukan setiap waktu di pulau seluas 400 ha tersebut.
Jika di Indonesia masih bisa menonton film dengan garapan 3 Dimensi, Sentosa Island menawarkan 4 Dimensi. Selain teknologi 3 Dimensi seperti yang ada di Indonesia, Singapura telah menambahkan pada dimensi ruang penonton yang tidak hanya diberi kaca mata mata khusus, tetapi juga kursi yang bergoyang seketika, air dan angin yang berhembus seperti kenyataan sesungguhnya. Stop, jangan coba-coba bagi ibu hamil, jantungan, atau punya gangguan pada penyakit lain. Karena kejutan dalam film cukup membuat kita berdebar, seterusnya tertawa.
Film yang diputar tidaklah lama, hanya 15 menit. Tetapi dimensi yang digarapnya sangat menarik. Dari serangga yang mengencingi penonton hingga merasa jatuh sebenarnya dari sebuah kapal dalam film tersebut. Siap dan siagalah untuk tidak terkejut kena bom yang "seakan-akan" ada di depan mata.
Setelah menonton film tersebut kita diajak untuk mengunjungi Images of Singapore, sebuah gedung peninggalan Inggris yang disulap pula menjadi "gudang" sejarah masyarakat Singapore. Juga terdapat foto tua yang bisa hidup setelah diolah dengan komputer. Foto ini terdiri dari etnis, China, Inggris, Melayu dan India yang sepakat menyatakan perbedaan yang dibina akan membuat kemajuan. Menakjubkan.
Ke pulau ini sangatlah tidak sulit. Karena di Singapura semua hotel menyediakan peta yang bisa dibawa oleh pelancong. Ke Sentosa bisa naik Mono Rel Train (MRT) dari beberapa terminal yang tak jauh dari pusat kota. Hanya beberapa menit akan sampai dan kita akan melihat dari dekat pelabuhan di Singapura. Menurut Guide (STB) Fern Wong Siu Huang, pelabuhan adalah pemasukan devisa terbesar Singapura. Ada enam pelabuhan yang bisa melayani 800 kapal perhari.
Di Sentosa, layaknya sebuah pulau tempat rekreasi terdiri dari banyak tempat hiburan. Salah satunya Luge, seperti go kart tapi tanpa mesin yang menuruni bukit puluhan meter berkelok-kelok. Sedangkan untuk naik kembali menggunakan chairlift, yang bisa melihat dengan jelas pemandangan sekitar pulau Sentosa. Chairlift, seperti sky way tetap terbuka dan hanya sebuah bangku panjang yang digantungkan kabel, diber pengaman. Gamang tetapi asyik. Dari atas Chairlif ini, pemandangan yang cukup jelas bisa dinikmati.
Sebelum itu, cobalah menaiki Sky Tower setinggi 131 meter dari permukaan laut. Pemandang lebih menakjubkan. Indah di waktu siang, bak permata di waktu malam. Dari Sky Tower seluruh pulau Sentosa bisa dilihat. Beginilah teknologi diciptakan untuk menyuguhkan view menarik untuk pariwisata. Sementara di Ranahminang, view itu sudah ada. Beberapa tempat di Sumbar justru memiliki panorama natural yang tiada taranya.
Selain pemandangan dari atas, Pulau Sentosa juga menyuguh dunia bawah laut. Sebuah dunia yang kaya dengan spesies. Underwater World milik Sentosa Island memiliki lebih dari 2500 spesies ikan 250 dari itu adalah spesies langka. Pelancong akan dapat penjelasan detail seputar dunia bawah laut yang dimiliki Sentosa Island.
Belanja & Pendidikan
Singapura bukanlah melulu kota bisnis dunia. Ia juga memiliki tempat untuk belanja barang-barang khas Singapura. Apa khas Singapura? "Singapura dihuni oleh etnis Melayu, China, Inggris dan India. Keempat etnis ini hidup berdampingan dan menghormati perbedaan. Pendiri negara ini menyatakan agar menghormati perbedaan budaya. Nah, budaya empat etnis inilah yang dimiliki," tutur Fern.
Koran ini diajak untuk menikmati suasana belanja di India. Namanya Little India. Sepertinya India dipindahkan ke sini. Karenanya apa yang kita inginkan tentang India ada di sini. Dari pakaian hingga asesoris budaya.
Setelah itu, yang tak asing lagi bagi mereka yang ke Singapura. Naik Boat menelusuri sungai dan mendekati Merlion---lambang negara berkepala Singa dan berbadan ikan. Singa melambangkan kekuatan dan ambisi, ikan melambangkan kedamaian. Setengah jam mengelilingi dan mengikuti sungai yang membelah Singapura dengan Pulau Sentosa, kita seakan-akan ada di Mahattan. Hal yang tidak berlebihan, karena dari sungai ini kita melihat gedung bertingkat dan metropolitan yang selalu sibuk, tidak pernah tidur.
Setelah itu, berbelanja ke Chinatown, Toa Payoh. Tempat masyarakat Singapura berbelanja murah meriah dan selalu ramai dikunjungi turis dari seluruh dunia. Kalau sudah tak kuat perut menahan lapar, jangan khawatir kalau tidak ada nasi padang. Nyaris tempat atau deretan restoran ada selalu Nasi Padang. Jangan segan berbahasa minang atau setidaknya berbahasa Indonesia, mereka akan menyapa dengan ramah.
Singapura selain transportasi laut, darat, juga ada di bawah tanah, yaitu Mono Rel Train (MRT). Jalur kereta ini membelah Singapura menjadi empat, satu dengan yang lainnya berhubungan pada pusat atau terminal. Kalau dari Toa Payoh ke Bugis, sebuah tempat belanja juga, kita bisa naik MRT selama 15 menit dan dengan peta di tangan kita bisa turun di salah satu terminal dan naik MRT arah ke Bugis. Menikmati MRT agaknya perlu dipelajari, karena ia dilayani secara teknologi. Menukar koin lebih dahulu, seterusnya memasukkannya tempat kartu MRT. Sejenak setelah itu, kita diberi waktu menekan pilihan tujuan kepergiaan. Harga langsung tercatat dan keluarlah kartu masuk yang bisa digunakan untuk masuk ke terminal dan MRT.
Di Singapura, jenis unggas dilindungi bisa bermain dengan kita di tangah kota. Seperti burung jalak, burung gagak, murai batu, bisa dilihat sewaktu-waktu. Bahkan bisa bermain di depan hotel. Hal yang berbeda di Indonesia, unggas seperti burung jalak dan murai batu, sangat diburu untuk dimiliki.
Objek wisata yang juga memiliki kesan natural lengkap flora dan fauna adalah Eksplore Nigh Safari. Beragam spesies dari yang ganas hingga yang langka di sini. Sama dengan taman safari di Indonesia, hanya saja kesan natural dan pelayanan cukup prima. Kita dibawa dengan kereta di tengah hutan yang seakan-akan mengerikan. Tentu saja, bagi mereka yang hidup di perkotaan merindukan hal seperti ini. Hewan di kiri dan kanan jalan yang kita kelilingi selama setengah jam amat banyak. Seperti si Raja Hutan, Singau, Harimau, Gajah, Beruang, kancil, rusa dan masih banyak lagi. Mereka dekat sekali dengan kita, tapi jangan coba-coba memberi makanan kepada mereka.
Satu catatan penting sebelum melancong ke Singapura, dana tak perlu banyak tapi ukur kemungkinan "demam" belanja. Setelah itu jangan lupa memilih hotel. Ada banyak pilihan-pilihan hotel, dari yang termurah sampai yang paling mahal. Biasanya Singapura Toursm Board (STB) memiliki data dan siap memberikan secara cuma-cuma.
Hotel paling strategis di sekitar Orchad Road, walau masuk kalangan hotel berbintang, mereka dekat dengan semua jurusan transportasi yang akan dituju. Salah satu hotel yang representatif adalah Orchad Hotel, gaya eropa pelayanan asia dan jenis makanan yang disiapkan di event tertentu cukup memikat. ***
Publishing in Harian Pagi Padang Ekspres, Minggu (07/05/2005)