Wednesday, April 28, 2010

Masih Ada yang Tidur di Tenda

Ke Mato Aie dan Kurao Pagang
PADANG --- Hampir delapan bulan berlalu, duka lara itu masih terasa di Pagang Dalam Kurao Pagang Kecamatan Nanggalo Padang. Mereka korban gempa masih ada yang tidur di tenda.
"Ada 161 rumah yang hancur di sini. Korban umumnya baru mendapatkan bantuan tanggap darurat. Rehab Rekon masih dalam proses," ungkap Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Zulman, ketika menyambut kedatangan Koordinator Tim Pendukung Teknis (TPT) BNPB Rehab Rekon Sumbar, Dr Sugimin Pranoto, Pejabat Pembuat Teknis Kegiatan (PPTK) dari Kuasa Penggunaa Anggaran (KPA) Permukiman dan Perumahan Dinas Prasjal Tarkim Sumbar, Ir. Nasral dan rombongan.
Kedatangan rombongan ini melalui jembatan gantung, dan langsung disambut dengan tenda-tenda putih yang telah buram karena hujan dan panas.
Zulman mengajak warga korban gempa untuk bangkit dan optimis. Meyakinkan mereka akan tetap mendapat bantuan, walau memang disadari sudah sangat terlambat.
"Baru menerima dana bantuan gempa 2007," ungkapnya yang diamini oleh salah seorang korban.
Sulit menyatakan korban makin optimis, semuanya makin apatis. "Saba ka saba se, janji ka janji se," ujar seorang ibu di RT 04 RW 01 yang melihat kedatangan rombongan memperlihat tempat mereka di waktu malam; sebuah tenda bertelevisi dan kipas angin.
Seberkas Harapan di Mato Aie
Sebelum ke Pagang Dalam, rombongan ke Kecamatan Padang Selatan. Melihat rumah korban yang sedang dibangun dengan dana bantuan dari pemerintah melalui BNPB 2010.
"Ini rumah Syamsul Akmal, dia juga seorang tukang. Hari ini tak bekerja di sini, di rumah kerabat yang lain," ungkap seorang tukang di lokasi rumah korban, Jl. Koto Kaciak RT 03, Kelurahan Mato Aie.
Menurut Ketua Pokmas setempat, ada 25 rumah yang sudah mendapat dan terpencar di kelurahan ini. Rombongan juga mendapat kesempatan melihat satu rumah yang sudah jadi. Rumah Ahmad Fajri (32) di RT 04, yang telah bisa ditempati beberapa waktu lalu.
"Rumah lama sudah hancur, ini benar-benar dibangun baru. Dana pinjaman, juga bantuan pemerintah ini," ujar Ahmad, yang mengakui baru menerima separuh dari yang telah ditentukan.
Lurah Mato Aie, Yusmiati meminta agar proses dipercepat karena kelurahannya cukup aktif dan sudah lebih dahulu. "Kalau sudah bisa tahap II, kami ingin segera memasukkan bahan korban yang lain. Masih banyak lagi yang membutuhkan. Kita punya data valid warga kita yang terkena," ungkap Yusmiati.
Pengawasan dan Percepatan
Koordinator TPT BNPB Rehab Rekon Sumbar, Dr. Sugimin Pranoto tampak berpeluh di bawah sinar matahari yang menyengat, Rabu siang (27/4). Dari dua lokasi itu, ia berpendapat, pengawasan dan percepatan harus dilakukan.
"Rumah aman gempa belum tersosialisasi dengan baik. Fasilitatornya harus berani menegur tukang," ujar Sugimin, setelah melihat dari dekat hasil pekerjaan tukang di rumah Syamsul Akmal di Mato Aie.
Sementara itu, ketika berada di Pagang Dalam, Sugimin lebih banyak mendengar keluhan dan bertanya, berapa biaya rumah yang sudah dapat membangun kembali. Ia juga punya usul agar daerah yang dilewati jembatan gantung ini, tidak hanya dibantu dalam bentuk rumah aman gempa tetapi juga desain sebuah permukiman.
"Fasum, riol, jalan, harus ditata. Beberapa daerah di Jogja, ini sukses dilaksanakan. Padang juga harus membuat seperti itu, sebagai kesempatan untuk menata kehidupan yang lebih baik untuk masyarakat," usulnya, yang diamini oleh para konsultan dan PPTK.
PPTK, Ir.Nasral, berkomentar, bahwa proses yang paling mendasar dan menegangkan adalah di tingkat Pokmas. "Tetapi kalau Tim Pendamping Masyarakat (TPM), Fasilitator, bisa bekerja sama, semua akan lancar-lancar saja," tutur Nasral optimis.
Target pencairan yang sedikit diulur, memang membuat masyarakat makin habis kesabaran. Belum lagi lambannya sosialisasi ke tengah mereka. "Tanpa menunggu tahap I rehab rekon ini selesai, tahap II diusahakan akan jalan. Sehingga nanti, pemerataan segera terjadi. Tidak hanya satu kelurahan satu kecamatan, tetapi tahap pilot project ini benar-benar dianalisa, dikaji, dipercepat, tanpa bertele-tele. Semuanya punya kelemahan, termasuk masyarakat korban juga. Saling pengertian, tanpa harus bertegang urat leher, kita semestinya mempercepatkan pekerjaan dari semua sisi," harap Sugimin. []
abdullah khusairi

No comments:

Post a Comment