Wednesday, September 17, 2008

OPINI-MASSA & PASURUAN

Targedi Massa Pasuruan






Membaca dan menyimak peristiwa tragis yang menewaskan 21 orang di pasuruan itu, terbetik di pikiran tentang emosi massa. Suatu hari dosen komunikasi massa pernah memberitahu itu kepada kami di ruang kuliah. “Massa, apa pun latar belakangnya, kalau sudah masuk dalam ranah emosi bersama, ia akan melakukan apa saja. Termasuk kematian!” Masak iya? Iya iya.


Bukanlah uang senilai Rp30 Ribu yang benar-benar jadi rebutan, pun kalau cuma satu kembang gula saja, bila diberi sugesti dengan stategis massa juga akan berebut. Mereka akan menunjukkan siapa yang terhebat bisa merebutkan kembang gula tersebut. Ingat juga waktu pembagian Bantuan Langsung Tunai (BLT), dimana antri juga membuat banyak pingsan orang miskin. Alamak, apa pula modelnya negeri ini. Memalukan!Persoalannya memang perencanaan yang matang dan tidak mengertian strategi mengelola massa. Inilah yang terjadi ketika mendengar jerit mereka yang terinjak-injak lalu mati itu.


Miris. Kita diajak melihat kenyataan, ada banyak yang tewas setelah berebut antri menunggu giliran mendapatkan uang Rp30 Ribu. Apa yang keliru? Niat baik sang dermawan berakhir tragis! Tradisi kita dalam antri, kesabaran kita dan rasa malu kita memang sering terkikis karena memang tak ada lagi yang patut diteladani. Kita mencari dan frustasi.


Pemerintah langsung menyalahkan! “Pembagian seperti itu haram!” Wah, pasti ada yang tak beres, harus dipertanyakan oleh pemerintah, dan disadari oleh pemerintah setempat, kenapa sampai sang dermawan tidak ke badan amil zakat! Pasti ada yang tak beres kenapa tidak minta pengamanan ke aparat! tapi ke orang bagak! Orang bagak juga dibayar, mungkin lebih mahal tapi mungkin begitu nyaman.


Negeri ini memang sedang belajar dan terus belajar. Walau sebenarnya, persoalan yang sama memang acap menimpa. Jatuh di lobang yang sama. Keledai saja, makhluk yang disebut bodoh itu, tak mau jatuh di lobang yang sama. Nah! [Abdullah Khusairi]




4 comments:

  1. Niat baik di hari baik, berujung duka...
    Siapa yang salah dan siapa yang benar, tak perlu dicari kambing hitamnya..
    Betul sekali kata Bapak Abdullah Khusairi ini, semua harus belajar..
    Orang yang bilang "Zakat seperti itu HARAM." juga harus belajar...
    MERDEKA!!!

    ReplyDelete
  2. tentu saja tak apik di tengah tragedi masih saja mencari kambing hitam, saling menyalahkan. Sudah sepatutnya, kita bersama mengambil hikmah dari tragedi itu.

    ReplyDelete
  3. Yups setuju Pak,... kenapa ga mau belajar dari kesalahan? bukankah kejadian telah sering terjadi? harus berapa lagi butuh korban agar Negara mau mengerti, bahwa kemiskinan telah menggerogoti hati?

    ReplyDelete
  4. kalo nggk salah abis kejadian pasuruan juga ada lagi pemberian zakat melalui metode kayak gitu....hmm....benar-benar nggk bisa belajar dari kejadian yg sudah2....mestinya badan amil zakat lebih giat memberikan informasi2 kepada muzaki utk membayarkan zakatnya melalui BAZ aja supaya teratur dan lebih rapi

    ReplyDelete